Akhir pekan adalah saat yang
menyenangkan bagi penangkar jalak bali seperti saya. Saat-saat seperti ini biasanya
dimanfaatkan oleh para penangkar jalak bali kicau mania untuk menikmati
klangenannya dengan sepuas-puasnya, setelah melewati hari-hari yang penat selama satu pekan.
Akhir pekan kali ini, lebih
semarak lagi, karena latber burung kicau yang biasa digelar di tempat kami
dikelola dengan cara yang sedikit berbeda disbanding dengan even serupa bulan
lalu. Pada latber kali ini panitia menyisipkan satu acara lagi sebelum acara
utama latber berlangsung. Acara sisipan itu berupa acara breeding motivation (
motivasi berbalut penangkaran ) dengan menghadirkan pak Syam sebagai Breeder
Motivatornya ( alias motivator cap manuk ).
Dalam sessi yang disambut
meriah oleh para penangkar jalak bali dan kicau mania Klaten ini pak Syam
memulai presentasinya dengan sebuah game.
“Baik . .. kalian lihat di
depan semuanya. Di depan kalian terdapat sangkar yang berjejer dengan rapi. Saya
sengaja menyiapkan 60 ekor burung gereja dalam sangkar-sangkar ini. Dan di atas
meja sebelah kiri saya, telah disiapkan pita berwarna putih dan spidol berwarna
merah. Sekarang silakan kalian semua maju untuk mengambil seekor burung gereja
dan selembar pita. Tolong panitia membagikan burung dan pitanya kepada
masing-masing peserta. Oke silakan maju dengan tertib !” begitulah pak Syam
mengawali presentasinya
Dan kepada mereka para
penangkar jaak bali ini, masing-masing diminta untuk menulis namanya pada sehelai
pita tersebut dengan huruf balok berwarna merah. Setelah itu pita diikatkan
pada kaki kanan burung gereja tersebut.
Kemudian ruangan di tutup
rapat. Lampu dinyalakan, sehingga ruangan masih cukup terang.
“Baik sekarang saya akan
memberikan instruksi. Sekarang kita akan memulai gamenya. Kalian semua sekarang
telah memegang seekor burung gereja yang telah diberi identitas anda yaitu nama
anda kan ? Sebentar lagi kalian akan melepaskan burung yang kalian pegang, di
dalam ruangan ini. Setelah itu tolong kalian cari dan tangkap burung gereja
kalian tadi. Saya beri waktu 20 menit. Oke sekarang lepaskan, dan tangkap
burung kalian. Yang sudah berhasil menangkapnya tolong laporkan ke panitia. Oke
waktunya dimulai dari sekarang” kata pak Syam memberikan instruksi.
Dalam sekejap aula berukuran
10m x 15m itu menjadi gaduh, dengan suara yang menggelegar bak guruh diselengi
beberapa peserta yang mengaduh karena tertabrak temannya yang bermandi peluh.
Semua orang bergerak agresif mencari burung yang memuat nama mereka,
bertabrakan satu sama lain, mendorong dan berebut dengan orang lain
disekitarnya sehingga mirip kesemrawutan di pasar burung.
Lima belas menit telah
berlalu, namun panitia tidak menerima satu laporanpun dari peserta yang telah
berhasil menangkap burungnya.
“Hayo masih ada waktu 5 menit
lagi. Ayo kalian pasti bisa” pak Syam memotivasi mereka.
Namun rupanya teriakan pak
Syam kalah kenceng dibanding kegaduhan mereka. Dan hingga waktunya habis tak satupun peserta
yang berhasil menangkap burung atas namanya.
Melihat tidak ada peserta yang
bisa menangkap burung gereja atas namanya sendiri kemudian pak Syam melanjutkan
game dengan mengubah instruksinya.
“Dua puluh menit tidak ada
yang bisa menangkap burung atas namanya. Sekarang ketentuannya saya rubah. Coba
sekarang kalian tangkap burung itu secara acak. Kalian boleh menangkapnya
sesuka kalian. Saya kasih waktu 10 menit. dan waktunya dimulai dari sekrang”
kata pak Syam menjelaskan ketentuan game yang baru.
Bersambung . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar