burung murai batu ekor panjang medan nias lampung sabang aceh borneo burung jalak bali
tulisan berjalan
Selasa, 27 Januari 2015
Rabu, 21 Januari 2015
AHA Breeding Klaten : Burung Jalak Bali (Leucopsar Rothschildi)
Berukuran sedang (25 cm),
berwarna putih. Bulu seluruhnya berwarna putih salju, kecuali ujung sayap dan
ujung ekor berwarna hitam, kulit terbuka disekitar mata berwarna biru terang.
Jambul sangat panjang (terutama pada jantan). Iris abu-abu, paruh abu-abu dan
kuning, kaki abu-abu biru.
Penyebaran :
Endemik Bali. Terbatas di
Bali bagian barat laut, hanya sekitar 20-30 ekor lagi yang masih hidup liar
(1993-1996)
Kebiasaan :
Burung dataran rendah di Bali Barat. Bertengger bersama, tetapi terbang
berpasangan untuk mencari makan. Jambul jantan menegak sewaktu bercumbu atau
bergaya dan turun selama bernyanyi.Selasa, 20 Januari 2015
AHA Breeding Klaten : Menjadi Penangkar Burung Jalak Bali Yang Selalu Beruntung
Oleh : pak Syam (penangkar
burung jalak bali klaten)
Seorang penangkar burung jalak bali
pemula mendatangi penangkar burung jalak bali senior. Sang penangkar pemula
ingin berkonsultasi kepada sang penangakr senior tentang bagaimana caranya agar
bisa menjadi penangkar burung yang selalu ceria hidupnya. Selama ini sang
penangkar pemula merasakan bahwa menjadi seorang penangkar burung ternyata banyak
liku-likunya, sehingga dibutuhkan mental yang kuat untuk bisa menangkar burung
dengan ceria.
Si penangkar yunior, dia melihat si
penangkar burung jalak bali senior ini begitu ceria dalam menjalankan
profesinya sebagai penangkar burung, seakan tidak pernah memiliki perasaan
galau. Padahal dia menangkarkan burung jalak bali sudah empat belas tahun. Kok
bisa ya ? Didorong rasa ingin tahu dia mendatangi rumah si penangkar senior . .
.
Sabtu pagi adalah saat yang dianggapnya
paling tepat untuk berkonsultasi dengan sang senior. Sekitar jam sembilan si
yunior - sebut saja nama pak Syam - mengendap-ngendap mendekati rumah penangkar
senior -sebut saja namanya Kang Tarmin -.
“Assalamu’alaikum Kang” sapa pak Syam
begitu sampai di penangkaran kang Tarmin yang segera disambut “Wa’alaikum
salam pak Syam . . . mari . . . mari . . . masuk . . . aduh maaf kotor semua .
. . maklum habis beberes kandang . . . ya beginilah sehari-harinya penangkar
kecil seperti saya ini” kata beliau merendah.
Pak Syam faham betul, memang guru para
penangkar di klaten ini orangnya memang rendah hati. Padahal beliau ini
penangkar besar dengan segenap pengetahuan dan pengalaman yang tidak akan habis
walaupun ditimba oleh seluruh penangkar se Kabupaten Klaten sini.
“Bagaimana . . . indukannya banyak yang
produk pak ?” tanya pak Syam. “Alhamdulillah . . . memasuki Bulan Januari ini
sudah mulai mendapatkan berkah . . . hujan sudah mulai stabil, cuaca sudah
tidak jlak-jlik sehingga burung sudah merasa nyaman dengan suhu udara” jawab
beliau dengan panjang lebar.
“Kang Tarmin . . .omong-omong . . . ada
sesuatu yang ingin saya tanyakan ke bapak ?” kata pak Syam sudah mengarah ke
inti persoalan dari kedatangannya kali. “Ooo . . .silakan . . . barang kali
saya bisa bantu” jawab kang Tarmin.
“Begini pak . . . bapak kan menangkarkan
burung sudah sekitar empat belas tahun ya . . . kata orang-orang yang tahu
sejarah bapak . . . sejak bapak memulai menangkar empat belas tahun lalu sampai
sekarang tentunya kan mengalami pasang surut dalam menangkar, baik dari segi
jumlah produksi maupun dari harga dan tren pasar tentang jenis burung yang
diminati pasar. . . bahkan mungkin jatuh bangun sudah bapak alami. Tapi yang
mengherankan teman-teman di sini konon kang Tarmin ini tidak pernah mengalami
kesedihan sama sekali dalam menjalankan profesi sebagai penangkar burung. Nah
ini kira-kira resep apa yang bapak terapkan dalam menangkar burung, mohon bapak
berkenan menjelaskan ?” kata pak Syam.
“Ooo . . .itu to . . . kalau soal suka
dan dukanya menangkar . . . ya sama saja pak Syam. Semua penangkar yang sudah lama
menangkarkan burung pasti akan memiliki pengalaman yang relative sama. Kadang-kadang
gampang, kadang-kadang susah. Cuma kita juga harus rajin membaca tren minat pasar.
Seperti saat ini misalnya burung cucak rawa, murai batu sedang ngetren. Kenari
apa lagi love bird sedang turun, kita harus ngikuti tren ini. Kalau jalak bali
dari dulu memang stabil . . .booming nggak . . .lesu juga nggak ? jawab kang Tarmin.
“Terus apa yang menjadikan bapak tidak
pernah merasakan kesedihan jika produksi burung sedang menurun, atau pas burung
di penangkaran bapak tidak ngetren di pasaran ?” tanya pak Syam.
“Ooo kalau itu sebenarnya sama saja pak
Syam . . . saya kalau pas produksi menurun atau burung kurang laku karena kalah
tren dengan burung-burung impor . . . ngalami rasa sedih juga . . . Cuma
mungkin bedanya saya tidak menampakkan kesedihan itu, apa lagi sampai mengeluh
kepada orang lain . . . memang itu tidak pernah saya lakukan. Karena buat saya
menampakkan kesedihan atau mengeluh kepada sesama penangkar itu tidak ada
gunanya . . . toh semua juga mengalami hal yang sama. Karena saya tidak pernah
mengeluh dikiranya saya tidak pernah mengalami kesedihan itu . . . padahal ya
sama saja . . . Cuma bedanya saya tidak mengeluh ke orang lain tapi mengeluh
langsung kepada yang di atas . . . Kalau saya sedang mengalami kesulitan dalam
penangkaran ini saya selalu meminta jalan keluar kepada Allah“ jelas kang Tarmin.
“Jika burung-burung saya produktivitasnya
menurun saya mengadu kepda Allah . . .ya Allah berilah kami anakan burung yang
banyak . . .itu saya lakukan dalam tahajut saya . . . dalam sholat dhuha saya . . . dalam
doa-doasaya setelah selesai sholat fardhu . . . dan di banyak kesempatan yang
lain” imbuh kang Tarmin.
“Karena itu kemudian bapak nampak terus
bergembira dan bersemangat dalam menangkarkan burung bahkan seperti tidak
memiliki problem apa-apa ?“ tanya pak Syam.
“He . . .he . . .he . . . iya kali . .
.Sebenarnya hidup ini mau bahagia atau mau sedih itu pilihan kok . . . saya
memiliki cerita begini . . .cerita yang mengajarkan bagaimana cara menjadi
penangkar ‘anti galau’ . . . mau pak Syam “ tawar kang Tarmin yang tentu saya
di jawab ‘mau’ oleh pak Syam.
“Begini . . . dulu . . . sekitar sepuluh
tahun yang lalu saya mengalami kegagalan menangkarkan burung cucak rawa, maka
saya pergi berkuonsultasi kepada pak Harto . . . beliau ini penangkar jalak
suren paling senior di klaten sini . . . beliau memberi resep anti galau ini .
. . “
Beliau mengawali pemberian resep anti
galau dengan memberikan pertanyaan : coba kamu jawab mana yang akan kamu pilih
. . badan yang sehat . . .penangkaran
yang besar atau . . . panjang umur ?
Dulu saya kira ini soal yang mudah. Tapi ternyata tidak mudah untuk menjawabnya.
Jika saya memilih penangkaran yang besar tapi kalau hidup sakit-sakitan maka saya
juga gak bisa menikmati hidup. Kaya tapi sengsara.
Kamis, 15 Januari 2015
AHA Breeding Klaten : Rahasia Sukses Menangkarkan Burung Jalak Bali
Oleh : pak Syam (penangkar
burung jalak bali klaten)
Berapa banyak penangkar burung jalak bali
yang bergembira saat burung jalak balinya berproduksi dengan lancar. Namun coba
hitung berapa banyak dari para penangkar burung jalak bali yang telaten
membersihkan kandang, mengganti pakan dan air di bak mandi, memberinya ekstra
fooding yang cocok dan merawat dengan sepenuh hati ! Bisa dipastikan angkanya
bakal kontras.
Seratus persen penangkar burung jalak
bali mereka bergembira saat memanen anakan burung dari penangkarannya. Namun
mungkin hanya sekitar dua puluh persen penangkar burung jalak bali yang bisa bekerja
dengan sepenuh hati saat membersihkan kandang, mengganti pakan dan air di bak
mandi, memberinya ekstra fooding yang cocok dan perawatan hariannya.
Tidak berlebihan jika saya pribadi menyebut
problem di atas sebagai problem terbesar dari sederetan daftar problem
penangkaran burung jalak bali seperti masalah sexing, penjodohan, penyakit
burung, gangguan predator, burung lepas dan lain-lain.
Masalah sexing hanyalah masalah teknis.
Jika anda bersungguh-sungguh mendalami penangkaran burung jalak bali maka insting
anda bakal terlatih untuk bisa mengidentifikasi mana burung jalak bali yang
jantan dan yang mana burung jalak bali yang betina.
Penjodohan hanya soal ketelatenan. Secara
teknis semua penangkar sudah sangat menguasainya. Tinggal telaten dan sabar apa
nggak saat mereka menjodohkan burung. Ada burung jalak bali yang mudah berjodoh,
dalam sepekan mereka sudah akur dan siap membentuk mahligai keluarga yang sakinah
mawadah wa rohmah. Namun ada juga burung jalak bali yang sulit berjodoh,
berbulan-bulan mereka tidak kunjung akur. Mungkin mereka dipasangkan dengan calon
pasangan yang bukan typenya, jadi mereka memang saling tidak tertarik sejak
awal ketemu. Kalau begini kondisinya jangan paksa burung jalak bali anda untuk
berjodoh, carikan pasangan pengganti untuk jodohnya, sebelum salah satu
diantara mereka babak belur. Karena tidak adanya benih cinta di antara mereka
bisa memicu pertengkaran, mereka akan berantem . . .
Penyakit burung juga bukan persoalan yang
sulit-sulit amat untuk diatasi ( kecuali sudah takdirnya mati ) untuk saat ini.
Obat burung tersedia di kios-kios penjualan pakan burung. Dokter hewan ada
di mana-mana, bahkan dokter burung yang praktisi perburungan juga sudah banyak.
Jadi soal ini sudah relative bisa diatasi.
Tikus yang bergentayangan di sekitar
kandang bisa kita jepret, kita pasang perangkap, kita pasang alat pengusir
tikus, atau kita kasih umpan ikan asin yang diolesi racun. Tindakan ini adalah
tindakan standar yang biasa dilakukan oleh para penangkar di kampong kami dalam
memberantas predator perusak penangkaran. Hasilnya ? Tikus pada kabur . . .
gampang to ?
AHA Breeding Klaten : Kembalikan Burung Jalak Baliku Padaku
Oleh : pak Syam (penangkar
burung jalak bali klaten)
Cobalah sesekali mampir ke Pasar Burung Pramuka Jakarta. Di sana
anda akan terkaget-kaget dibuatnya. Karena pasar burung terbesar di Indonesia
itu, telah dibanjiri oleh berpuluh-puluh spesies burung impor dalam jumlah ratusan
ekor setiap pekannya. Saking banyaknya penjual burung sampai mebludak di
jalan-jalan.
Sepintas ini wajar sebab sebagai sebuah negara yang memiliki
penduduk terbanyak keempat di dunia, tentu peminat burung di negara kita juga
besar. Dari sisi besarnya jumlah peminat burung hal itu tidaklah mengherankan.
Sebab dalam hukum pasar di mana ada permintaan maka barang akan berdatangan ke
tempat tersebut. Itu jika sudut pandang kita hanya dari sisi ekonomi
semata-mata.
ket : gambar ilustrasi diambil dari internet
Namun jika kita berfikir dalam tataran yang sedikit nasionalis,
tentu membanjirnya burung-burung impor ini patut dicermati. Ambil contoh love
bird. Coba cermati sisi mana dari jenis burung paruh bengkok ini yang bisa kita
jadikan poin untuk mengatakan bahwa alam kita membutuhkan kehadiran mereka.
Kemerduan ocehannyakah, keindahan tampilannyakah, kegunaannya untuk menjadi
penyeimbang populasi satwa dialamkah, fungsinya untuk memperkaya kekayaan
hayati kitakah ? Menurut hemat penulis, jika di tilik dari semua sudut di atas
love bird tidak memiliki poin apapun untuk dibela.
Jadi
apa yang mendasari para importir tersebut mengusung ‘burung sampah’ masuk ke
Indonesia secara besar-besaran ? Penulis berkesimpulan bahwa faktor utamanya
adalah semata-mata karena hukum pasar, di mana para importir melihat ada
peluang untuk melakukan penetrasi pasar. Hal ini memang sudah menjadi hal yang
lumrah dalam hukum pasar, jika suatu produk memiliki demand yang tinggi maka
suplay besar-besaran pastilah akan terjadi. Sekali lagi sepintas hal ini tidak
ada yang perlu dikritisi.
ket : gambar ilustrasi diambil dari internet
Namun
jika poinnya adalah spirit nasionalisme kita untuk memelihara kebanggaan kita
terhadap kekayaan hayati asli Indonesia, maka membanjirnya burung-burung impor
semacam love tersebut membuka peluang untuk kita kritisi. Kapan kita berfikir
tentang alam bukan dalam niatan untuk mengeksploitasi ?
Coba bandingkan dengan burung Cucak Rawa atau burung Jalak Bali.
Keberadaan mereka di pasaran sangat sulit untuk kita temukan, terlebih burung
Jalak Bali. Burung dengan nama latin Leucopsar rothschildi
ini merupakan satwa endemik khas pulau
Dewata kebanggaan Indonesia ini keberadaannya jauh lebih memperihatinkan sejak
lama.
ket : gambar ilustrasi diambil dari internet
Tercatat di tahun 1966 IUCN (International Union for Conservation of
Nature and Natural Resources) sebuah lembaga konsevasi di tingkat global memasukkan
Burung Jalak Bali ke dalam daftar merah sebagai satwa yang terancam punah. Hal
tersebut disusul oleh konvensi perdagangan internasional untuk satwa dan
tumbuhan liar CITES (Convention on International Trade in Endangered Spesies of
Wild Fauna and Flora) telah mengategorikan jalak Bali ke dalam Appendix I,
yaitu satwa yang terancam kepunahan dan terlarang untuk diperdagangkan.
Konon tahun 2005 lalu di
habitat jalak Bali, yaitu di Taman Nasional Bali Barat, hanya ditemukan lima
ekor individu yang tersisa. Pemerintah turun tangan untuk menyelamatkannya dari
kepunahan. Melalui Menjangan Resort yang ada di dalam Taman Nasional Bali
Barat, dilakukanlah berbagai upaya pengembangan burung canti nan eksotik ini.
Hasilnya ?
ket : gambar ilustrasi diambil dari internet
Berbagai survey yang
digelar oleh Taman Nasional Bali Barat menunjukkan bahwa jumlah burung yang
terancam punah ini, kini secara perlahan mulai bertambah. “Dalam survey yang
dilakukan pada tanggal 5 Mei 2013 silam antara Menjangan Resort dengan Taman
Nasional Bali Barat, kami menghitung jumlah burung jalak Bali yang ada di alam
sudah mencapa 10 individu. Tahun lalu kami hanya menemui 7 individu dalam
survey yang sama,” jelas Junaedi Arif, Manajer Lapangan Program Lingkungan
Menjangan Resort. Sebegitu kecilnya jumlah mereka di alam . . .
Dan jangan kira nasib
seperti ini hanya di alami oleh burung jalak bali. Burung cucak rawa memiliki
nasib yang hamper sama. Saat ini keberadaan burung cucak rawa sudah sulit kita
temukan di pasaran apa lagi di alam liar. Bahkan di habitatnya di Kalimanta pun
sudah sulit ditemukan. Burung kacer, burung jalak suren, bahkan prenjak sekarang
jumlah mereka sudah menipis
ket : gambar ilustrasi dokumen pribadi
Lalu apa peran kita untuk
membuat mereka kembali berkicau riang di pohon-pohon sekitar rumah kita. Mari
kita mulai untuk memperdulikan kelangkaan mereka ! (pak Syam penangkar
burung jalak bali klaten Hp. 081280543060, 087877486516, PIN BB 53E70502, 25D600E9
Rabu, 14 Januari 2015
AHA Breeding Klaten : Lanjutan Misteri Rejeki ( Cerita dari Tukang Burung Jalak Bali )
Oleh : pak Syam (penangkar
burung jalak bali klaten)
Seharian kemarin, saya mengalami beberapa
peristiwa yang mengusik hati. Peristiwa-peristiwa tersebut benar-benar mengena
di hati yang sekaligus juga semakin menegaskan keyakinan saya terkait rejeki.
Rejeki dari sisi misterinya.
Setelah pagi harinya saya dikejutkan
dengan datangnya rejeki karena Mas Joko Jogja orang yang saya kenal baru
sebatas nama tiba-tiba mentransfer sejumlah uang untuk pembelian burung jalak
bali, sebagaimana saya ceritakan dalam tulisan sebelumnya.
Sore ini saya di kabari oleh istri saya via
telepon ( posisi saya masih dirantau orang) bahwa ada burung jalak bali saya yang kabur dari kandang.
Itulah yang saya maksud sebagai peristiwa-peristiwa yang mengusik hati di
kalimat awal tulisan ini.
Dalam telepon dia bercerita bahwa sepulang
dari arisan ibu-ibu di kampung, dia dikejutkan oleh burung yang terbang di
dalam rumah kami. Melihat burung yang lepas dari kandang tersebut buru-buru
istri saya menangkapnya untuk dimasukkan ke dalam kandang kembali.
Nah pas dia memasukkan burung
tangkapannya tersebut, dia merasa ada keanehan. “Bukannya di kandang ini ada
empat ekor anakan jalak bali, kenapa sekarang tinggal tiga. Berarti yang
terlepas bukan satu ekor, tapi dua ekor” kata istri saya bergumam sendirian.
Selanjutnya, seisi rumah dikerahkan untuk
mencari burung yang satunya. Seluruh sudut rumah digeledah untuk memastikan
dimana gerangan dia berada. Kandang belakang, kandang tengah, kamar mandi,
gudang tempat menyimpan barang dan menggantung kandang anakan burung jalak
bali, dapur dan seluruh kamar digeledah. Hasilnya ? Nihil. Tak ada burung jalak
bali yang diketemukan di sana.
Mungkinkah anakan jalak bali kami kabur
keluar rumah ? Bukankah seluruh lobang yang dimungkinkan bisa menjadi jalan
keluar bagi burung-burung kami yang lepas sudah kami tambal dengan kawat strimin,
sehingga jika mereka berhasil keluar dari kandang mereka tetap tidak bisa kabur
untuk melarikan diri ?
Ooo . . .mungkin dia melarikan diri lewat
pintu tengah. Itu kesimpulan kami sementara. Pintu tengah memang tidak kami
tutup dengan kawat strimin, karena pintu ini menjadi pintu utama bagi masuknya
anggota keluar ke bagian belakang rumah kami.
Bagi seorang penangkar burung seperti
kami, kehilangan burung sebenarnya merupakan hal biasa. Burung mati, dimakan
tikus, burung terbang atau burung dicuri maling adalah sederetan pengalaman
yang sangat lazim di alami oleh penangkar burung seperti kami.
Berbagai upaya telah kami lakukan;
bagaimana caranya meminimalisir terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut.
Kematian burung, sering terjadi pada
burung yang masih kecil. Hal ini kami minimalisir dengan cara melakukan
perawatan sebaik-baiknya terhadap anakan burung. Menghindarkan burung dari
perubahan cuaca drastis, memberi pakan yang cocok jenis maupun takarannyanya
dan tepat waktunya saat meloloh ( ngloloh piyikan tiap 2 jam sekali ) adalah
sederetan contoh dari upaya kami dalam meminimalisir kematian pada
burung-burung kami.
Mengganti kandang kayu dengan kandang
yang berbahan besi, meletakkannya di dalam ruangan yang tertutup, menutup
kandang dengan kerodong serta meracun tikus adalah tindakan-tindakan yang kami
lakukan untuk menyelamatkan burung dari gangguan predator semacam tikus, kucing
atau bahkan ular.
Eehh . . . Dulu pernah loh tiba-tiba
burung jalak suren kami hilang dari kandang. Dan dua hari kemudian kami temukan
ular dengan perut yang menggelembung, sedang melingkar di kamar anak kami.
Rupanya burung jalak suren kami telah dimakan ular. Hiii . . . .ngeri ya . . .
Terus kami juga melakukan pengamanan
burung dengan cara memasang teralis yang dilengkapi dengan kawat strimin untuk
menghindarkan burung dari kemungkinan kabur dan dari tangan-tangan jahil
pencuri burung.
Berbagai usaha telah kami upayakan agar
burung tidak mati atau kabur dari rumah. Namun begitu kami masih mengalami
persoalan-persoalan yang tidak kami inginkan seperti burung mati, kabur dan
lain-lain. Sebagaimana kaburnya burung kami sore tadi.
Malam harinya setelah isya’ saya telepon
balik istri saya. Saya menanyakan apakah burungnya sudah ketemu. Ternyata belum
diketemukan.
Lama kami mengobrol lewat telepon tentang
kemungkinan kira-kira di mana burung itu ngumpet. Kami masih yakin bahwa burung
itu belum keluar dari rumah karena berbagai sekat yang kami buat cukup
menyulitkan bagi burung yang lepas kandang untuk bisa kabur meninggalkan rumah
kami. Apa lagi bagi burung trotolan semacam burung jalak bali kami yang lepas
ini.
Butuh berbagai strategi dan keberanian
untuk terbang kesana-kemari agar bisa menemukan celah untuk kabur melarikan
diri. Dan saya kira burung seusia dia belum memiliki kemampuan dan keberanian
untuk melakukan itu. Sehingga saya tetap yakin bahwa sebenarnya burung itu
belum kabur meninggalkan rumah kami. Tapi burung itu ada dimana ? Seluruh ruang
dan sudut di rumah kami sudah digeledah, nyatanya burung tersebut tidak juga
diketemukan.
Tiba-tiba insting saya sebagai penangkar
muncul. Saya keluar ke halaman setelah tengak-tengok ke kanan dank e kiri, mata
saya tertuju ke pohon mangga milik tetangga saya. Mungkin burung saya nangkring
di pohon itu. Saya menghampiri pohon mangga madu milik tetangga. Mata saya
menyelidik ke seluruh bagian dari pohon itu. Di tengah keasyikan saya menelisik
keberadaan burung di atas pohon mangga tersebut saya dikejutkan oleh suara yang
sangat saya kenal. Ya . . . itu suara pak Kusno tetangga kami yang sedang
bercengkerama dengan istrinya.
AHA Breeding Klaten : Banyak Jalan Menuju Kita (Cerita Rejeki dari Tukang Burung Jalak Bali)
Oleh : pak Syam (penangkar
burung jalak bali klaten)
Semalam saya baru tahu ternyata SPP anak
sudah masuk jadwal pembayaran. Semula saya memperkirakan pembayaran SPP
semester ini jatuh pada bulan Februari
2014. Cuma tanggalnya saja yang saya belum tahu, maksud saya kapan pastinya saya belum tahu, tahunya hanya bulan Februari.
Iseng-iseng saya tanya di group, dijawab
oleh ketua forum komunikasi . . . . eh . . . ternyata jadwal pembayaran SPP semester
depan adalah bulan Januari, bukan Februari seperti yang saya perkirakan
sebelumnya.
Terus saya telepon istri di Klaten ( posisi
saya dirantau orang ) untuk ngabari kalau jadwal pembayaran SPP semester
depan ternyata bulan Januari ini. Istri saya menanggapinya dengan “tidak ramah”
karena sejak kemarin dia sudah sering mengingatkan bahwa cadangan SPP anak
semester depan “kurang aman”.
Berkali- kali pula dia menyarankan saya
untuk melakukan negosiasi ulang atas kesepakatan penjualan burung kepada si
Fulan yang sampai saat ini belum melakukan pelunasan. Tapi karena saya sudah
kadung terikat kesepakatan dengan beliau bahwa “sepasang burung jalak bali yang
itu” sudah beliau pesan, saya tidak berkutik. Karena sudah ada kesepakatan maka
saya tidak memiliki hak lagi untuk menjualnya kecuali ada perubahan kesepakatan
antara diriku dan dirinya.
Istri saya menyarankan agar dilakukan
negosiasi ulang, dengan alasan kita saat ini pas butuh duit untuk melunasi spp.
Saya agak ragu, disebabkan karena masih
ada rasa tidak enak dengan si Fulan pemesan burung ini. Hari senin kemarin saya
sudah mengingatkan bahwa saya saat ini pas jadwalnya bayar SPP anak, Cuma sampai
hari ini, hari Rabu ternyata masih belum ada balasan. Saya tahu memang beliau
sibuk bisnis wira wiri Jawa – Kalimantan, ementara beliau belum memiliki anak
kandang yang ngrumat burungnya.
Sejenak saya termenung. Dalam
ketermenungan pagi itu, saya coba mengontak salah seorang calon pembeli yang
dulu pernah menjalin kontak. Alhamdulillah sudah menjadi hal yang lazim jika
tiap bulan selalu ada saja daftar orang-orang yang telah mengontak saya untuk
memesan burung.
Ada beberapa nama; ada mas Joko Jogja,
Pak Syahrum Medan, Made Bali, Titok dan beberapa nama lainya. Saya putuskan
ngontak yang rumahnya terdekat dari Klaten yaitu mas Joko Jogja. Jam 06.26 saya
kirim bbm “Mas Joko ngapunten,
sekesar ngabari, sertifikat burungnya belum jadi. Mudah-mudahan pekan depan
sudah jadi. Kalau suda jadi insya Allah secepatnya saya antar ke Jogja”.
Sambil terus bbm-an dengan mas Joko, jam
06.36 dengan perasaan yang berat saya terpaksa bbm ke pemesan burung tadi,
untuk melakukan negosiasi ulang “Mas mohon maaf banget .
. . jika burungnya ( terpaksa ) saya ganti dengan “adiknya” gimana mas ? Burung
yang penjenengan pesan kemarin mau saya jual dulu. Saya saat ini sedang butuh
duit untuk membayar SPP anak saya. Bisa ya mas ?
Sambil menunggu jawaban dari si pemesan
burung saya meneruskan bbm-an dengan mas Joko. Bbm mas Joko masuk “Oke
pak harga nettnya berapa pak ?”
Kemudian saya jawab dengan menyebutkan nominal tertentu. Hargapun disepakati pada nominal yang
saya sebutkan di awal. Memang selama ini saya menjual burung jalak bali dengan
harga pas. Karena sebenarnya saya memang kurang menghayati dalam bisnis, saya
lebih menghayati peran saya sebagai penangkar saja. Jadi memang agak kaku dalam
mematok harga, gak bisa luwes sebagaimana orang bisnis beneran. Ada yang terpaksa
saya ngalah kalau orang ngueyeeeelll buuuaangeett . . .
Di luar dugaan ternyata mas Joko langsung
menawarkan untuk transfer pagi ini juga. Beliau berniat akan melunasi saat ini
juga walaupun beliau baru bisa mengambil burungnya Februari besok, karena
posisi beliau saat ini sedang dinas di Kalimantan. Pesan terakhir yang beliau
kirimkan “Modal kita saling percaya ya pak!”. Akhirnya pagi ini pukul 07.05.05
transfer masuk.
AHA Breeding Klaten : Penangkar Burung Jalak Bali Klaten : Membeli Burung Jalak Bali Bersertifikat Resmi, Haruskah ?
Oleh : pak Syam (penangkar
burung jalak bali klaten)
Siang
tadi saya menerima sms dari seorang kicau mania dari Tulungagung “Pak Syam ada
stok burung jalak bali nggak ?”. Saya jawab ada mas. “Burungnya resmi gak pak
Syam ?”. Saya jawab lagi “Burung jalak bali dari penangkaran saya selalu saya
lengkapi dengan sertifikat resmi dari BKSDA Jawa Tengah mas.”
Dia melanjutkan smsnya “Bagaimana saya bisa mengetahui bahwa sertifikat penjenengan asli, bukan palsu ?”. Kemudian melalui sms pula saya ceritakan panjang lebar tentang sertifikat burung jalak bali.
Dia melanjutkan smsnya “Bagaimana saya bisa mengetahui bahwa sertifikat penjenengan asli, bukan palsu ?”. Kemudian melalui sms pula saya ceritakan panjang lebar tentang sertifikat burung jalak bali.
Dalam
tulisan ini saya ingin mengatakan bahwa sikap yang diambil oleh calon pembeli
dari Tulungagung ini adalah sikap yang benar. Sebelum dia membeli burung jalak
bali dia ingin memastikan bahwa burung jalak bali yang akan dibelinya
bersertifikat resmi. Dan sertifikatnya benar-benar asli bukan aspal. Karena
keaslian sertifikat dari jalak bali sangatlah penting. Sertifikat burung yang
aspal, otomatis burungnya dianggap sama dengan burung jalak bali yang tidak
memiliki sertifikat.
Oleh
karena itu jika penjenengan ingin membeli burung jalak bali maka lakukan
sebagaimana yang dilakukan oleh calon pembeli burung jalak bali di atas. Apakah
burung bersertifikat ? Apakah keaslian sertifikatnya bisa dijamin, dalam arti
jika ternyata nantinya terbukti bahwa sertifikatnya palsu burung jalak balinya bisa
dikembalikan dan uangnya bisa ditarik kembali dengan penuh ? Sekali lagi pihak
pembeli harus aktif menyelidik sampai ke situ.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa di kalangan kicau
mania tanah air, menyebut burung jalak bali biasanya diembel-embeli dengan
istilah ''resmi dan tidak resmi''. Burung jalak bali resmi artinya burung tersebut
memiliki sertifikat. Sedangkan istilah burung jalak bali tidak resmi maksudnya
adalah burung jalak bali yang tidak memiliki sertifikat.
Loh
apakah burung jalak bali yang tidak memiliki sertifikat masih ada di pasaran ?
Karena dia statusnya “bodong” apa ada orang yang mau membeli burung jalak bali
tersebut ?
Langganan:
Postingan (Atom)