Oleh : Pak
Syam, Penangkar burung Jalak Bali Klaten
Hp.
081280543060, 087877486516, WA. 081280543060, Pin BB. 53E70502, 25D600E9
Menjadikan breeding jalak bali menjadi semudah beternak ayam
sayur, mau ? Tentu saja
mau doooong. . . .
Jamak difahami
bahwa menangkarkan burung jalak bali memang bukan perkara gampang. Maka jika
benar ada cara mudah yang terbukti di lapangan eh. . . . di kandang, saya juga
mau. Asli mau. Apa lagi jika semudah beternak ayam sayur . . . 40 hari dah
panen. Wouw . . .manteb
Tulisan berikut
ini saya maksudkan untuk sekedar sharing pengalaman saya dalam menangkarkan
burung jalak bali. Apa yang saya tuturkan dalam tulisan ini sifatnya hanya
pengalaman pribadi yang tentu saja bersifat subjektif. Sangat mungkin
pengalaman ini berbeda dengan pengalaman penangkar jalak bali yang lainnya.
Kan di Indonesia
ini ada puluhan penangkar burung jalak bali. Masing-masing penangkar burung
jalak bali tersebut tentu saja memiliki pengalaman yang berbeda-beda.
Pengalaman yang khas mereka bahkan kadang-kadang unik. Unik karena penglamannya
bersifat spesifik dan hanya dia yang mengalami.
Sebelum kita
bicara lebih detail tentang tema ini mari kita sedikit bicara tentang gambaran
umum penangkaran burung jalak bali terlebih dahulu. Oke.
Memasuki dunia
penangkaran burung jalak bali setidaknya ada dua “mitos” yang selalu menyertai.
Apa itu ? Pertama harga bibit yang selangit dan mitos yang kedua adalah cara
menangkarkan yang sulit.
Secara teori sebenarnya
kalau dari sisi cara, menangkarkan burung jalak bali itu gampang. Yang susah
adalah menjadikan burung jalak bali tangkaran kita mau bertelur dan berproduksi
dengan baik. Itu yang sulit. Kalau kata anak sekolah begini; kalau pertanyaannya
sih gampang, yang sulit adalah menjawab pertanyaannya he he he. . .
Tapi benarkah
memang menangkarkan burung jalak bali itu sulit
? Alhamdulillah benar, memang senyatanya memangkarkan burung jalak bali
itu sulit, setidaknya tidak mudahlah ya. Banyak sudah bukti di mana orang
menangkarkan burung jalak bali bertahun-tahun belum menghasilkan apa-apa. Sulit
kok Alhamdulillah ? Iya sebab dengan susahnya menangkar maka harga jadi mahal
he he he . . .
Tetapi jangan
pesimis dulu. Saya belum selesai cerita.
Kan kata
orang-orang tua dulu, hidup ini secara sunnatullah ( sesuai hokum alam ) didesign
oleh Allah penuh dengan kesulitan. Ibarat jalan hidup ini adalah jalan yang
mendaki. Sehingga untuk mendapatkan sesuatu kita harus memperjuangkan dengan
sungguh-sungguh. Dan dengan kesungguhan perjuangan itu maka hidup ini menjadi
indah. Bukan begitu pak Mario ?
Semakin sulit
untuk mendapatkan sesuatu maka sesuatu itu menjadi semakin berharga. Misalnya jika
kita tinggal di kota Jakarta maka untuk mendapatkan satu trug pasir maka kita
harus membayar dengan harga mahal. Beda dengan di tempat saya di Klaten, harga
satu trug pasir bisa hanya separuhnya harga di Jakarta. Apa lagi kalau pas
merapi memuntahkan pasir mungkin kita hanya perlu membayar dengan harga
sepertiganya saja. Konon di Arab malah gak usah bayar he he he . . .
Apa yang
membedakan harga pasir tersebut ? Salah satunya adalah faktor kemudahan
mendapatkannya. Tentu masih banyak faktor lain yang menjadi variable harga
sehingga menjadi berbeda untuk satu tempat dengan tempat lainnya.
Terus apa
hubungannya jalak bali sama pasir Arab, ini kan ngomongin burung kok tiba-tiba
belok ngomongin pasir ?
Kalau hubungan
pasir dan burung jalak bali memang tidak ada bos . . . maksud saya sekedar
mengambil analogi saja. Analoooggiii . . . apa itu analogi ???
Maksud saya
begini bos. Kalau harga pasir juga dipengaruh oleh mudah atau susahnya dalam
mendapatkan pasir tersebut, maka jika sampai hari ini harga burung jalak bali
masih cukup mahal sangat mungkin karena faktor “cara mendapatkannya” juga susah.
Walau dalam hal mendapatka pasir berbeda dengan cara mendapatkan burung jalak bali. Kalau pasir, mendapatkannya dengan cara macul2 di lereng merapi. Kalau jalak bali cara mendapatkannya dengan macul2 di kandang saya he he he . . .
Tulisan sampean ini aneh dan tanggung. Dari awal udah nulis berbelit-belit dan muter-muter soal menangkarkan jalak bali yg katanya sulit, eeeehhh lha kok tulisanmu endingnya jelek, tanpa ada penjelasan apa saja kesulitan-kesulitan dalam penangkaran jalak bali. Perbaiki dong kualitas nulisnya cak. Pilihan font-nya juga jelek. Ini kritik lho. Kl gak terima kritik yo gak usah nulis...hehehehehe
BalasHapushe he he suwun mas masukannya. Maaf ini tulisan seorang tukang burung yang biasanya mung makani manuk, kok akhirnya pingin nulis2 pengalaman menangkar burung. Ya jadinya begitu.
BalasHapus