Burung Jalak Bali pertama kali dilaporkan penemuannya oleh
Dr. Baron Stressmann seorang kicau maniak dari Inggeris pada tanggal 24 Maret
1911. Atas rekomendasi Stressmann, Dr. Baron Victor Von Plessenn mengadakan
penelitian lebih detail lagi, tentang burung Jalak Bali ini.
Mewarisi
kegemaran si bule, November 2012 saya membeli sepasang anakan Jalak Bali seharga
Rp. 11,5 juta. Eksotik . . . benar-benar eksotik. Eksotiknya Jalak Bali ini membuat
saya nggak nahan. Karena gak tahan godaan, akhirnya saya menambah koleksi
sepasang Jalak Bali lagi, sebulan kemudian.
Lagi-lagi
saya kepincut dengan burung Jalak Bali ini. Saya tidak sekedar kepincut pada eksotiknya chasing Jalak Bali ini, tapi saya tergiur dengan pundi-pundi uang yang dijanjikan oleh Jalak Bali. Ya
. . . burung Jalak Bali ini menjanjikan saya dalam hitungan bulan untuk menjadi seorang jutawan
dengan cara yang benar dan hasil yang halal. Ahai . . .
Bayangkan
saja sepasang anakan Jalak Bali dibanderol Rp. 11,5 juta. Padahal sepasang burung Jalak Bali ini
sekali produksi bisa mencapai empat butir telur, walaupun mayoritas sepasang
indukan sekali produksi tiga butir telur. Dia berproduksi dalam sebulan sekali.
Hebat gak ? Di jaman yang banyak orang memperkaya diri dengan cara yang ngawur
ini, ada makhluk cantik nan eksotic bernama Jalak Bali yang memberi janji saya menjadi untuk menjadikan saya sebagai jutawan dalam
waktu yang cepat, cara yang baik dan hasil yang halal ck ck ck . . . mantap beneeerrrr
. . .Jalak Bali oi . . .
Mari
kita kalkulasi secara matematika. Kalau saya punya dua pasang burung Jalak Bali maka tiap bulan saya
bisa berpenghasilan 30 juta sampai 40 juta. Karena sesuai dengan karakter
produksi mereka di alam, sepasang indukan Jalak Bali bisa menghasilkan telur tiga butir sampai
empat butir. Jadi dua pasang indukan Jalak Bali berpeluang menghasilkan enam
sampai delapan ekor anakan Jalak Bali dalam sekali produksi. Sekali produksi paling butuh
waktu sekitar satu bulanan. Wouw . . . cakep . . . mantab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar