Anda berbangga karena
telah mencetak sepasang indukan burung jalak bali berproduksi dalam waktu 24
hari ? Tentu dong . . . banngga banget. Eh . . . kok bisa 24 hari sekali
sih ?
Ceritanya begini. Anakan
jalak bali diambil dari sarangnya pada hari ke tiga. Setelah anakan jalak bali diambil, berikan ekstra fooding terbaik bagi indukan jalak bali. Bila anda beruntung seminggu kemudian indukan
jalak bali bertelur lagi.
Nah kalau scenario pengkondisian indukan jalak bali ini berjalan lancar maka dalam waktu 24 hari ke depan,
anakan jalak bali akan netes lagi.
Tapi ngomong-ngomong ada
isu beredar di mana ada penangkar jalak bali yang bisa memperpendek durasi
produksinya menjadi 40 hari 3 kali produksi lo. Wah kalau benar . . .ini joss
tenan . . .
Banyak orang bilang,
susah atau gampangnya menangkar burung jalak bali itu tergantung dari seberapa
paham kita tentang perilaku burung jalak bali yang kita miliki dan seberapa lama kita
berpengalaman menangani burung jalak bali tersebut.
Bagi yang sudah memahami
burung jalak bali dengan baik dan berpengalaman menangani dalam mensetting jalak bali
netes lagi dalam jangka waktu 24 hari, itu hal biasa.
Malahan
pernah ada cerita dari seorang penangkar jalak bali bibir ember. Bibir ember maksudnya
jadi penangkar jalak bali reputasinya belum nampak, tapi kondangnya sebagai
penangkar burung jalak bali sudah cetar membahana ke mana-mana. Kalau dia
ngoceh cengkoknya melebihi cucak rawa ropel jawara di Piala Raja.
Sebut
saja penangkar jalak bali ini paman Gembul.
Bagi
dia, 24 hari sekali panen anakan burung jalak bali,itu dianggap hal biasa. Gak
aneh apa lagi luas biasa. Bahkan dia ngecap bisa membuat durasi produksi burung
jalak bali menjadi jauh lebih pendek. “Saya bisa membuat burung jalak bali
produksi 3 kali dalam 40 hari. Dan masing-masing produksi 4 anakan jalak bali,”
sesumbarnya pada suatu hari.
“Ah
yang bener bos ?” tanyaku terkaget-kaget.
“Lho
aku sudah berhasil membuktikannya sendiri burung jalak bali bisa produksi lebih
cepat” katanya dengan mantab.
“Boleh
berbagi rahasianya gak bos. Punya ilmu gak boleh pelit lo bos” kata saya
setelah mendengar dari penuturannya sendiri bahwa dia telah membuktikan
menangkarkan jalak bali lebih cepat.
“Boleh!”
katanya. “Begini” katanya sambil jigang di atas lincak teras rumahku. “Ada dua
kunci utama kesuksesan penangkar burung jalak bali” dia meneruskan wejangannya
sambil mengunyah pisang goreng sisa pakan cucak rowo kemarin sore.
“Satu
. . . kenyamanan burung jalak bali dalam kandang. Yang kedua ekstra fooding
buat burung jalak bali” dia menyeruput kopi hitam berkali-kali sampai membuat
kulit tubuhnya menjadi tambah menghitam lagi he he he . . .
“Kenyamanan
burung jalak bali ini wujudnya bermacem-macam; aman dari gangguan orang berlalu
lalang, aman dari gangguan tikus jrontalan di atas kandang, aman dari udara
yang lembab atau panas berlebihan, aman dari cahaya matahari yang terlalu
kurang atau kebanyakan.
Terus
ekstra fooding burung jalak bali mesti imbang antara jangkrik, uler hongkong,
kroto dan cacing. Semuanya mesti seimbang, tidak ada yang kebanyakan, tidak ada
yang kekurangan. Semua mesti balanced”
“Balanced
itu apa maksudnya . . .om Gembul ?” tanya saya gak mudeng. “Maksudnya
sedikit-sedikit tapi rata, sedikitnya seberapa ya kamu sendiri yang tahu karakter
burung jalak bali-mu. Masak burung jalak bali punya kamu sendiri kok tanya sama
aku” jawab paman Gembul agak sewot.
“Halah
. . .gitu saja marahhhhh . . .?” kataku meledek. “La kalau burung punya om
Gembul nyetel ekstra fooding jalak balinya gimana Om ? tanyaku merayu.
“Kalau
burung jalak bali punyaku gampang. Pagi Jangkrik 10 biji sama kroto 2 sendok
teh . . .siang uler hongkong 2 sendok makan sama cacing 2 biji dipotong-potong
. . . sore jangkrik 6 biji sama kroto 2 sendok teh itu saja” dia menjawab
mantap.
“Dengan
setelan seperti itu burung jalak bali bisa panen dalam 3 kali dalam 40 hari dan
setiap kali panen anakannya berjumlah 4 ekor ? tanyaku.
“Iya!”
katanya bangga.
“
Sejak kapan dan di kandang mana paman Gembul panen jalak bali . . . kok kata
istri paman Gembul, jalak balinya belum pernah produksi !” tanyaku dengan
maksud mengkonfirmasi.
“Sejak
tadi malem . . . panen burung jalak bali dalam mimpi” kata om Gembul sewot
sambil ngeloyor pergi . . .
“He
. . .he . . . Om . .jangan pergi” cegahku, namun dia tetap saja ngeloyor pergi
meninggalkan piring-piring kosong bekas wadah pisang goreng. “Dasar penangkar
burung jalak bali stress . . .!” umpatku jengkel.
Saya
percaya bahwa om Gembul itu sekedar ngarang.
Meski
paman Gembul sekedar ngarang dan ngawur, namun ada yang patut diapresiasi. Di
sini ada pesan yang tersirat di mana menangkar burung jalak bali itu bukan
pekerjaan gampang. Beternak burung jalak bali butuhkan ketelatenan, butuh
keuletan dan butuh terobosan-terobosan baru yang membuat ternak tambah
produktif.
Tidak
ada cara mudah, apa lagi cara instan. Ingat pesan orang bijak tempo dulu yang
dikutip Ahmad Fuadi sebagai judul novel “Man Jadda Wajada . . . barang siapa
bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil”. Ini artinya semua butuh
kesungguhan. Kesungguhan karena ada kerja berat di dalamnya.
Jalan
sukses itu, jalan sulit, gronjal-gronjal dan mendaki. Ini rumus sukses di
bidang apa saja, tak terkecuali dalam menangkar jalak bali.
Dalam
hal ini saya menganjurkan anda untuk lebih mempercayai Ahmad Fuadi karena telah
jelas hasil karyanya, dibandingkan dengan paman Gembul yang prestasinya tidak
pernah menyembul sampai hari ini he he he . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar