Seri Ramadhan, session 6
!! menangkar jalak bali !! merawat jalak bali !! menjual jalak bali !! budi daya jalak bali !!
Seperti biasanya, pagi itu Lik Kijan pergi ke Lereng Merapi untuk
memikat burung-burung yang berkeliaran di kaki gunung nan cantik itu. Lik Kijan
hanyalah satu di antara belasan orang yang berprofesi sebagai pemikat burung
liar di lereng merapi.
Namun sampai sore menjelang, dia hanya berhasil menangkap satu
kutilang dan seekor prenjak gunung. Di ambang keputusasaannya dia berdoa
sepenuh hati, “Ya Allah, anak-anakku menunggu kelaparan di rumah,
berilah aku seekor burung lagi agar cukup untuk beberapa liter beras, ikan asin
dan terasi”.
Tidak lama setelah doanya selesai ia panjatkan, Allah
memberikannya rezeki. Jaring yang sejak tadi pagi terpasang tiba-tiba mantul-mantul.
Ini pertanda ada buruan yang terperangkap. Benar rupanya seekor burung kacer
jantan, terjerat jaringnya. Ia pun bersyukur kepada Allah dan pulang ke rumah
dengan penuh bahagia.
Di tengah perjalanan pulang, ia bertemu dengan kelompok preman pencuri
kayu hutan. Raja premana heran dan takjub luar biasa begitu melihat burung
kacer jantan yang dibawa Lek Kijan. Lalu, kawanan preman itupun merebut ketiga
burung tangkapan Lek Kijan sekaligus.
Dibawanya burung itu ke sebuah gubug di tepi hutan. Raja preman
mengeluarkan burung dari dalam sangkar sambil tertawa kegirangan. Tiba-tiba si
kacer jantan mematuk jari tangannya sampai berdarah. Sejurus kemudian badan si
raja preman menggigil kedinginan. Masak bos preman kalah sama manuk kacer ya ?
Preman cap apaan itu ?
Saya jadi ingat cerita seorang teman yang pernah naik bus tumpuk
jurusan Kartosuro –Palur saat PO Damri masih mengoperasikan bus tersebut
beberapa tahun lalu. Saat dia naik dan ingin duduk di bagian atas, dia
terhalang oleh seorang lelaki bertampang preman, badan bertato dengan rambut
gondrong di kucir yang berdiri mematung di pintu menuju lantai atas. Karena
terhalang oleh si raja preman maka dia tidak jadi naik ke lantai atas bus
tumpuk tersebut.
Ketika bus sudah hampir mencapai pasar Kleco ( kira-kira 2 km
perjalanan ) tiba-tiba dia dikagetkan oleh suara orang muntah-muntah hueek . .
.huueek . . . . Begitu di tengok ternyata si raja preman yang bertato dan
berambut gondrong kunciran tadi sedang muntah-muntah hebat. Rupanya si raja ini
tidak tahan menahan goncangan bus tumpuk itu.
“Ealaahh mas-mas, wong preman gagah, tatoan dan gondrong kunciran
, naik bus kota saja kok ya ndadak mabuk barang to mas” kata temanku dalam
hati. Namun bagi saya ada yang lebih aneh lagi, ya temanku itu tadi. La wong
sama preman gampang ambruk saja kok ya takut . . . ealahh . . .kasihaaan deh lu
. . .isin aku dadi koncomu.
Jadi jangan kira ya kalau namanya preman bertato itu mesti tahan
banting. Bisa saja dia dipatok ayam sayur saja langsung pingsan ? Ha . . . di
patok ayam sayur bisa pingsan, gimana ceritanya ? La saking kagetnya pas
dipatok dia kebentur tembok dapur kok . . . .he he he . . .
Makanya jangan heran kalau preman yang dipatok burung kacer
tersebut badannya menggigil hebat sehingga malam itu raja preman tersebut tidak
bisa tidur. Bahkan telah banyak dukun ahli upas ulo telah dihadirkan. Namun
semuanya tidak mempan.
Akhirnya di bawalah sang raja preman itu ke rumah seorang tabib
kenamaan. Sang Tabib menyarankan agar jarinya dipotong saja, untuk mencegah
masuknya racun yang lebih dalam. Akhirnya jari itu dipotong. Namun setelah
jarinya dipotong, ia tetap tidak dapat istirahat karena ternyata racun itu
telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Tabib pun menyarankan agar pergelangan tangan raja preman itu dipotong
dan raja pun menyetujuinya. Namun setelah pergelangan tangannya dipotong, tetap
saja raja preman tidak dapat memejamkan matanya, bahkan rasa sakitnya makin
bertambah; ia berteriak dan meringis dengan keras karena racun itu telah
merasuk dan menyebar ke anggota tubuh yang lebih dalam.
Terakhir sang tabib menyarankan agar tangan raja preman dipotong sampai
siku. Setelah lengannya dipotong, sakit jasmaninya kini telah hilang, tetapi
diri dan jiwanya tetap belum tenang.
Tabibpun angkat tangan. Akhirnya menyarankan agar raja dibawa ke tetua
kampong Bale Rante, yang terkenal ahli hikmah.
Dibawalah sang raja preman ke sana dan diceritakan seluruh
kejadian seputar pertemuannya dengan Lik Kijan sang pemikat burung kacer.
Mendengar itu, ahli hikmah berkata, “Le bocah bagus, jiwamu tetap tidak akan
tenang selamanya sampai pemikat burung itu memaafkan dosa dan kesalahan yang
telah kamu perbuat”.
Dicarinya Lik Kijan dan setelah didapatkan, raja preman menyungkur
di kaki Lik Kijan menceritakan kejadian yang dialaminya dan ia memohon agar dia
memaafkan semua kesalahannya. Lik Kijanpun memaafkannya dan keduanya saling
berjabat tangan.
Sang raja preman penasaran ingin mengetahui apa yang dikatakan si
pemburu ketika dia mengambil paksa burung kacer miliknya. Ia bertanya, “Apa
yang kau katakan ketika kami merampas burung itu?” Lik Kijan menjawab, “Tidak ada,
kecuali aku hanya mengatakan: ‘Ya Allah, sesungguhnya dia telah menampakkan
kekuatannya kepadaku, perlihatkanlah kekuatan-Mu kepadanya!”
Sungguh, doa orang teraniaya sangat mustajab, maka berhati-hatilah
jangan sampai anda menganiaya orang lain, seberapa besarpun kekuasaan yang
kalian miliki.
Pusat penangkaran burung jalak bali "AHA Breeding Klaten" telah berhasil menangkarkan burung jalak bali dan merawat anakan burung jalak bali hingga dewasa, hingga turut berperan dalam menyokong program pemerintah dalam mencegah kepunahan burung jalak bali tersebut. Di samping telah menghindarkan dari kepunahannya budi daya burung jalak bali ini juga sangat bermanfaat secara ekonomi. "AHA Breeding Klaten" telah banyak menjual burung jalak bali hasil tangkarannya kepada para kicau mania yang hobi burung jalak bali maupun penangkar burung jalak bali.
!! menangkar jalak bali !! merawat jalak bali !! menjual jalak bali !! budi daya jalak bali !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar