Oleh : pak Syam (penangkar
burung jalak bali klaten)
Cobalah sesekali mampir ke Pasar Burung Pramuka Jakarta. Di sana
anda akan terkaget-kaget dibuatnya. Karena pasar burung terbesar di Indonesia
itu, telah dibanjiri oleh berpuluh-puluh spesies burung impor dalam jumlah ratusan
ekor setiap pekannya. Saking banyaknya penjual burung sampai mebludak di
jalan-jalan.
Sepintas ini wajar sebab sebagai sebuah negara yang memiliki
penduduk terbanyak keempat di dunia, tentu peminat burung di negara kita juga
besar. Dari sisi besarnya jumlah peminat burung hal itu tidaklah mengherankan.
Sebab dalam hukum pasar di mana ada permintaan maka barang akan berdatangan ke
tempat tersebut. Itu jika sudut pandang kita hanya dari sisi ekonomi
semata-mata.
ket : gambar ilustrasi diambil dari internet
Namun jika kita berfikir dalam tataran yang sedikit nasionalis,
tentu membanjirnya burung-burung impor ini patut dicermati. Ambil contoh love
bird. Coba cermati sisi mana dari jenis burung paruh bengkok ini yang bisa kita
jadikan poin untuk mengatakan bahwa alam kita membutuhkan kehadiran mereka.
Kemerduan ocehannyakah, keindahan tampilannyakah, kegunaannya untuk menjadi
penyeimbang populasi satwa dialamkah, fungsinya untuk memperkaya kekayaan
hayati kitakah ? Menurut hemat penulis, jika di tilik dari semua sudut di atas
love bird tidak memiliki poin apapun untuk dibela.
Jadi
apa yang mendasari para importir tersebut mengusung ‘burung sampah’ masuk ke
Indonesia secara besar-besaran ? Penulis berkesimpulan bahwa faktor utamanya
adalah semata-mata karena hukum pasar, di mana para importir melihat ada
peluang untuk melakukan penetrasi pasar. Hal ini memang sudah menjadi hal yang
lumrah dalam hukum pasar, jika suatu produk memiliki demand yang tinggi maka
suplay besar-besaran pastilah akan terjadi. Sekali lagi sepintas hal ini tidak
ada yang perlu dikritisi.
ket : gambar ilustrasi diambil dari internet
Namun
jika poinnya adalah spirit nasionalisme kita untuk memelihara kebanggaan kita
terhadap kekayaan hayati asli Indonesia, maka membanjirnya burung-burung impor
semacam love tersebut membuka peluang untuk kita kritisi. Kapan kita berfikir
tentang alam bukan dalam niatan untuk mengeksploitasi ?
Coba bandingkan dengan burung Cucak Rawa atau burung Jalak Bali.
Keberadaan mereka di pasaran sangat sulit untuk kita temukan, terlebih burung
Jalak Bali. Burung dengan nama latin Leucopsar rothschildi
ini merupakan satwa endemik khas pulau
Dewata kebanggaan Indonesia ini keberadaannya jauh lebih memperihatinkan sejak
lama.
ket : gambar ilustrasi diambil dari internet
Tercatat di tahun 1966 IUCN (International Union for Conservation of
Nature and Natural Resources) sebuah lembaga konsevasi di tingkat global memasukkan
Burung Jalak Bali ke dalam daftar merah sebagai satwa yang terancam punah. Hal
tersebut disusul oleh konvensi perdagangan internasional untuk satwa dan
tumbuhan liar CITES (Convention on International Trade in Endangered Spesies of
Wild Fauna and Flora) telah mengategorikan jalak Bali ke dalam Appendix I,
yaitu satwa yang terancam kepunahan dan terlarang untuk diperdagangkan.
Konon tahun 2005 lalu di
habitat jalak Bali, yaitu di Taman Nasional Bali Barat, hanya ditemukan lima
ekor individu yang tersisa. Pemerintah turun tangan untuk menyelamatkannya dari
kepunahan. Melalui Menjangan Resort yang ada di dalam Taman Nasional Bali
Barat, dilakukanlah berbagai upaya pengembangan burung canti nan eksotik ini.
Hasilnya ?
ket : gambar ilustrasi diambil dari internet
Berbagai survey yang
digelar oleh Taman Nasional Bali Barat menunjukkan bahwa jumlah burung yang
terancam punah ini, kini secara perlahan mulai bertambah. “Dalam survey yang
dilakukan pada tanggal 5 Mei 2013 silam antara Menjangan Resort dengan Taman
Nasional Bali Barat, kami menghitung jumlah burung jalak Bali yang ada di alam
sudah mencapa 10 individu. Tahun lalu kami hanya menemui 7 individu dalam
survey yang sama,” jelas Junaedi Arif, Manajer Lapangan Program Lingkungan
Menjangan Resort. Sebegitu kecilnya jumlah mereka di alam . . .
Dan jangan kira nasib
seperti ini hanya di alami oleh burung jalak bali. Burung cucak rawa memiliki
nasib yang hamper sama. Saat ini keberadaan burung cucak rawa sudah sulit kita
temukan di pasaran apa lagi di alam liar. Bahkan di habitatnya di Kalimanta pun
sudah sulit ditemukan. Burung kacer, burung jalak suren, bahkan prenjak sekarang
jumlah mereka sudah menipis
ket : gambar ilustrasi dokumen pribadi
Lalu apa peran kita untuk
membuat mereka kembali berkicau riang di pohon-pohon sekitar rumah kita. Mari
kita mulai untuk memperdulikan kelangkaan mereka ! (pak Syam penangkar
burung jalak bali klaten Hp. 081280543060, 087877486516, PIN BB 53E70502, 25D600E9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar