oleh pak Syam ( penangkar
burung jalak bali Klaten )
Memasuki dunia kicau, berarti memasuki
dunia serba warna. Di sana anda akan bertemu dengan orang dalam berbagai warna
fikiran dan sikapnya. Ada yang murah senyum baik hati dan tidak sombong,
seperti pak Syam ini . . .he he he . . .piss. . . Ada yang tidak murah senyum,
tidak baik hati namun juga tidak sombong. Ada yang memiliki etika tinggi, ada
yang tidak memiliki basa-basi, ada yang jujur, ada yang suka berbohong bahkan
menipu. Makanya penipuan berkeduk jual beli burung di jagat maya cukup marak to
?
Ada juga kicau mania yang bermental
juragan yang maunya main perintah saja saat membeli burung. Mintanya burung
yang bagus tapi maunya bayar murah. Ada yang sukanya hanya iseng, banyak nanya
tapi kalau nawar burung pelit banget. Dan sebaliknya banyak juga kicau mania
yang berperilaku baik, berfikir lurus, tidak asal menang sendiri dalam
bertransaksi dan seterusnya.
Begitulah kira-kira, beraneka ragamnya
dunia kicau mania. Jika anda berminat untuk memasuki area ini, misalnya dengan
menjadi seorang penangkar burung maka anda harus bersiap untuk berinteraksi
dengan orang-orang yang berkarakter seperti di atas. Saya sampaikan ini agar
anda bersiap-siap. Karena sebagai penangkar burung kesiapan anda untuk
berinteraksi dengan berbagai ragam orang, akan sangat menunjang keberhasilan
penangkaran anda. Salah satunya memuluskan langkah pemasaran burung hasil
produksi penangkaran anda.
Beberapa orang pernah bertanya tentang
kiat memasarkan burung jalak bali ke konsumen. Mereka melihat bahwa penulis
termasuk salah satu penangkar yang tidak sekedar berhasil menangkarkan burung
jalak bali, namun juga sekaligus berhasil dalam meng-create pasar burung jalak
bali. Penulis senyum-senyum saja pendengar pujian seperti itu . . . .
Menurut mereka memasarkan burung jalak
bali tergolong sulit. Sangat berbeda dengan memasarkan burung kenari. Karena seorang
penjual burung kenari, menjual burung kenari sepuluh ekor perhari, bukan pekerjaan
yang berat. Beda dengan menjual burung jalak bali. Seorang penjual burung jalak
bali bisa menjual empat pasang perbulan, sudah lumayan. Kok bisa begitu ? Kata
beliau aspek utama kesulitan menjual burung jalak bali karena harganya yang
masih tinggi.
Memang kalau kesulitan menjual burung
jalak bali dikaitkan dengan harga burung jalak bali yang tinggi, sepintas
memang terlihat berhubungan. Taruhlah harga sepasang anakan burung jalak bali
sepuluh juta rupiah, sementara anakan burung kenari lokal harganya seratus ribu
rupiah. Maka dengan keberadaan isi kantong yang pas-pasan orang akan memilih
untuk membeli burung kenari dari pada burung jalak bali. Mungkin begitu
logikanya.
Tapi secara pribadi kami kurang setuju
dengan pendapat ini. Karena dia menyederhanakan motif orang dalam membeli burung
hanya pada faktor isi dompet. Padahal sering kali motif hobi sebagai penangkar lebih
mendominasi dibandingkan dengan berapa jumlah duit di dompet.
Pengalaman kami dalam menjual hasil
penangkaran burung jalak bali mementahkan argument itu. Selama menekuni
penangkaran burung jalak bali dan menjual hasil tangkaran kami tidak menemukan
faktor harga sebagai penghambat para penggemar burung jalak bali untuk
mengurungkan niatnya dalam mengoleksi burung kesayangan itu.
Kami selama ini tidak pernah membanting
harga sebagaimana dilakukan oleh beberapa penjual burung jalak bali ( terutama
non penangkar ) dalam merebut hati pembeli burung jalak bali. Karena kami
justru berkesimpulan bahwa salah satu keunggulan burung jalak bali sehingga
menarik minat para penggemarnya salah satunya justru terletak pada faktor harga
yang tinggi itu.
Sangat tidak masuk akal, burung eksotic
yang dinyatakan langka dan telah masuk Apendic 2 dalam daftar CITES ( lembaga
perdagangan satwa dunia ) sebagai burung yang sudah mendapat ancaman dari kepunahan,
kok berharga murah. Iya to ?
Bayangkan burung putih mulus, yang sangat
indah tariannya, sangat dimuliakan di Jepang dan dihargai mahal di Jerman kok
di sini penjualannya dibanting harganya. Maka bagi kami hal itu sangat tidak
masuk akal. Karena itu kami sangat yakin bahwa faktor utama kalahnya kuantitas koleksi
burung jalak bali dibandingkan dengan burung kenari di kalangan kicau mania
bukan karena faktor harga. Tapi pasti ada faktor lain. Apa itu faktor lain itu
?
Kami memiliki sedikit pengalaman dalam
menjual burung jalak bali. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa peminat
burung jalak bali itu beraneka ragam fikiran dan perilakunya, sebagai mana saya
gambarkan di awal tulisan ini. Dengan latar pemahaman seperti ini maka kami
menerapkan penjualan burung jalak bali hasil tangkaran dengan menggunakan
metode tong sampah. Apa itu maksudnya ?
Maksudnya begini. Dalam memasarkan burung
jalak bali hasil tangkaran kami benar-benar menempatkan diri layaknya tong
sampah. Sebagai tong sampah dia bersedia menampung apa saja yang masuk ke dalam
dirinya. Benda-benda yang masuk ke dalam dirinya sama sekali tidak dilakukan
seleksi, semuanya ditampung. Setelah itu dilakukan proses pengolahan sampahnya
oleh para petugas yang kompeten untuk mengolahnya. Yang jelas pada saat
menerima sampah semua diterima seratus persen, tanpa diseleksi sama sekali.
Begitulah filosofi kami dalam menjalin
komunikasi dengan para calon pembeli yang beraneka rupa itu tadi. Ada calon
pembeli yang sama sekali belum tahu tentang jalak bali, ada yang setengah
ngerti ada yang sudah ngerti banget tentang jalak bali. Ada calon pembeli dari
kicau mania kelas kampong, kelas kecamatan dan juga ada kelas ibu kota. Ada
calon pembeli yang males sekolah saat SMP sehingga tidak lulus sekolah, ada
yang lulusan sarjana strata satu dan ada juga yang sedang menempuh program doctoral
bahkan ada yang sudah dikit lagi menyandang gelar professor. Ada yang bergelar
rakyat biasa yang luntang-lantung tanpa kerjaan pasti ada juga yang menduduki
jabatan tinggi di pemerintahan.
Dengan latar belakang konsumen yang
beragam seperti itu, maka penulis memilih untuk menjadi tong sampah dalam
melayani mereka. Dan hasilnya ? Alhamdulillah manjur.
Banyak pembeli yang akhirnya menjatuhkan
pilihan untuk membeli burung jalak bali dari penangkaran kami karena faktor pelayanan seperti ini.
Alhamdulillah.
Dan satu lagi. Bagi pembeli yang membeli
burung jalak bali dengan tujuan untuk ditangkarkan, faktor paling menarik bagi
mereka adalah kesediaan kita untuk sharing ilmu dan pengetahuan tentang
menangkar (walaupun ilmu dan pengetahuan kita masih sedikit). Karena biasanya
para calon pembeli ini adalah orang-orang yang belum berpengalaman dalam
menangkar. Istilahnya mereka itu masih perlu bimbingan tentang banyak hal.
Saran kita tentang bagaimana cara membuat
kandang yang baik bagi penangkaran burung jalak bali, ukurannya berapa, property
dalam kandang apa saja, terus cara memberikan pakan dan minum byang baik, cara
membuat kotak sarang, bagaimana meloloh piyikan yang baik, kapan saatnya memanen,
bagaimana merawat anakan jalak bali sampai usia siap jual dan seterusnya
biasanya mereka belum tahu. Di titik inilah menjadi tong sampah itu penting. ( pak Syam penangkar burung jalak bali klaten Hp. 081280543060, 087877486516, PIN BB 53E70502,
25D600E9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar