Oleh : Pak
Syam, Penangkar burung Jalak Bali Klaten
Hp.
081280543060, 087877486516, WA. 081280543060, Pin BB. 53E70502, 25D600E9
Suatu
ketika, seorang bapak dari Bogor berkonsultasi kepada saya melalui bbm yang panjang
dan sambung menyambung menjadi banyaaaaak. . . . . .
Inilah sebagian
dari bbm itu “Pak Syam, saya sangat termotivasi untuk mengikuti jejak pak Syam
menangkarkan jalak bali. Karena menurut pengamatan saya, penangkaran jalak bali
ini sangat menjanjikan bla . . .bla . . .bla . . .
Di lain kesempatan beliau bercerita bahwa beliau memiliki lahan dengan luas yang cukup memadai, dengan sebuah bangunan kosong yang dulunya diproyeksikan sebagai tempat bisnis yaitu rumah makan berdiri kokoh di atasnya. Di bawahnya ada kolam, dengan air yang mengalir jernih bla . . .bla . . .bla . . .
Di lain kesempatan beliau bercerita bahwa beliau memiliki lahan dengan luas yang cukup memadai, dengan sebuah bangunan kosong yang dulunya diproyeksikan sebagai tempat bisnis yaitu rumah makan berdiri kokoh di atasnya. Di bawahnya ada kolam, dengan air yang mengalir jernih bla . . .bla . . .bla . . .
"Apa yang mesti saya persiapkan untuk memulai usaha penangkaran ini pak Syam ?". Itu pertanyaan yang selalu beliau sertakan dalam setiap bbm yang dikirimkan kepada saya.
Di lain
waktu beliau bercerita bahwa sebagai PNS beliau memerlukan pengamatan lebih
jauh untuk menekuni bidang usaha yang berbeda dengan pekerjaan sehari-harinya
sebagai birokrat ini. Beliau perlu memperhitungkan beberapa aspek sebelum
benar-benar terjun ke dalam bidang penangkaran jalak bali. Tentu ini sebauh
persiapan yang baik dan benar, pikir saya.
Senang
sekali mendengar mengakuan tulus seorang PNS yang yang ingin memulai usaha penangkaran
burung jalak bali, mengingat banyak orang seusia beliau begitu sibuk dan focus di
kantor bahkan tak sedikit yang sampai tenggelam dalam pekerjaan mereka sampai
usia pensiun datang.
Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, apa yang harus dipersiapkan untuk merintis usaha
penangkaran jalak bali ? Jawaban saya simpel: Mulai saja ! Ya, mulai saja.
Biasanya, kalau kita memikirkan persiapan, akan semakin lama kita akan dapat
memulai sesuatu. Karena dalam beberapa hal ternyata kepandaian kita untuk
mencari dalih yang berujung pada penundaan langkah kerap kali hanya merupakan
jebakan yang dipasang oleh ‘bisikan gagal’ untuk menghadang kita agar kita
tidak jadi melangkah. ‘Bisikan gagal’ etan membungkusnya dengan pentingnya
persiapan yang matang, urgensinya pengetahuan yang mendalam dan pengalaman yang
memadai dan lain-lain, Tapi ujungnya sama yaitu menunda langkah.
Karena itu
sesungguhnya kita tidak perlu berhitung terlalu njlimet, bahkan kadang-kadang
kita sedikit bermental koboi justru diperlukan di sini. Terutama pada lompatan
pertama
Di tahap
awal ini justru tidak perlu penyiapan mental hingga siap
sesiap paspampres dalam mengamankan sidang paripurna di Istana Negara. Kita tak
perlu menunggu mental kuat untuk melangkah. Karena mental kita justru akan terasah
ketika kita sudah memulai dan langsung bergelut dengan usaha. Tidak perlu juga
menunggu sampai punya rasa kepercayaan diri yang bertumpuk-tumpuk. Karena kepercayaan
diri sering kali justru gampang diwujudkan dengan cara terjun langsung dalam
penangkaran. Istilahnya sambil menyelam minum air, di mana sambil menangkar kita terus
belajar.
Di sekitar kita berseliweran banyak
cerita tentang kegagalan membuka usaha karena faktor ‘terlalu
hati-hati’ tersebut. Sikap berlebihan ini lahir akibat dari banyaknya 'tabungan alasan yang logis' untuk
menunda dalam membuka usaha. Seorang sahabat sangat ingin membuka bisnis kuliner. Bisnis plan dia persiapkan dengan detail. Untung rugi dia pelototi
dengan sungguh-sungguh, konsultasi dengan ahlinya sudah dia lakukan. Lokasi
yang cocok sudah dia dapatkan, modal sudah di tangan. Hanya satu saja yang
belum dia lakukan yaitu melangkah memulai usaha.
Itu cerita
satu setengah tahun yang lalu, dan hari ini rumah makan itu sudah berdiri
dengan cukup ramai. Tapi sayang rumah makan itu bukan milik dia, karena sekitar
enam bulan yang lalu lokasi itu disewa orang untuk membuka franchise ayam goreng yang cukup terkenal.
Sedangkan
dia masih belum berubah dari keraguan dirinya. Dia tidak juga memulai usahanya
dengan berbagai alasan yang sebenarnya cukup logis. Akibatnya, tempat-tempat lain yang dulu pernah dia
incar untuk lokasi rumah makannya, sekarang sudah berdiri berbagai bidang usaha yang tentu saja dilakukan oleh orang-orang yang berani bertindak.
Ibarat
orang yang ngebet ingin pergi ke Jakarta, sahabat saya itu tak pernah sampai di
Stasiun Gambir atau terminal Kampung Rambutan, karena dia tidak pernah melakukan langkah pertama. Langkah pertama itu selalu gagal dia lakukan dengan alasan yang logis. Dia membutuhkan persiapan yang matang, katanya.
Ia sibuk berencana, mencari peta, belajar mendalami Kota Jakarta dengan
segenap ancaman perilaku criminal penghuninya, namun tak pernah melangkah. Karena tidak juga melangkah maka
selama satu setengah tahun dia tidak pernah merasakan generlapnya Jakarta.
Hendaknya
kita tidak menjadi orang yang over hati-hati. Rasa takut itu manusiawi. Dia kita perlukan tapi
proporsional saja. Untuk itu kadang kita perlu nekat untuk memulai perjalanan, meski kita belum menguasai betul peta jalannya, jika tekad kita bulat maka insya Allah akan
tetap sampai di tujuan kok. Sante aje !
Selama dalam
perjalanannya, memang bisa saja datang berbagai rintangan. Tapi dengan tetap
konsisten berjalan menuju tujuan yang jelas dan fokus, lama-lama juga akan
sampai dengan nyaman. Coba saja !
Bahkan di tengah bingungnya kita kehilangan arah saat tersesat di perjalanan misalnya, tidak mustahil kita malah bakal menemukan
jalan pintas. Jadi, mulailah segalanya meski saat ini kita belum menguasai
betul jalannya, namun jika kita tetap istikomah dengan tujuan kita maka insya Allah kita bakal berhasil.