Senin, 28 April 2014

Penangkar Jalak Bali Klaten : Mau Menangkarkan Burung . . .. ya Menangkar Saja

Oleh : Pak Syam, Penangkar burung Jalak Bali Klaten
Hp. 081280543060, 087877486516, WA. 081280543060, Pin BB. 53E70502, 25D600E9
 
Suatu ketika, seorang bapak dari Bogor berkonsultasi kepada saya melalui bbm yang panjang dan sambung menyambung menjadi banyaaaaak. . . . . .
Inilah sebagian dari bbm itu “Pak Syam, saya sangat termotivasi untuk mengikuti jejak pak Syam menangkarkan jalak bali. Karena menurut pengamatan saya, penangkaran jalak bali ini sangat menjanjikan bla . . .bla . . .bla . . .

Di lain kesempatan beliau bercerita bahwa beliau memiliki lahan dengan luas yang cukup memadai, dengan sebuah bangunan kosong yang dulunya diproyeksikan sebagai tempat bisnis yaitu rumah makan berdiri kokoh di atasnya. Di bawahnya ada kolam, dengan air yang mengalir jernih bla . . .bla . . .bla . . .

"Apa yang mesti saya persiapkan untuk memulai usaha penangkaran ini pak Syam ?". Itu pertanyaan yang selalu beliau sertakan dalam setiap bbm yang dikirimkan kepada saya.
Di lain waktu beliau bercerita bahwa sebagai PNS beliau memerlukan pengamatan lebih jauh untuk menekuni bidang usaha yang berbeda dengan pekerjaan sehari-harinya sebagai birokrat ini. Beliau perlu memperhitungkan beberapa aspek sebelum benar-benar terjun ke dalam bidang penangkaran jalak bali. Tentu ini sebauh persiapan yang baik dan benar, pikir saya.
Senang sekali mendengar mengakuan tulus seorang PNS yang yang ingin memulai usaha penangkaran burung jalak bali, mengingat banyak orang seusia beliau begitu sibuk dan focus di kantor bahkan tak sedikit yang sampai tenggelam dalam pekerjaan mereka sampai usia pensiun datang.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, apa yang harus dipersiapkan untuk merintis usaha penangkaran jalak bali ? Jawaban saya simpel: Mulai saja ! Ya, mulai saja. Biasanya, kalau kita memikirkan persiapan, akan semakin lama kita akan dapat memulai sesuatu. Karena dalam beberapa hal ternyata kepandaian kita untuk mencari dalih yang berujung pada penundaan langkah kerap kali hanya merupakan jebakan yang dipasang oleh ‘bisikan gagal’ untuk menghadang kita agar kita tidak jadi melangkah. ‘Bisikan gagal’ etan membungkusnya dengan pentingnya persiapan yang matang, urgensinya pengetahuan yang mendalam dan pengalaman yang memadai dan lain-lain, Tapi ujungnya sama yaitu menunda langkah.
Karena itu sesungguhnya kita tidak perlu berhitung terlalu njlimet, bahkan kadang-kadang kita sedikit bermental koboi justru diperlukan di sini. Terutama pada lompatan pertama
Di tahap awal ini justru tidak perlu penyiapan mental hingga siap sesiap paspampres dalam mengamankan sidang paripurna di Istana Negara. Kita tak perlu menunggu mental kuat untuk melangkah. Karena mental kita justru akan terasah ketika kita sudah memulai dan langsung bergelut dengan usaha. Tidak perlu juga menunggu sampai punya rasa kepercayaan diri yang bertumpuk-tumpuk. Karena kepercayaan diri sering kali justru gampang diwujudkan dengan cara terjun langsung dalam penangkaran. Istilahnya sambil menyelam minum air, di mana sambil menangkar kita terus belajar.
Di sekitar kita berseliweran banyak cerita tentang kegagalan membuka usaha karena faktor ‘terlalu hati-hati’ tersebut. Sikap berlebihan ini lahir akibat dari banyaknya 'tabungan alasan yang logis' untuk menunda dalam membuka usaha. Seorang sahabat sangat ingin membuka bisnis kuliner. Bisnis plan dia persiapkan dengan detail. Untung rugi dia pelototi dengan sungguh-sungguh, konsultasi dengan ahlinya sudah dia lakukan. Lokasi yang cocok sudah dia dapatkan, modal sudah di tangan. Hanya satu saja yang belum dia lakukan yaitu melangkah memulai usaha.
Itu cerita satu setengah tahun yang lalu, dan hari ini rumah makan itu sudah berdiri dengan cukup ramai. Tapi sayang rumah makan itu bukan milik dia, karena sekitar enam bulan yang lalu lokasi itu disewa orang untuk membuka franchise ayam goreng yang cukup terkenal.
Sedangkan dia masih belum berubah dari keraguan dirinya. Dia tidak juga memulai usahanya dengan berbagai alasan yang sebenarnya cukup logis. Akibatnya, tempat-tempat lain yang dulu pernah dia incar untuk lokasi rumah makannya, sekarang sudah berdiri berbagai bidang usaha yang tentu saja dilakukan oleh orang-orang yang berani bertindak.
Ibarat orang yang ngebet ingin pergi ke Jakarta, sahabat saya itu tak pernah sampai di Stasiun Gambir atau terminal Kampung Rambutan, karena dia tidak pernah melakukan langkah pertama. Langkah pertama itu selalu gagal dia lakukan dengan alasan yang logis. Dia membutuhkan persiapan yang matang, katanya.
Ia sibuk berencana, mencari peta, belajar mendalami Kota Jakarta dengan segenap ancaman perilaku criminal penghuninya, namun tak pernah melangkah. Karena tidak juga melangkah maka selama satu setengah tahun dia tidak pernah merasakan generlapnya Jakarta.
Hendaknya kita tidak menjadi orang yang over hati-hati. Rasa takut itu manusiawi. Dia kita perlukan tapi proporsional saja. Untuk itu kadang kita perlu nekat untuk memulai perjalanan, meski kita belum menguasai betul peta jalannya, jika tekad kita bulat maka insya Allah akan tetap sampai di tujuan kok. Sante aje !
Selama dalam perjalanannya, memang bisa saja datang berbagai rintangan. Tapi dengan tetap konsisten berjalan menuju tujuan yang jelas dan fokus, lama-lama juga akan sampai dengan nyaman. Coba saja !
Bahkan di tengah bingungnya kita kehilangan arah saat tersesat di perjalanan misalnya, tidak mustahil kita malah bakal menemukan jalan pintas. Jadi, mulailah segalanya meski saat ini kita belum menguasai betul jalannya, namun jika kita tetap istikomah dengan tujuan kita maka insya Allah kita bakal berhasil.
Mau menangkar burung, ya menangkar saja. Sante Bro . . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar