Terus perbedaan
selanjutnya mengenai harga burung. Ada sedikit kesalahan anggapan bahwa membeli
burung dari seorang PENANGKAR burung selalu LEBIH MURAH dibandingkan dengan
membeli burung pada seorang BAKUL burung. Iya dong . . . kan bakul membeli
burung dari penangkar, kemudian menjualnya dengan mengambil margin keuntungan
tertentu, maka tentu saja dia menjualnya dengan harga yang lebih mahal. Logis
dong . . .
Namun benarkah
seorang PENANGKAR selalu menjual burung LEBIH MURAH dibandingkan dengan seorang BAKUL burung ? Dalam pengalaman saya, hal ini tidak
selalu berlaku. Lo kok ?
Ada beberapa alasan
yang mendasari, mengapa hal itu terjadi :
1.
Dalam menjual hasil penangkaran burung Jalak
Bali saya lebih berorientasi kepada konsumen langsung. Saya memiliki alasan
tersendiri mengapa saya berorientasi kepada konsumen, bukan bakul burung.
2.
Secara umum, orientasi penjualan burung ini ditujukan
kepada siapa, akan berpengaruh terhadap perlakuan terhadap burung tersebut.
Misalnya tentang perawatannya, gizi yang diberikan kepadanya, ukuran dan
kenyamanan kandang pemeliharaan dan lain-lain akan berbeda terhadap burung yang
akan dijual kepada konsumen dengan burung yang mau dijual kepada pengepul.
Cobalah tengok bagaimana para bakul burung di Pasar Pramuka dalam merawat
burung dagangan mereka ? Hanya dengan melihat ke pasar tersebut maka anda akan
faham dengan apa yang saya maksud perlakuan terhadap burung tersebut.
3.
Saya menerapkan “standard” dalam memelihara
burung saya dengan orientasi untuk ditangkarkan. Para penangkar biasanya selalu
memiliki empati yang lebih tinggi terhadap burung dibandingkan dengan seorang
bakul burung. Sebagai penangkar burung saya memperlakukan burung dengan kasih
sayang yang penuh. Sebagai penangkar burung Jalak Bali saya tidak sampai hati
jika harus mengurangi hak-hak burung berupa perawatan, makanan dan minuman,
maupun suasana kandangnya. Ini berbeda dengan seorang bakul burung yang
orientasinya sekedar menangguk untung, dari berjual beli burung. Bagi mereka
yang penting untung.
4.
Pengalaman sebagai penangkar mengajarkan kepada
saya, bahwa kualitas sepasang indukan burung Jalak Bali berpengaruh secara
signifikan terhadap produktifitas dan kesehatan anaknya. Ibarat keluarga jika
sepasang suami dan istri, keduanya sehat secara jasmani dan ruhani, maka
kemungkinan besar anak-anak yang lahir kelak adalah anak-anak yang sehat lahir
dan batin. Begitu pula sebaliknya. Nah kesehatan ‘suami-istri” dalam
penangkaran burung ini lebih terjamin jika yang memelihara adalah seorang
penangkar, dibandingkan dengan peliharaan seorang bakul.
5.
Sebagai penangkar saya memiliki rasa yang sama
dengan konsumen saya untuk bersama-sama memiliki penangkaran yang berkembang
secara normal. Keinginan ini saya wujudkan dalam bentuk kesediaan untuk berbagi
ilmu dan pengalaman dalam menangkarkan burung Jalak Bali ini.
6.
Dalam menjual burung Jalak Bali hasil
penangkaran saya berprinsip bahwa saya TIDAK HANYA MENJUAL BURUNG JALAK
BALI, TAPI SEKALIGUS MENUJAL ILMU DAN PENGALAMAN DALAM MENANGKAR BURUNG JALAK
BALI. Mungkin hal inilah yang tidak dimiliki oleh bakul burung, dan mungkin juga penangkar lain yang kadang pelit berbagi tips dalam menangkarkan
burung Jalak Bali.
7.
Berkaitan dengan administrasi perijinannya saya juga
siap berbagi pengalaman. Menangkarkan burung Jalak Bali, karena burung jenis
ini sudah langka keberadaannya di alam maka, diperlukan ijin dari pemerintah.
Nah tentang bagaimana caranya, ijinnya kemana, persyaratannya apa saja, tidak
semua penangkar burung Jalak Bali memiliki pengalaman. Penangkar burung Jalak
Bali saja masih ada yang belum tahu prosedur dan persyaratannya, apa lagi kalau
dia hanya seorang bakul burung Jalak Bali maka hampir pasti dia tidak perhatian
terhadap perijinan ini.
8.
Prinsip yang saya terapkan dalam penjualan
burung Jalak Bali adalah, MENJUAL BURUNGNYA, BONUS ILMU menangkarkannya. Tentu saja
prinsip ini akan lebih tepat jika konsumennya adalah calon para penangkar dan
penghobi burung. Itulah sebabnya sejak awal dalam menjual burung Jalak Bali saya memang berorientasi kepada konsumen langsung
.
.
Memasuki dunia
burung itu ibarat memasuki hutan tropis di Afrika sana. Salah-salah kita bisa
diterkan hyna atau bahkan singa dong ? Walah
. . .serius amat
Iya sih . . .di
tengah hutam tropis Afrika sana, kita mau cari binatang apa saja ada. Dari kucing
sampai citah, dari kambing sampai gajah bahkan cicak dan buaya juga ada di
sana.
OK bersambung ya . . . . . . . . . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar