Oleh : Pak Syam, Penangkar burung
Jalak Bali Klaten
Hp. 081280543060, 087877486516, WA.
081280543060, Pin BB. 53E70502, 25D600E9
Sebut
saja namanya pak Syam. Tukang burung dari kampung. Kampung di kaki sebuah
gunung. Gunung Merapi di Klaten sana. Sebagai orang yang menekuni penangkaran
burung, pak Syam berniat menunaikan ibadah haji tahun ini. Lah apa hubungannya
menangkarkan burung sama niat untuk melakukan ibadah haji ?
Sebenarnya
dalam pandangan pak Syam sendiripun hal itu gak ada hubungannya. Karena
keinginan untuk menunaikan rukun islam yang ke lima itu memang tidak terkait
dengan profesi apapun. Walaupun dia seorang presiden jika ingin naik haji ya
naik haji saja. Walaupun dia seorang manager di sebuah perusahaan multi
nasional jika ingin naik haji ya naik haji sajalah. Demikian juga dengan
seorang penangkar burung, jika ia ingin naik haji ya naik haji saja. Begitu
pikir pak Syam, pada awalnya.
Namun
ternyata dalam pandangan sebagian masyarakat tidak demikian. Memang sih dalam
pandangan mereka jika seorang presiden, atau bos perusahaan ingin naik haji
mereka bersikap biasa-biasa saja. Namun jika yang akan naik haji adalah seorang
penangkar burung mereka terkejut . . .Haaa . . .apaaaa . . .???? Tukang burung
ingin haaajiii . . .???? Begitu komentar sebagian mereka.
Seharian
kemarin saya membersamai para bos dan sekaligus sesepuh perburungan
Jabodetabek, dalam sebuah perjalanan dari Jakarta ke Bandung untuk mengikuti
workshop Tanaman dan Satwa Liar di sebuah hotel di Bandung. Mereka ini para bos
dan kicau mania khususnya di bidang penangkaran. Mereka adalah orang-orang yang
eksis di bidangnya dan terkenal di dunianya.
Siapa
yang tidak kenal dengan Pak Muchtar Djawadi. Beliau adalah sesepuh sekaligus
penangkar sukses burung cucak rawa. Makanya tidak heran kalau nama beliau
tercantum dalam struktur pengurus dalam organisasi perburungan terbesar di
Indonesia yaitu PBI dengan amanah di bidang penangkaran. Saya sempat
menginap semalam di rumah beliau yang asri di Srengseng Sawah.
Berikutnya
ada tokoh perburungan beken lainnya yaitu bapak Yoewono. Kicau mania yang biasa
di panggil mas yoen ini adalah seorang penangkar burung yang sukses. Nama
beliau sudah beken di wilayah Jabodetabek, karena lelaki hitam manis putra asli
Klaten ini dikenal bertangan dingin dalam menangani berbagai burung dalam penangkaran.
Beliau mengurusi penangkaran yang cukup besar di daerah Sukabumi sana.
Di
samping itu bersama kami ada nama yang tidak kalah populernya dengan kedua
tokoh di atas yaitu bapak Sukardi. Menyebut nama bapak Sukardi saja saya sudah
deg-degan. Bayangkan lelaki kalem, penuh ungah-ungguh yang konon masih ada
pertalian darah dengan Ibu Tien Soeharto ini sudah malang melintang di dunia
perburungan sejak belasan tahun yang lalu.
Yang
terakhir bersama kami juga ada tokoh muda perburungan yang cukup fenomenal
yaitu mas Saidi Wong Pati atau saya biasa menyingkat menjadi SaWo Pati. Kepada
tokoh kita yang terakhir ini layak saya sematkan gelar penangkar muda paling
bersinar. Bagaimana tidak di usia sekitar tiga puluhan beliau sudah berhasil
menangkarkan berbagai jenis burung kicau dalam skala besar. Wouw . .
.kereeenn . . .
Sebenarnya
masih ada beberapa nama beken lainya yang semula akan bergabung dalam rombongan
ini. Ada pak Kholid, pak G14nto, pak Haji Andri, Mas Hari Pancoro, Pak Eris,
Mas Supriyanto Akdiatmojo, Robbi Sugiyanto dan lain-lain, Namun karena
kesibukan mereka tidak bisa bergabung dalam acara workshop ini.
Nah
seharian penuh saya membersamai mereka, menyimak obrolan-obrolan mereka tentang
burung sambil berharap dapat ilmu yang kelak bisa saya boyong ke klaten untuk
memupuk mimpi-mimpi saya menjadi penangkar seperti mereka.
Terus
apa hubungannya antara komentar . . . . Haaa . . .apaaaa . . .???? Tukang
burung ingin haaajiii . . .???? di atas dengan cerita tentang tokoh-tokoh
perburungan ini ?
Baik
saya akan menjawab pertanyaan ini. Saya awali dengan mencari tahu apa faktor
penyebab lahirnya ungkapan ini. Selidik-punya selidik ternyata lahirnya
ungkapan di atas adalah karena ibadah haji bertalian erat dengan masalah dana.
Lo memangnya kenapa dengan persoalan dana dalam ibadah haji ?
Begini
. . . sebagaimana yang sudah kita ketahui, ibadah haji adalah ibadah yang cukup
spesifik karena di samping menuntut kesiapan secara ruhani, rukun islam yang ke
lima ini juga membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk tahun ini tiga puluh
juta lebih dikit. Nah ngomongin dana alias duit dengan nominal puluhan juta,
ternyata bagi sebagian orang jarang sekali yang mengaitkannya dengan profesi
penangkar burung. Kenapa ? Yaa . . . karena nominalnya yang berjumlah puluhan
juta itu tadi.
Umumnya
di masyarakat kita, kalau berbicara tentang uang dalam nominal puluhan juta ke
atas biasanya masyarakat kita langsung mengaitkannya dengan profesi-profesi
keren; semacam pengusaha garmen, eksportir sawit, dokter spesialis anak,
pengacara kondang dan lain-lain. Bahkan tidak sedikit yang menghubungkannya
dengan jabatan-jabatan tinggi misalnya gubernur Bank Indonesia, anggota banggar
DPR RI, Menteri di kementerian basah dan lain-lain.
Dan
sialnya ketika mereka membicarakan uang dalam nominal ratusan atau puluhan ribu
baru mereka langsung ingat profesi penangkar burung, pedagang burung, tukang
somay, tukang bubur. Tahu kan ada sinetron berjudul tukang bubur ingin naik
haji ? Makanya mereka kaget ketika ada seorang penangkar burung yang ingin naik
haji . . . . . . . Haaa . . .apaaaa . . .???? Tukang burung ingin haaajiii . .
.????
Dan
ada lagi cerita bahwa beberapa anak kandang ( karyawan di industry penangkaran
) di kawasan Jabodetabek sering kali mereka menyembunyikan status pekerjaan
mereka kepada teman-teman mereka. Tidak jarang ketika mereka pulang kampong (
karena kebanyakan mereka adalah perantau dari jawa ) mereka malu untuk mengakui
profesi mereka sebagai karyawan di sebuah farm atau penangkaran burung. Ini
satu bukti bahwa profesi sebagai penangkar burung belum dipandang sejajar dengan
profesi pedagang, dokter, akademisi, birokrat dan lain-lain.
Padahal
jika kita mengenal lebih mendalam tentang beberapa orang yang saya sebutkan
tadi, maka kita akan mengetahui bahwa profesi penangkar burung adalah profesi
yang sangat layak untuk dibidik. Jika kita berkesempatan untuk mampir ke
penangkaran mereka maka kita akan mengetahui bahwa profesi penangkar burung
bahkan ibaratnya berpeluang untuk mendatangkan untung sebesar gunung.
Jika
itu yang diketahui oleh masyarakat kita maka ungkapan . . .Haaa . . .apaaaa . .
.???? Tukang burung ingin haaajiii . . .???? seperti saya ungkapkan di atas
tidak akan pernah muncul.
Oleh
karena itu, jika sekarang anda ingin ingin menekuni profesi sebagai
penangkar burung hilangkan segala keraguan yang menghadangnya. Jika anda
memiliki tekat yang kuat, anda bersedia untuk bekerja keras serta doa-doa anda
selalu anda panjatkan dalam setiap dhuha dan tahajud anda maka insya Allah
rejeki akan mengalir ke kantung anda dengan deras.
Pusat penangkaran burung jalak bali "AHA Breeding Klaten" telah berhasil menangkarkan burung jalak bali dan merawat anakan burung jalak bali hingga dewasa, hingga turut berperan dalam menyokong program pemerintah dalam mencegah kepunahan burung jalak bali tersebut. Di samping telah menghindarkan dari kepunahannya budi daya burung jalak bali ini juga sangat bermanfaat secara ekonomi. "AHA Breeding Klaten" telah banyak menjual burung jalak bali hasil tangkarannya kepada para kicau mania yang hobi burung jalak bali maupun penangkar burung jalak bali.
Para peminat burung jalak bali bisa menghubungi owner penangkaran "AHA Breeding Klaten" yaitu pak Syam Hp. 087877486516, pin BB 25D600E9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar