Oleh : Pak Syam, Penangkar burung Jalak Bali Klaten
Hp. 081280543060, 087877486516, WA. 081280543060, Pin BB. 53E70502, 25D600E9
Sore itu kang Gito tampak keheranan atas kejadian yang dialaminya. “Kok bisa ya . . . heran saya . . .kok bisa ya ?” gumamnya berkali-kali. “Saya benar-benar heran kok bisa. Uang yang satu juta itu kemana ya ? tanyanya kepada diri sendiri.
“Ada
apa kang Gito, kok gemremeng sendirian ?” tanya Hari mengagetkan. “Eh kamu to
Ri. Kaget aku . . . ini lo aku kehilangan uang satu juta,” kata kang Gito menerangkan.
“Hilang di mana Kang ?” tanya Hari. “Nah itu yang aku bingung. Untung istriku
belum tahu, kalau tahu . . . walah bakal ada perang baratayuda ini,” katanya
panjang lebar.
“Loh .
. .gimana to kang Gito ini kehilangan uang kok gak ngerti hilangnya di mana ?”
kata Hari keheranan. “Lah kalau aku ngerti hilangnya di mana . . .ya nggak jadi
hilang to Leee . . . cah stress tenan kamu ini,” jawab kang Gito geregetan.
“Iyaa . . . iyaa . . .maaf kang,” kata Hari.
“La
kejadiannya gimana to kang ? sambung Hari.
“Gini
lo Ri ceritanya. Kemarin saya kan ditawari sepasang burung jalak bali harganya 17 juta sepasang.
Tapi saya gak punya uang sebanyak itu. Karena saya kepingin banget punya burung
jalak bali, terus saya pinjam uang kepada Mas Haryo. Tapi dia hanya punya 10
juta, terus saya nambah lagi ngutang kepada mas Seno juga 10 juta. Setelah itu
saya bayarlah burung itu sebesar 17 juta, sisanya kan 3 juta. Trus saya masukkan ke dalam dompet.” Kata kang
menceritakan.
“Oke .
. . manteb, punya burung jalak bali dan masih punya 3 juta di dompet. Manteb
kang !” komentar mas Hari.
“Manteb
gundulmu itu Le . . . “! bentak kang Gito sewot.
“Iya .
. .iya . . .maaf kang. Terus gimana kang ?” tanya Hari.
“Saya
lanjutkan ya . . . terus sore harinya saya pikir-pikir kok sisanya masih banyak
ya. Terus saya punya inisiatif untuk mengembalikan uang itu, masing-masing 1
juta kepada mas Haryo dan 1 juta kepada mas Seno. Biar besok mengembalikannya
jadi agak ringan. Jadinya hutang saya kepada mas Hario menjadi 9 juta dan
kepada mas Seno juga tinggal 9 juta. Sekarang saya punya sisa pengembalian
tersebut cuma 1 juta. Padahal 9 + 9 = 18. Yang 1 juta itu lo ke manaaa . . . .
??? ” lanjut kang Gito.
“Loh gimana sih kang Gito. Coba kita hitung
lagi. Total hutang kan 10 juta + 10 juta. Jadinya 20 juta. Terus untuk membeli
burung jalak bali seharga 17 juta, berarti masih sisa 3 juta. Terus kembalikan
kepada mas Hario dan mas Seno masing-masing 1 juta. Nah 9 juta + 9 juta kan 18
juta, itu sekarang sisanya tinggal berapa ? tanya Hari tak kalah bingungnya.
"Satu juta" jawab kang Gito. “Lah . . . kok bisa begitu . . . Yuk kita
hitung lagi, biar jelas !” kata Hari mengajak menghitung bersama-sama.
“Oke
sekarang kita hitung bersama-sama ya . . . 9 + 9 + 1 = 19” kata mereka serempak. “Nah to . . . totalnya kan hanya 19 jt to . .
. Kan harusnya 20 juta. Yang satu juta kemanaaaa . . .bingung saya ?” kata kang
Gito makin kebingungan.
Di
tengah kebingungan yang tak tentu arahnya itu datanglah si Danang,”Ada apa ini
. . .ada apa . . .hah . . . ada apa ?” tanya Danang sambil ngeledek. “Ada apa .
. . ada apa . .gundulmu itu. Aku ini
sedang pusing kok kamu malah bikin onar saja !” kata kang Gito diliputi emosi
tingkat tinggi.
“Sabar kang
. . .sabar . . .gitu saja kok marah, memang ada masalah apa ? tanya Danang
menenteramkan kegalauan Kang Gito.
“Ini lo
Nang, kang Gito kehilangan uang satu juta rupiah,” jawab Hari. “Wah kang Gito
kehilangan uang satu juta rumah . . . dimana hilangnya.? tanya Danang tampak
kaget.
Akhirnya
Hari menceritakan pengalaman yang baru saja di alami pak Gito dari A sampai Z.
“Ha . . . ha . . . ha . . . “ Danang tetawa terbahak-bahak. “Hai kok malah
tertawa kamu Nang, bukannya sedih temannya kehilangan uang satu juta ?” tanya
Hari. “Memang Danang itu bocah stress kok, dia seneng kalau ada orang susah.
Dia sukanya menari di atas penderitaan orang lain,” kata kang Gito
bersungut-sungut.
“Maaf .
. .maaf kang Gito . . . . kok sensitive sekali to. Aku tertawa karena aku juga
pernah mengalami kisah kayak gitu. Malah lebih parah. Karena ketahuan istriku
akhirnya pecah deh perang baratayuda di rumahku. Saya hutang 10 juta malah
hilang 16 juta,” jawab Danang. Kemudian dia menceritakan pengalamannya setahun
lalu.
Waktu
itu dia pingiiiinnnn banget memiliki kenari jagoan seperti si Bagong kenari
milik mas Agus yang bisa dibawa ngamen ke berbagai lomba kicau. Lumayan sebulan
bisa ikut lomba 3-4 kali. Sekali turun bisa mendapat 300 -750 ribu. Lumayan to
? Bahkan pernah sebulan turun turun full empat kali dan menggondol juara satu
terus, total hadiahnya dapat tiga juta.
Danang
ngiler mendengar cerita tersebut. Kemudian dia bermaksud membeli kenari F2
seharga 7 juta. Tapi sayang karena penangkaran kenarinya sedang surut dia tidak
memiliki uang. Dia memutar otak,”Ahaiii .. . aku ada ide,” katanya sambil
melompat “Yessss . . .!!!
Ide apa
itu ? Jawabannya ada di dompet istrinya. Berhari-hari dompet istrinya menjadi
sasaran. Dan kesempatan itupun akhirnya tiba juga. Dia mengambil dompet
istrinya di lemari baju kamar tengah. “Wah ada 5 juta. . . masih kurang 2 juta
nih,” bisiknya. Setelah itu dia meminjam uang kepada si Iwan juga 5 juta.
Kelebihannya sebesar 3 juta mau dia buat beli amunisi untuk persiapan lomba
bulan depan yaitu kandang yang bagus, estra fooding yang joss, kaos gambar
kenari untuk dirinya dan tim soraknya.
Maka
sore itu dia membayar kenari jagoannya. Setelah burung di bayar uangnya masih
tersisa 3 juta. Kemudian dia pikir-pikir lagi. Sisa 3 juta kebanyaan ah . .
.Maka diam-diam dia mengembalikan uangnya 1 juta ke dalam dompet istrinya. Dan 1
juta lagi dikembalikan kepada Iwan.
Tapi
kok di dompetnya juga tinggal satu juta. Berkali-kali dia menghitung hutangya.
Hutangnya 5 + 5 = 10. Dikembalikan 1 ke dompet dan 1 juta ke mas Iwan . kok ini
sisanya tinggal satu juta. Dia menghitung lagi : 4 +4 =
8 . . .kok ini sisanya tinggal 1 juta . . .??? Yang 1 juta lagi kemanaaaa . . .
???
Di
tengah kepanikan karena kehilangan uang satu juta . . . tiba-tiba dari jarak
sekitar lima meter, ada sesosok perempuan paro baya berbadan gemuk mamakai
daster hijau. “Kamu jadi tuyul ya sekarang . . .” teriaknya sambil memukul tubuh
Danang berkali-kali. “Kamu nyolong duit saya di lemari ya,” katanya sambil terus
memukuli suaminya dengan sapu lidi. Bahkan pukulannya semakin kencang saja.
Danang babak belur . . .
“Ampun-ampun
. . .ampun bune. Jangan mukuli terus,” kata Danang meminta ampun kepada
istrinya yang kalap karena uangnya dia colong. Karena kalap uang hasil panen
melinjo dicolong suaminya, dia tetap memukul suaminya. Tidak cukup sampai di
situ bahkan dia juga menyabet kurungan burung kenari yang tergantung di
sebelahnya, sampai berantakan. Dan burung kenari F1 yang baru saja dibeli
Danang ngacir ke pohon mangga depan rumah.
“Wah
tujuh juta . . .terbang . . .,” teriak Danang. “Hah . . . jadi uang sebanyak itu kamu belikan burung itu kang . . .? kata istrinya menjerit.
Warga
berkerumun menyaksikan adegan itu. Mereka pada nonton dengan cengengesan.
Keluarga mas Danang ini memang dikenal sebagai keluarga OVJ. Mereka menjuluki
Danang sebagai Aziz dan istrinya sebagai Nunung. Mereka memang sering gebug-gebugan
seperti Opera Van Java di tipi, tapi mereka juga cepet baikan. Itulah uniknya
keluarga Danang. Gampang geger tapi juga cepet baikan.
Jadi
begitu ceritanya kang Gito. Duit ilang itu biasaaa . . .ndak usah dipikiri, kita
senasib kok,” kata Danang mengakhiri ceritanya.
“Ooo .
. .jadi kamu ngutang 10 juta, baru mengembalikan 2 juta, terus burungmu seharga
7 juta itu terbang. Dan kamu cuma punya sisa 1 juta,” kata Hari bermaksud
memperjelas cerita Danang. “Dan kamu menjadi rugi 16 juta itu?”
“Kapok kualat
kowe Nang.” ejek kang Gito terkekeh . . . “Halah sekarang dia bisa tertawa . .
. Gitooo . . . Gito . . .” balas Danang.
“Eh .
.. ngomong . . .ngomong duit yang satu juta itu kemana ya ?” tanya kang Gito
kembali ke persoalan semula. “Iya . . .terus terang saya juga masih penasaran,”
jawab Danang. “Kita tanya pak Syam saja yuk !” ajak Hari. Akhirnya sore itu, mereka bertiga
mendatangi rumah pak Syam . . .
Nampak
dari jauh pak Syam sedang membaca di teras depan rumahnya. Oh rupanya pak Syam
sedang membaca novel, kayak anak muda aja pak Syam ini, baca novel segala
. . .
“Assalamu’alaikum
pak Syam”, mereka bertiga mengucap salam hampir berbarengan “wa’alaikum salam
waroh matullahi wabarokaatuh . . .eehh . . .orang-orang cakep . . .ada tamu
tiga kicau maniak yang cakep-cakep . . . ayo masuk,’ kata pak Syam.
“Ah . .
.gak usah di teras sini saja pak Syam, enak semilir sambil menikmati suara
burung jalak bali pak Syam yang cakep-cakep itu . . .jalak balinya cakep-cakep
kayak yang punya . . .” tawa mereka berempat meledak.
Istri
pak Syam keluar membawa sepiring pisang goreng. “Nah kalau yang ini jangan di
bilang cakep lo ya . . . awas . . . “ kata pak Syam sambil melirik istrinya.
“Iya pak Syam . . . kalau yang ini gak cakep pak Syam,” kata kang Gito
kecepelosan yang kemudian disambut tawa meledak. “Apa kamu . . .Gito,!” kata
istri pak Syam sambil ngeloyor pergi . . .
“Ada
apa ini . . . ada apa . . .tumben bareng-bareng datang kesini,” Tanya pak Syam.
Akhirnya mereka menceritakan pengalaman yang mereka alami. Kang Gito bercerita
dengan semangat empat lima.
“Jadi
kalian kehilangan uang satu juta ? tanya pak Syam. Kalian yakin bukan karena
kalian salah ngitung ? Pernah sekolah gak sih. Makanya kalau dikasih PR
matematika sama pak guru itu dikerjakan. Ini akibatnya, ngitung uang recehan
saja gak pecus. Iya toh . . .
“Pak
Syam kami datang ke sini untuk mengatasi masalah, bukan menambah masalah,” kata
kang Gito. “Kalau mau mengatasi masalah tanpa menambah masalah ya ke Pegadaian
sana . . .!” kata pak Syam.
“Ssstt
. . . Pak Syam ini juga gak bisa ngitung . . . dia bisanya hanya nangkar jalak
bali . . .jangan ditanya soal matematika seperti itu,” bisik Danang kepada mas
Hari. “Hayo bisik-bisik apa itu,” kata pak Syam seakan mengerti bisikan Danang.
“ Orang
yang ngutang kamu sendiri kok . . .pas uangnya kurang satu juga kok nanyanya ke
sini . . . ya sana kamu hitung sendiri lagi,” kata pak Syam sambil mengambil
pisang goreng lagi. Kini pisang goreng tiga tiga biji.
“Bune .
. .pisangnya habis ki. Tambahin ya . . .” teriak pak Syam kepada istrinya.
“Ogah . . .”jawab istrinya dari ruang belakang. “Orang sudah di kasih pisang
goring malah ngecee . . .” rupanya istri pak Syam ngambek, gak jadi meneruskan
menggoreng pisang, “Ini ada pisang kepok putih sisa burung jalak bali, mau . .
.? imbuhnya.
“Rupanya
keluarga pak Syam ini juga keluarga OVJ” kata mas Danang yang di susul dengan
riuhnya tawa mereka bersama.
“Jadi
gimana itu pak Syam . . .uang yang satu juta itu kemana . . .? tanya kang Gito.
Yang ditanya malah mengambil gelas. Dengan santainya dia menghabiskan teh
tubruknya yang masih setengah gelas itu. “he he . .he . . yang ngutang siapa .
. .yang suruh ngitung siapa . . .” kata pak Syam masih saja ngeles tidak mau
membantu menghitungkan.
Mungkin
juga kata mas Danang itu benar kalau pak Syam ini sebenarnya juga gak bisa
ngitung. Mungkin dulu waktu sekolah PR matematikanya juga selalu nyontek
temannya persis kayak kang Gito waktu sekolah dulu.
Karena
mereka tidak mendapatkan jawaban dan teh mereka juga sudah habis, akhirnya
mereka pamit pulang. Setelah kepergian mereka bertiga “ haya-haya waek . . .
dikiranya saya ini jago matematika apa . . . . saya juga gak ngerti itu . . . hutangnya
10 juta sama 10 juta totalnya 20 juta. Beli burung jalak bali 17 juta. Sisa 3
juta.
Dikembalikan
1 juta sama 1 juta. Dan sekarang sisa uangnya kok tinggal 1 juta.
Kalau
dijumlah 9+9+1 kok cuma 19 ? kurang 1
juta dong. . .!!!!
Tumben
pak Syam ikut-ikutan mikir, gak seperti biasanya. Akibatnya pak Syam jadi ikut
pusing. Akhirnya pak Syam gak jadi meneruskan membaca novelnya. Novel
Habiburrahman El Sirazy “Api Tauhid’ itu nampak tergeletak di atas meja teras
rumah pak Syam . . .
Dalam
perjalanan pulang kang Gito cs masih membahas misteri hilangnya uang satu juta
tersebut. Kemana ya hilangnya duit satu juta itu . . .gumam kang Gito . . .pussiiiinnnggg
. . . !!! kata kang Gito. Makanya to kang . . .kalau sekolah itu yang rajin . .
. kalau dikasih PR matematika ya dikerjakan . . .ya ! Biar gak gampang pusing .
. .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar