Selasa, 28 Mei 2013

Penangkar Jalak Bali Klaten : Lomba Mentertawakan Gajah.



Saya ingin menjelaskan terlebih dahulu bahwa maksud judul di atas adalah lomba mentertawakan gajah, bukan lomba untuk menertawakan gajah. Sebab salah mengeja akan salah menghukumi. Ini berbahaya, dan benar-benar pernah terjadi yaitu saat KPK mengkriminalisasi LHI.

Mentertawakan gajah adalah tindakan mulia yang akan menjadi amal sholih karena bisa menghibur gajah dengan membuatnya tertawa. Sedangkan menertawakan gajah, bernilai sebaliknya dan termasuk tindakan yang tercela karena  menistakan gajah dengan menertawakannya.


Konon di sebuah Bun-Bin di Kota Jogja, seekor gajah terlihat sangat  murung. Hal ini terhitung sejak maret lalu, persis setelah LHI ditangkap KPK.

Drh.speG Hamongprojo, kepala klinik gajah di Bun-Bin tersebut dibuat pusing tujuh keliling. Pasalnya sebagai dokter hewan spsesialis gajah satu satunya di Asia Tenggara yang sudah empat tahun menjabat kepala klinik gajah, baru kali ini menemukan sakit yang aneh pada gajah binaannya. Semua tindakan medis pergajahan;  klinis maupun laboraries sudah dijalankan sesuai SOP klinik gajah, tapi hasilnya nol.

Pak Syam seorang budayawan pencinta hewan terutama burung wabil khusus jalak suren, memberikan usul. Setelah ngoceh ngalor-ngidul dia berucap, “Tertawa adalah obat, bagaimana kalau kita mengobati gajah dengan cara membuatnya tertawa ?”.

Usul yang nyleneh ini kontan saja di tolak oleh forum. Dan forumpun meneruskan musyawaroh untuk mencari cara bangaimana agar gajah kembali sumringah. Semua usul telah diusulkan, semua saran telah disarankan, bahkan sampai semua hidangan dimakan dan semua minuman sudah dihabiskan, namun tak sebutirpun kesimpulan bisa dirumuskan. Deadlock.

Setelah larut malam, akhirnya mereka kembali menengok usul sang budayawan pecinta hewan, ibarat kata pepatah para pemburu : tak ada gorilla monyetpun jadi.

Esok harinya, rapat ditingkat teknis memutuskan, untuk menggelar lomba mentertawakan gajah. Yaitu sebuah perlombaan yang bertujuan untuk membuat sang gajah tertawa dengan target tertawa terpingkal-pingkal dengan derajat sepingkal-pingkalnya.

Setelah melalui audisi yang ketat terpilihlah tiga finalis. Mereka terdiri dari seorang peniup seruling dari India, seorang pawang kanguru dari Australia dan seorang politisi dari senayan.

Mula-mula majulah finalis dari india. Peniup seruling yang mempunyai keahlian mentarikan king kobra ini memulai aksinya. Dia meniup seruling yang mendayu-dayu persis di depan telinga sang gajah. Awalnya gajah menunjukkan reaksi yang positif. Namun setelah beberapa menit seruling ditiup bukannya gajah tertawa tapi justru ketiduran. Peserta pertama gagal.

Tampillah finalis kedua. Dia mengambil boomerang dari selipan pinggangnya. Di menggerak-gerakkan ke udara untuk memancing perhatian sang gajah. Dengan sekuat tenaga boomerang dilemparkan ke udara. Wusss . . . . .  maka terbanglah boomerang ke arah selatan untuk kemudian menukik dan kembali memutar ke utara persis ke arah sang pawang berdiri dan . . . .braakk . . .bumerang menabrak kepala sang pawang dengan keras sampai sempoyongan. Alih-laih sang gajah tertawa justru penonton yang tepingkal-pingkal menertawakan sang pawang. Peserta keduapun gagal

Sekarang giliran finalis dari senayan. “Assalamu’alaikum wr.wb. Kenalkan nama saya Fahri Hamzah”. Suasana menjadi meriah, teriakan bergema dimana-mana. ada yang mendukung ada yang menghina. Ada yangmemuji ada yangmencela.

Dengan tenang Fahri berucap, “Saya akan mencoba menghibur gajah semoga dia bisa tersenyum !” Kemudian wakil dari senayan itu mendekati gajah. Dia membisikkan sesuatu. Gajahpun bereaksi. Kembali dia membisikkan ke telinga gajah agak lama. Gajahpun tersenyum. Pada bisikan yang ketiga gajah itu benar-benar tertawa puas. Kembali Fahri mendekat ke kuping gajah. Kali ini gajah itu benar-benar meledak dalam tawanya sampai kelihatan gigi taringnya yang panjang itu. Fahri berhasil menghibur gajah.

Dan benar seperti dikatakan sang budayawan pecinta hewan, dengan tertawa maka gajah itupun kembali sehat. Dengan demikian maka peserta ketiga dinyatakan berhasil dan menjadi juara dalam lomba ini.

Tapi ngemeng-ngemeng tahukah anda apa yang dibisikkan politisi senayan yang dicap suka omong besar ini ke telinga sang gajah ?

Ternyata pada kali pertama Fahri berbisik “ Assalamu ‘alaikum sobat, ada salam dari ustad Luthfi”. Sejenak kemudian Fahri melanjutkan bisikan kedua.

Pada kali yang kedua Fahri berbisik agak panjang “La tahzan ya akhiy. . . kau gak boleh sedih bro. Percayalah ustad Luthfi, insya Allah bisa melewati cobaan ini “.  Gajah mulai tersenyum. Kemudian Fahri melanjutkan berbisik yang ketiga.

Bisikan ketiga yang membuat sang gajah benar-benar sumringah adalah “Percayalah saudaraku bahwa Allah akan benar-benar mendewasakan kita dengan cara ini. Kita sedang diberi jamu kuat jiwa, Cuma rasanya memang pahit. Percayalah kita akan semakin solid, insya Allah target tiga besar akan tercapai”. Gajahpun tertawa dengan puas.

Dan yang membuat gajah itu tertawa terpingkal-pingkal sampai tahap sepingkal-pingkalnya adalah bisikan ke empat. Pada kali keempat ini Fahri sebenarnya tidak membisikkan sesuatu tapi mengajukan pertanyaan”Bagaimana kalau Johan Budi kita bawa ke Bogem ( tukang sunat) ?”. Sepontan sang gajah langsung membayangkan kelucuan seorang Johan Budi menjadi penganten sunat di pelataran Gedung KPK, dan jadi tontonan jutaan pemirsa melalui siaran langsung di metro tipi dan tipiwan.

Tapi dasar Johan dia tetap dingin sedingin ideology yang dianutnya. Dingin di luar panas di dalamnya.




1 komentar:

  1. Mantapks tadz...tapi iki malah mripate ngetutke tulisan gudang jalak terus rasido moco he he he selamat berkarya

    BalasHapus