tulisan berjalan

Kontak Om Breeder (Pak Syam) WA 081280543060

Kamis, 06 Maret 2014

Penangkar Jalak Bali Klaten : Pentingnya Teman Omong-Omong



Tahun 60-an atau 70-an kita mengenal petinju hebat,  Muhammad Ali. Tahun 80-an kita mengenal Mike Tyson sebagai petinju dengan reputasi meng-KO lawannya dengan angka yang cukup mencengangkan.
Muhammad Ali kinclong dibawah asuhan Angelo Dundee. Sedangkan Mike Tyson walaupun sempat bergonta-ganti pelatih dia tetap merasakan sentuhan tangan Cus D’Amato sebagai tanagn paling dingin dan paling mengena di hatinya.


Kedua pelatih inilah yang telah bekerja di balik layar hingga lahir kedua petinju hebat tersebut. Mereka dengan gemilang berhasil memoles kedua petinju menjadi yang terhebat di planet ini. Mereka berdua adalah sedikit dari pelatih legendaris yang pernah dimiliki oleh dunia tinju.


Tapi tahukah anda bahwa kedua pelatih legendaris itu jika ditarungkan di atas ring, melawan anak asuhnya itu, mereka tidak akan bisa lolos ke ronde ke dua, alias telah di-KO di ronde pertama. ? Ya Angelo Dundee yang legendaris ini tidak akan bisa bangkit jika dihadiahi satu bogem mentah saja oleh Muhammad Ali. Demikian juga Cus D’Amato mungkin tidak akan bisa bangkit dalam tujuh hari ke depan jika  uppercut atau jab Mike Tysan mendarat di rahang sang pelatih.

Dan jika pertandingan itu benar-benar direalisasikan oleh promoter, saya berani bertaruh kedua pelatih legendaries ini tidak akan bisa memasukkan satu pukulanpun kepada sang petinju itu. Sang pelatih tentu saja hanya akan menjadi bulan-bulanan dari sang petinju. Kelas mereka sangat tidak berimbang.

Pertanyaannya kemudian adalah, mengapa kedua petinju hebat itu memilih keduanya untuk menjadi pelatih ? Bukankah secara kasat mata sang pelatih tidak bakal mampu mengalahkan sang petinju ? Iya toh ? Kok ya kake-kakek yang power dari jabnya sudah lemah ini dipilih jadi pelatihnya. Mengapa pula mereka mentaati jadwal latihan keras yang disusun oleh orang yang tidak mampu melawan dirinya tersebut? Dan bahkan kebengalan Mike Tyson yang liar ini, bahkan takluk dihadapan Cus D’Amato yang jabnya hanya bisa menyakiti anak TK ini ?

Mengapa hal itu bisa terjadi ? Heran gak ?

Jangan heran ya. Sebab begini, kata orang-orang hebat, dalam diri setiap orang selalu terdapat titik lemah yang berupa ketidaktahuan terhadap kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Ini penyakit umum yang menyerang semua manusia. Penyakit ini bahkan juga nangkring di pundak  orang-orang hebat yang telah berhasil mengukir prestasi membanggakan di level dunia sekalipun. Sebutlah orang hebat semacam Lionel Messi, BJ Habibi, Bung Karno, Gus Dur, Hidayat Nur Wahid, Komeng, Iwan Fals, Bapakku dan lain-lain. Ada yang kenal balakku ? Gak kenal bapakku . . . inilah titik lemah anda yang utama he he he . . .piss

Mereka semua memang orang-orang hebat, akan tetapi disela-sela kehebatan dirinya, masih saja terselip titik lemah berupa ketidaktahuan itu. Orang sono menyebutnya blind spot.

Karena  adanya blind spot inilah mereka selalu membutuhkan kehadiran seseorang. Kehadiran seseorang ini akan bisa menunjukkan kepada dirinya tentang keberadaan titik hitam tersebut. Kadang dia tidak hanya berperan membantu menunjukkan titik hitam tersebut kadang malah terus membersamai nya untuk bersama-sama menghilangkan titik hitam tersebut  menjauh dari dirinya. Tak jarang upaya itu kelak menjadi penyempurna atas kehebatan dirinya.

Diri kita biasanya lahir dengan membawa potensi yang beraneka ragam. Ibaratnya tubuh kita ini bukanlah sebuah alat music yang berdiri sendiri, akan tetapi lebih tepat jika digambarkan sebagai sebuah panggung orchestra yang berisi seperangkat alat music pendukungnya.

Jadi ibarat pagelaran orchestra, berbagai alat music yang ditampilkan di atas panggung memerlukan harmonisasi dari seorang konduktor. Di titik inilah urgensi kehadiran seorang konduktor menjadi sangat nyata. Kehadiran konduktor inilah yang akan mengharmonisasi nada-nada tersebut hingga pergelaran konsernya menjadi terasa sedap di telinga penikmatnya.

Dalam kehidupan nyata konduktor itu bisa berupa seorang choach, guru, murobbi, bapak, syaikh, teman main dan lain-lain. Asalkan dia bisa berpera sebagai penunjuk arah bagi kita.

Dari cerita di atas sebenarnya saya hanya ingin mengungkapkan hal yang sederhana saja. Di mana saya hanya ingin mengatakan bahwa seberapapun luasnya anda punya pengalaman dalam menangkarkan burung, seberapapun gilanya anda menggilai dunia burung, berapapun besarnya budget yang anda siapkan untuk memburu burung klangenan, anda tetap membutuhkan saya untuk menyempurnakan hobi anda tersebut. Ciyaaa . . . balik maning nang burung ya . . .


Anda membutuhkan saya bukan untuk anda dudukkan di kursi pelatih atau diangkat sebaga choach. Itu terlalu mewah buat saya. Anda hanya perlu mencolek saya untuk teman ngobrol ringan tentang penangkaran jalak bali. Itu saja.

Sebab memang saya hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang penangkaran jalak bali. Dari yang sedikit inilah saya siap untuk saling berbagi lewat obrolan ringan tersebut he he he . . . santé aje bro, jangan serius begitu dunk.

Semoga tulisan ini beisa menjadi jembatan kita untuk saling berbagi keuntungan. Amin

Tidak ada komentar: