Setelah menjajal Murai Batu, saya
penasaran dengan Jalak Bali. Burung Jalak Bali yang langka dan eksotik dengan harga lumayan ini membuat saya jatuh cinta. Kebetulan teman saya yang sudah sukses menangkarkan Murai Batu yang kemarin saya ceritakan, beliau membeli burung Jalak Bali. Tidak tanggung-tanggung beliau memborong tiga pasang anakan
sekaligus. Waktu itu sekitar bulan Juli 2012, harganya masih 11,5 juta.
Setelah saya menyaksikan betapa
cantiknya burung Jalak Bali ini, dan dibumbui dengan berbagai cerita tentang prospek menangkarkan Jalak Bali species ini plus cerita manis diseputar proses penangkarannya, saya
menjadi panas. Dari situ kemudian saya terseret turut membeli Jalak Bali, dua pasang. Bedanya
saya sengaja memilih Jalak Bali yang sudah dewasa.
Hal ini saya lakukan mengingat burung Jalak Bali produktif pada usia di atas dua tahun. Maka saya putuskan untuk
membeli burung Jalak Bali yang sudah indukan saja, biar cepat produksi. Di samping itu karena saya merasa
sudah punya sedikit pengalaman menangkarkan Jalak Suren. Sebab kata orang
species jalak-jalakan mempunyai karakter yang mirip. Jadi kalau sudah
berpengalaman di Jalak Suren maka insya Allah bisa diterapkan di Jalak Bali.
Oqela kalo begitu.
Dan Alhamdulillah, ternyata
kesimpulan itu terbukti benar. Sekitar empat bulan setelah saya memboyong
indukan Jalak Bali tersebut, dia bertelur. Dan syukurnya lagi indukan Jalak Bali yang satunya juga
bertelur. Setelah melalui masa penyesuaian dimana masing-masing indukan Jalak Bali membuang telurnya sampai dua kali, akhirnya bulan juli yang lalu di pekan
pertama indukan Jalak Bali pertama bertelur lagi. Disusul sepuluh hari kemudian indukan Jalak Bali yang kedua juga bertelur. Masing-masing tiga biji.
Indukan Jalak Bali pertama menetas pada
tanggal 19 Juli 2013 dengan tiga piyikan merah yang manis-manis. Di susul
sepuluh hari kemudian indukan Jalak Bali yang kedua yaitu tanggal 29 Juli juga
menghasilkan piyikan yang manis semanis piyikan yang pertama. Jumlahnyapun sama
yaitu tiga ekor piyik.
Senang bukan kepalang hatinya
ini. Dan kini mereka semua sudah berumur dua bulanan. Piyikan Jalak Bali ini tampak manis,
eksotik cantik dan ganteng . . . . seganteng pemiliknya xi xi xi. Siapa itu . .
. yang di maksud ganteng . . . yang saya ini xi xi xi . .. .
Terus apa yang menjadi faktor keberhasilan menangkarkan Jalak Bali ini ? Apakah pengalaman menjelajahi berbagai species
burung, sebagai penangkar sudah mempunyai ilmu yang ’mumpuni’ dalam menangkarkannya sehingga
dalam masa empat bulan Jalak Balinya sudah produksi ?
Kalau dibilang mumpuni ya belum
lah . .. . . Tapi kalau sekedar mau sharing soal penangkaran Jalak Bali, insya Allah bisa lah ya. Kan untuk sekedar sharing gak perlu
joss-joss amat. Iya toh ?
Sekali lagi untuk sharing itu
tidak dibutuhkan yang serba joss kan ?. Sedikit yang kita punya
kemudian kita bagi maka akan semakin berkah. Ingatlah lilin yang bernyala kecil
itu. Dia tidak perlu bernyala gede untuk membagi apinya kan ?
Eh ya . . . balik maning nang
Murai Batu. Murai Batu yang pernah terhenti dulu itu, udah dapat jodoh maning.
Dapat brondong lagi. Brondongnya turunan Lintang, konon ini trah juara. Lintang
pernah melanglang buana dan cukup kesohor di wilayah Surakarta Hadiningrat. Dan bulan Oktober kemarin netes tiga ekor. Semoga untuk kali ini, Allah
mengirimkan rejeki buat saya lantaran dirinya, Amin !
Kini saya baru merasakan bawa
kebontang-banting di dunia breeding (penangkaran), tidak boleh bikin kepala jadi pusing apa
lagi sampai tujuh keliling, juga jangan sampai bikin jari jadi kithing atau rambut
tambah keriting. Sekalipun harus kehilangan burung yang digondol maling, hal
itu tidak boleh membuat kita terus berpaling dan gak mau balik maning ke dunia
breeding.
Sebab ternyata kebontang-banting
di arena breeding, akan membuat kita menjadi tahan banting, tidak akan gampang
jatuh apatah lagi terguling-guling. Dan pengalaman penting yang bisa saya
sunting dari jatuh bangun di arena breeding, ternyata itu semua sekedar cara
Allah untuk menunjukkan dan sekaligus melatih saya untuk memberikan kesuksesan
aktivitas ngebreding saya, sampai kelak happy ending.
Meminjam istilahnya orang-orang
sufi ( suka findah, alias ngontrak sana ngontrak sini ) kegagalan itu hanya
sekedar wasilah (sarana) Allah untuk mengkatrol maqom kita menuju anak tangga
yang lebih tinggi. Kelak jika kita telaten melakoninya insya Allah akan sampai
juga ke puncak tangga. Insya Allah . . .
Kapan-kapan kita lanjutin sharing
lagi soal ngebreeding ini ya. Oke boz. . . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar