Oleh : Pak
Syam, Penangkar burung Jalak Bali Klaten
Hp.
081280543060, 087877486516, WA. 081280543060, Pin BB. 53E70502, 25D600E9
Seri Ramadhan, session 4
Haaiii . . .Kicau Mania . . . Ngomong-ngomong tentang ujian hidup,
kita ini tidak bisa lepas darinya lo. Kata para kasepuhan, jika Allah ingin
mengetahui kualitas kita para penangkar ini atau jika Allah hendak menaikkan kualitas kita, Allah akan
mendatangkan ujian ke dalam hidup kita. Karena kita adalah seorang penangkar burung maka sangat mungkin ujian itu datang dan menyelinap ke dalam kandang penangkaran kita. Nah lo.
Maka tidak heran kalau orang dengan kualitas tertinggi setingkat
nabi misalnya, juga tidak lepas dari ujian hidup yang menderanya. Karena ujian
ini justru dihadirkan dalam kehidupan para nabi tersebut untuk mengupgrade derajat
mereka ke tingkat yang lebih tinggi.
Dalam beberapa hal, seringkali ujian hidup datang menghampiri
kita, tanpa kita duga sebelumnya. Makanya kadang kita tidak siap menghadapinya.
Jika kita dalam kondisi yang tidak siap maka reaksi kita kadang tidak beraturan.
Kadang menggerutu, menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain, dan sebagainya.
Padahal dalam kaitannya dengan ujian, apapun ujian yang datang, tidaklah
terlalu penting, yang justru penting adalah cara kita bereaksi.
Misalnya kita mendapatkan cobaan dimana indukan kita tahun ini seharusnya
sudah berproduksi, namun setelah ditunggu cukup lama, ternyata tak kunjung
produksi juga. Maka kitapun bereaksi. Dalam hal ini ada tiga kemungkinan
reaksi. Pertama menggerutu menyalahkan keadaan, cuaca yang terlalu panas
misalnya. Kedua dengan menyalahkan orang lain yaitu anak kandang yang merawat
burung kita. Terus dia kita marahi. Ketiga dengan instropseksi diri, apa
kira-kira penyebab indukan yang tak kunjung produksi ini.
Jika kita menyalahkan keadaan karena cuaca yang terlalu panas maka
kita tidak akan menemukan solusinya. Karena soal musim hujan atau musim
kemarau, semuanya berada di tangan Allah. Kita tidak bisa merubah musim kemarau
menjadi musim hujan dengan mendatangkan seribu pawang hujan sekalipun. Apa lagi
kalau sekedar menjemur sapu lidi yang dilengkapi bawang, brambang dan cabe
rawit. Ini artinya dengan menyalahkan faktor alam maka hal itu sama sekali tidak
bisa menjadi solusi bagi produktifitas penangkaran kita. Iya to ?
Terus yang kedua, menyalahkan anak kandang. Anak kandang kita
marah-marahi dengan tuduhan dia tidak becus mengurus kandang sehingga burung
tidak mau produksi. Apakah langkah ini tepat ? Jika anak kandang adalah anak
yang pemalas, mungkin dengan menegor dia maka perawatan burung bisa jadi akan
semakin baik. Lah kalau ternyata dia sudah bekerja dengan baik, maka dengan
dimarahi justru akan menjadikan dia anjlok semangatnya. Kalau semangat kerja
anak kandangnya turun, alamat burung semakin tidak mau berproduksi.
Yang paling baik dalam menyikapi ujian ini adalah sikap yang
ketiga yaitu dengan melakukan instropseksi diri, apa kira-kira penyebab indukan
ini tidak mau berproduksi. Apapun persoalan. Jika penyebabnya adalah karena
cuaca yang panas, maka kita bisa menyemprotkan air ke dalam kandang dengan
jadwal tertentu, atau kita memasang kran air di dalamnya. Jika persoalannya
adalah karena perawatan yang kurang baik maka kita lakukan perbaikan dalam
perawatan, asupan gizi, kenyamanan kandang dan lain-lain. Nah dengan reaksi
seperti ini insya Allah, produktifitas kandang kita bisa meningkat.
Kalau dalam bahasa agama, reaksi nomor satu dan dua diata, malahan
akan membuat pikiran dan hati menjadi sempit sehingga lupa untuk memikirkan
solusi. Hal terbaik yang bisa kita lakukan ketika menerima cobaan adalah
bersabar. Karena dibalik kesulitan pasti ada kemudahan,(QS Alam Nasyrah,
34:5-6). Bersabarlah maka penangkaranmu akan produktif.
Dalam Al Quran surah Al Anbiya ayat 83-84
dikisahkan, betapa Nabi Ayub diuji kesabarannya dengan kesedihan, kesendirian
dan rasa sakit. Hartanya musnah, kemudian ditinggal istri tercintanya hingga
beliau dan tak seorangpun bersedia menemani hidupnya. Ditambah lagi dengan
cobaan berupa sakit kulit yang mendera seluruh tubuhnya. Apa reaksi nabi Ayyub
terhadap seluruh penderitaan hidup tersebut. Beliau bereaksi dengan cara bersabar.
Buah kesabaran tersebut adalah kesembuhan atas penyakitnya, istrinya kembali
kepada beliau lagi dan derajatnya diangkat lebih tinggi lagi.
Kicau Mania yang ganteng-ganteng . . . ketika kita mendapat cobaan, percayalah bahwa
itu adalah ujian terhadap kita untuk menjadi pribadi (penangkar) yang lebih baik,
yang senantiasa bisa bersabar dan bersyukur akan apa yang terjadi pada kita.
Allah tidak akan pernah menimpakan cobaan diluar batas kemampuan kita.
Percayalah bahwa paceklik trotolan, pasti akan berlalu. Dan suatu saat nanti
pasti akan panen trotolan, jika kita sabar dan terus merawat burung kita dengan
baik. Allah tidak akan menyia-nyiakan ikhtiyar kita.
Menjadi penangkar yang sabar memang tidak mudah. Butuh kesadaran
dan latihan bahwa cobaan tersebut akan membuat kita lebih baik dan mendapat
sesuatu yang akan membuat kita bahagia kelak, yaitu bakal dikirimkan trotolan
yang banyak lewat indukan kita..
Banyak cara yang bisa ditempuh agar kita menjadi pribadi yang
mudah bersabar. Di antaranya:
§ Tersenyum; senyum adalah obat
hati yang mujarab. Saat sedang kecewa karena telur nggak netes, trotolan mati
atau indukan terbang meninggalkan kandang, cobalah menahan diri tidak meluapkan
emosi secara terbuka. Sambil menahan diri, cobalah tersenyum. Insya Allah, rasa
kecewa yang menyelimuti hati akan segera terbuka dan perlahan namun pasti lenyaplah
rasa kecewa dari dalam hati.
§ Alihkan perhatian, jangan
terpaku pada masalah yang menimpa. Biarkan energi kita digunakan untuk hal-hal
positif yang nantinya akan mengarahkan kita pada solusi yang tidak kita duga.
Biasanya di dalam cobaan itu selalu ada peluang. Dalam kesempitan pikiran
tersebut biasanya selalu muncul inspirasi.
§ Perbanyak zikir dan istigfar.
Ini bisa membantu kita untuk selalu mengingat Allah dalam setiap kesempatan dan
menjadikan kita tetap sabar dan percaya bahwa Allah akan memberikan jalan
keluar dari setiap kesulitan yang kita hadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar