Para breeder Nusantara, berapa
lama sampean mampu menahan pikiran agar tetap bening di saat momongan anda bertabulan-bulan
tak jua bertelur ? Setengah tahun . . . satu tahun . . .satu setengah tahun
masih tahan ? Bisakah sampean dalam masa itu tidak ngomel-ngomel, tidak ngomeli
si burung piaraan ?
Atau sebaliknya sampean malah tidak memiliki batasan waktu dan sudah merasa
menjadi makhluk paling menderita di dunia ketika penjodohan murai anda berakhir
dengan pendarahan di kepala sang betina ? Dan setelah itu sampean menjadi ragu
untuk terus menekuni dunia breeding ?
Atau kita semua para breeder ini,
sudah merasa berhak untuk mengambil jatah putus asa dalam membreeding ketika
telur murai kita dimakan betinanya, atau saat kita memiliki piyik yang tidak
diloloh induknya dan tentu saja berakhir pada almarhumnya sang piyikan ? Dan setelah
itu sampean memutuskan talak tiga terhadap dunia breeding, dengan menorehkan luka
hati yang menganga ?
Bagaimana jika kita membreeding
tanpa hasil, bahkan sampai dua puluh bulan ? Haa . . . dua puluh bulan . . .
jangan dong. Paceklik ya jangan lama-lama. Paling banter setengah tahun saja
ya, boleh gak Om ?
Mari kita menyimak pengalaman
‘berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian’ yang dialami oleh Pelatih
Murai Pasaman U19, yaitu Indra Syafri. Dia menuturkan pengalamannya dalam acara
Kuliah Tjokroaminoto Untuk Kebangsaan dan Demokrasi di Ruang Adi Sukadana
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, beberapa waktu
lalu.
Lelaki tangguh itu terlihat
menitikkan air mata. Dia harus merecall semua ingatan pahit tentang gersangnya
perhatian pengurus PSSI terhadap para pelaku sepak bola tanah air. Seperti kita
ketahui bahwa sejak diberi tugas menangani timnas U-19 pada September 2011,
baru 20 bulan kemudian ia menerima gaji.
Air mata itu dipicu oleh
pertanyaan salah seorang peserta kuliah yang menanyakan apakah istrinya tidak
protes mengetahui dirinya tidak digaji oleh PSSI selama 20 bulan?
Padahal sejak memutuskan menerima
tawaran menjadi pelatih timnas, Indra meninggalkan pekerjaanya sebagai kepala
kantor sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara di Padang. “Selama tidak
digaji, saya banyak dibantu teman. Ada yang ngasih utang, ada yang ngasih
sedekah,” kata Indra.
Kini setelah Evan Dimas dan
kawan-kawan meraih prestasi, sejumlah perusahaan antre ingin menjadi sponsor
timnas U-19. Salah satunya, sebuah televisi swasta nasional itu telah membeli
hak siar timnas U-19 sebesar Rp 30 miliar. (Coba tebak kira-kira uang itu bakal
mengalir ke mana saja ).
Bener kata orang keteguhan itu
pahit namun buahnya manis. Jadi pastikan bahwa pohon keteguhan yang sampean
tanam, memang benar-benar akan berbuah. Dan jangan sekali-kali sampean tanam
pohon keteguhan yang palsu, pahit deritanya namun tak ada buahnya.
Bagaimana filosofi ini jika
diterapkan dalam dunia breeding ? Apa yang mesti kita lakukan ?
Sederhana saja, ssampean mesti
memilih indukan yang josssssssss . . . walaupun tentu saja harganya juga
gandooosssssss . . . Setelah itu beternaklah dengan ternang. Ra usah
grusa-grusu gek ndang kepingin oleh trotolan . . .
Sikap terbaik adalah bersabar di
atas rel yang benar, maka kita bakal sampai di stasiun tujuan dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar