Mengamati
konstruksi dan melihat penampakan kandang Om Breeder yang satu ini,
hati saya jadi kecut. Betapa tidak, kandangnya Om Breeder menurut saya
cukup mewah dalam arti mewah yang sebenarnya. Ini jelas beda sekali
dengan kandang saya. Memang sih kandang saya kadang-kadang juga saya
sebut mewah, cuma mewah dalam arti mepet sawah. Maklum memang rumah saya
berdempetan dengan sawah. Maklum orang udik . . .
Sedangkan
burung-burung di tempat saya, kandangnya kandang biasa. Tapi walau
begitu, syukurlah penangkaran saya produktifitasnya juga cukup
memuaskan. Alhamdulillah kandangnya biasa hasilnya luar biasa.
Tapi
mengapa ketika membandingkan kandang keduanya, yaitu antara kandang
penangkaran saya dengan penangkaran Om Breeder hati ini masih juga
menjadi kecut ? Oo . . . iya ya, Kenapa mesti kecut. Wong
produktifitasnya juga sama kok. Sama-sama tinggi.
Begitulah
yang sering terjadi dalam dunia penangkaran. Kadang pendatang baru
dalam dunia penangkaran ini merasa silau dengan kemewahan kandang para
senior yang kadang memang cukup wah. Padahal kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa kemewahan kandag penangkaran tidak selalu berbanding
lurus dengan tingkat produktifitasnya.
Ada
kandang mewah dan hasilnya bagus. Ada juga kandang yang penampakannya
biasa-biasa saja namun produktifitasnya juga jempolan makanya banyak
yang like. Ada kandang yang sederhana namun burungnya cukup produktif,
namun ada juga yang kandangnya jelek, dan anakannya juga tidak
nongol-nongol.
Jadi
nampaknya konstruksi dan penampakan kandang, kadang kala tidak
berpengaruh terhadap produktifitas burung. Justru yang paling
berpengaruh terhadap produktifitasnya adalah rasa nyaman burung di
kandang dan gizi burung yang diberikan oleh bosnya. Rasa nyaman ini bisa
berwujud terbebasnya burung dari gangguan orang lalu lalang, suara
berisik maupun gangguan binatang predator, tikus misalnya. Sedangkan
gizi yang diberikan kepada burung mempengaruhi tingkat kesehatannya
dimana kelak ujungnya akan berpengaruh terhadap tingkat fertilitas dan
kemampuan berproduksi.
Jadi
nampaknya kemewahan kandang hanya berpengaruh terhadap kepuasan
pemiliknya, bukan pada kenyamanan burungnya. Namun begitu jika
pemiliknya puas maka akan mendorongnya untuk memberikan yang terbaik
bagi burung, termasuk juga memilihkan gizi yang terbaik bagi burungnya.
Jadi ternyataharus diakui juga ya bahwa kemewahan kandang ngaruh jugaa,
walaupun gak secara langsung.
Bagi
kita terutama para pendatang baru, saya sarankan membangun kandang yang
biasa-biasa saja. Yang penting kondisi aman, dalam kandang nyaman jika
perlu ada tumbuhan, dan mesti aman dari predator (tikus) tidak bisa
ditawar. Kandang yang sederhana ini penting disamping untuk kepentingan
burungnya juga untuk keperluan penangkar dalam menghemat biaya.
Maka
pandai-pandailah mensiasati kondisi, baik kondisi lingkungan, lahan
maupun kantong. Manfaatkan kreatifitas anda semaksimal mungkin. Terapkan
kaidah biaya sekecil-kecilnya untuk mendapatkan kenyamanan yang
semaksimal mungkin buat si burung. Jika kreatifitas kita jalan, maka
dengan kondisi kandang yang biasa-biasa saja maka insya’a Allah burung
tetap bisa produktif.
Saya
jadi teringat tentang bagaimana kreatifitas orang Rusia dalam
mensiasati pengaruh gravitasi bumi dengan biaya yang minim namun
berhasil guna tinggi. Itu dilakukan oleh Rusia saat Amerika dipusingkan
oleh pulpen yang macet saat di angkasa luar. Ceritanya begini.
Ketika
NASA mengirimkan astronotnya ke luar angkasa, mereka menemukan fakta
bahwa ternyata pena tidak bisa digunakan pada gravitasi nol. Pada
kondisi ini ternyata pulpen macet, karena tinta mogok keluar dan gak ada
yang narik. Sebab gravitasi bumi sedang prei. Untuk memecahkan masalah
ini, mereka melakukan penelitian selama kurang lebih dari sepuluh tahun.
Tahu nggak berapa dana yang dihabiskannya ? Mereka menghabiskan dana
sampai milyaran rupiah, sekedar untuk mengeluarkan tinta dari ujung
pulpen, seperti kita mengeluarkan endog dari indudukan yang kededelen
(egg binding). Mereka menghabiskan dana sampai $12 juta ( Rp.120 milyar
dengan kurs $1=Rp.10.000,-).
Dana
sebesar itu digunakan untuk merancang sebuah pena yang dapat digunakan
pada gravitasi nol, saat pena menghadap keatas, bahkan di dalam air,
bisa berfungsi pada permukaan apapun termasuk kaca mungkin juga gigimu
he he he . . .dan bisa dipakai pada suhu yang ekstrim dingin sampai 300
derajat celcius dibawah nol. Ooo . . . pantas biayanya gede.
Dan
bagaiaman dengan orang Rusia ? Solusi apa yang mereka kaji untuk
mengatasi masalah ini ? Ternyata mereka berfikir sederhana. Mereka
mengganti pulpen dengan pensil. Berapa dana yang mereka butuhkan ?
Mereka butuh dana dua ribu perak (???) saja . . . dan masalah selesai
Atau
kita bisa mensiasati penghematan anggaran kandang dengan meniru gaya
Dai Nippon. Konon bangsa yang pernah menjajah negara kita selama 3,5
tahun ini menyimpan cerita yang tak kalah kreatifnya.
Mereka
mempunyai cerita tentang kotak sabun yang tingkat popularitasnya
mungkin hampir mendekati operasi sabun Broadway. Bahkan cerita ini telah
menjadi salah satu studi kasus yang paling terkenal dalam manajemen
Jepang .
Sebuah perusahaan kosmetik terkenal di Jepang menerima
keluhan dari beberapa konsumen bahwa sabun yang mereka beli ternyata
kosong. Dengan segera bagian pengaduan pelanggan terjun langsung
menginspeksi bagian pengemasan produk. Sebab bagian ini merupakan lini
terakhir dari proses produksi sebelum dikirim ke bagian pengiriman
produk.
Setelah
melakukan penelitian mereka memperoleh temuan di mana memang kerap ada
kotak sabun yang kosong yang melewati bagian pengemasan. Manajemen
kemudian meminta para insinyur terbaiknya untuk memecahkan masalah yang
bisa menurunkan citra perusahaan ini.
Para
insinyur tersebut segera melakukan penelitian. Mereka bekerja sangat
keras siang malam, pagi sore dan akhirnya menemukan mesin X-ray dengan
resolusi tinggi yang bisa menembus tembok, apa lagi kalau sekedar kotak
sabun. Alat ini dioperasikan oleh dua orang dalam menjalankan tugas
mengamati semua kotak sabun yang lewat di depannya. Dengan cara ini maka
dia berani memberikan jaminan tidak akan ada lagi kotak kosong yang
lolos ke pasar.
Tidak
perlu diragukan lagi hasil yang mereka capai. Hasilnya sangat
memuaskan. Namun teknologi ini tidak banyak dimanfaatkan perusahaan lain
dalam kasus-ksus serupa. Mengapa ? Ini terkait dengan dana pengadaan
barang maupun operasionalnya. Terus gimana dunk ? Mari kita tuntaskan
ceritanya.
Masih
di Negara Jepang yang pernah menjajah knegara kita ini, sebuah
perusahaan dengan skala yang jauh lebih kecil mendapatkan problem yang
serupa. Namun tentu saja mereka tidak bisa mengalokasikan budget yang
sama dengan perusahaan kosmetik tadi. Maka mereka tidak menggunakan
mesin X-Ray yang mahal itu. Mereka mencoba melakukan pemecahan dengan
cara yang berbeda. Apa yang mereka lakukan ?
Managemen mereka memutuskan untuk membeli sebuah kipas angin khusus yang sangat kuat. Kipas angin ini diletakkan pada suatu titik di bagian pengemasan. Kemudian kipas angin itu dinyalakan. Dengan demikian maka setiap kotak sabun yang melewati kipas tersebut dalam keadaan belum terisi (kosong ) maka dia terbang tertiup angin. Begitulah kisahnya . . .
Jadipesan saya dadi wong kicau itu ojo kagetan lan ojo gumunan. Jika
kita belum mampu membangun kandang yang mewah, jangan grogi, sebab hal
itu bisa disiasati.
Kalau anda sempat ke klaten anda akan menyaksikan dengan mata kepala
sendiri dan memang harus dengan mata kepala sendiri sih, sebab kalau
pakai mata kaki sendiri malah gak bisa. Maka anda akan terkaget-kaget,
sebab anda akan menemukan kenyataan yang menakjubkan. Dimana dari
kandangnya yang sederhana Pak Syam, Penangkar Jalak bali Klaten di AHA
Bird Farm Klaten menghasilkan puluhan anakan Jalak Bali. Puluhan anakan
Jalak bali itu dihasilkan hanya dari dua pasang indukan Jalak Bali dalam
waktu sekitar satu tahunan. Dan sekali lagi kandangnya sederhana.
Namun kadang-kadang pak Syam juga membanggakan kandangnya dengan
menyebutnya sebagai kandang burung mewah, alias kandang burung mepet
sawah karena rumah pak Syam memang mepet sawah.
jadi ojo kagetan lan ojo gumunan . . .ya om !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar