Selasa, 06 Mei 2014

Penangkar Jalak Bali Klaten : Menjadikan Breeding Burung Jalak Bali Menjadi Semudah Beternak Ayam Sayur bag. 1

Oleh : Pak Syam, Penangkar burung Jalak Bali Klaten
Hp. 081280543060, 087877486516, WA. 081280543060, Pin BB. 53E70502, 25D600E9

Menjadikan breeding jalak bali menjadi semudah beternak ayam sayur, mau ? Tentu saja mau doooong. . . .

Jamak difahami bahwa menangkarkan burung jalak bali memang bukan perkara gampang. Maka jika benar ada cara mudah yang terbukti di lapangan eh. . . . di kandang, saya juga mau. Asli mau. Apa lagi jika semudah beternak ayam sayur . . . 40 hari dah panen. Wouw . . .manteb

Tulisan berikut ini saya maksudkan untuk sekedar sharing pengalaman saya dalam menangkarkan burung jalak bali. Apa yang saya tuturkan dalam tulisan ini sifatnya hanya pengalaman pribadi yang tentu saja bersifat subjektif. Sangat mungkin pengalaman ini berbeda dengan pengalaman penangkar jalak bali yang lainnya.

Kan di Indonesia ini ada puluhan penangkar burung jalak bali. Masing-masing penangkar burung jalak bali tersebut tentu saja memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Pengalaman yang khas mereka bahkan kadang-kadang unik. Unik karena penglamannya bersifat spesifik dan hanya dia yang mengalami.

Sebelum kita bicara lebih detail tentang tema ini mari kita sedikit bicara tentang gambaran umum penangkaran burung jalak bali terlebih dahulu. Oke.

Memasuki dunia penangkaran burung jalak bali setidaknya ada dua “mitos” yang selalu menyertai. Apa itu ? Pertama harga bibit yang selangit dan mitos yang kedua adalah cara menangkarkan yang sulit.

Secara teori sebenarnya kalau dari sisi cara, menangkarkan burung jalak bali itu gampang. Yang susah adalah menjadikan burung jalak bali tangkaran kita mau bertelur dan berproduksi dengan baik. Itu yang sulit. Kalau kata anak sekolah begini; kalau pertanyaannya sih gampang, yang sulit adalah menjawab pertanyaannya he he he. . .

Tapi benarkah memang menangkarkan burung jalak bali itu sulit  ? Alhamdulillah benar, memang senyatanya memangkarkan burung jalak bali itu sulit, setidaknya tidak mudahlah ya. Banyak sudah bukti di mana orang menangkarkan burung jalak bali bertahun-tahun belum menghasilkan apa-apa. Sulit kok Alhamdulillah ? Iya sebab dengan susahnya menangkar maka harga jadi mahal he he he . . .

Tetapi jangan pesimis dulu. Saya belum selesai cerita.

Kan kata orang-orang tua dulu, hidup ini secara sunnatullah ( sesuai hokum alam ) didesign oleh Allah penuh dengan kesulitan. Ibarat jalan hidup ini adalah jalan yang mendaki. Sehingga untuk mendapatkan sesuatu kita harus memperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Dan dengan kesungguhan perjuangan itu maka hidup ini menjadi indah. Bukan begitu pak Mario ?

Semakin sulit untuk mendapatkan sesuatu maka sesuatu itu menjadi semakin berharga. Misalnya jika kita tinggal di kota Jakarta maka untuk mendapatkan satu trug pasir maka kita harus membayar dengan harga mahal. Beda dengan di tempat saya di Klaten, harga satu trug pasir bisa hanya separuhnya harga di Jakarta. Apa lagi kalau pas merapi memuntahkan pasir mungkin kita hanya perlu membayar dengan harga sepertiganya saja. Konon di Arab malah gak usah bayar he he he . . .

Apa yang membedakan harga pasir tersebut ? Salah satunya adalah faktor kemudahan mendapatkannya. Tentu masih banyak faktor lain yang menjadi variable harga sehingga menjadi berbeda untuk satu tempat dengan tempat lainnya.

Terus apa hubungannya jalak bali sama pasir Arab, ini kan ngomongin burung kok tiba-tiba belok ngomongin pasir ?

Kalau hubungan pasir dan burung jalak bali memang tidak ada bos . . . maksud saya sekedar mengambil analogi saja. Analoooggiii . . . apa itu analogi ???

Maksud saya begini bos. Kalau harga pasir juga dipengaruh oleh mudah atau susahnya dalam mendapatkan pasir tersebut, maka jika sampai hari ini harga burung jalak bali masih cukup mahal sangat mungkin karena faktor “cara mendapatkannya” juga susah.



Walau dalam hal mendapatka pasir berbeda dengan cara mendapatkan burung jalak bali. Kalau pasir, mendapatkannya dengan cara macul2 di lereng merapi. Kalau jalak bali cara mendapatkannya dengan macul2 di kandang saya he he he . . .

maaf bersambung ya . . . 


2 komentar:

  1. Tulisan sampean ini aneh dan tanggung. Dari awal udah nulis berbelit-belit dan muter-muter soal menangkarkan jalak bali yg katanya sulit, eeeehhh lha kok tulisanmu endingnya jelek, tanpa ada penjelasan apa saja kesulitan-kesulitan dalam penangkaran jalak bali. Perbaiki dong kualitas nulisnya cak. Pilihan font-nya juga jelek. Ini kritik lho. Kl gak terima kritik yo gak usah nulis...hehehehehe

    BalasHapus
  2. he he he suwun mas masukannya. Maaf ini tulisan seorang tukang burung yang biasanya mung makani manuk, kok akhirnya pingin nulis2 pengalaman menangkar burung. Ya jadinya begitu.

    BalasHapus