Kamis, 15 Januari 2015

AHA Breeding Klaten : Kembalikan Burung Jalak Baliku Padaku

Oleh : pak Syam (penangkar burung jalak bali klaten)


Cobalah sesekali mampir ke Pasar Burung Pramuka Jakarta. Di sana anda akan terkaget-kaget dibuatnya. Karena pasar burung terbesar di Indonesia itu, telah dibanjiri oleh berpuluh-puluh spesies burung impor dalam jumlah ratusan ekor setiap pekannya. Saking banyaknya penjual burung sampai mebludak di jalan-jalan.

Sepintas ini wajar sebab sebagai sebuah negara yang memiliki penduduk terbanyak keempat di dunia, tentu peminat burung di negara kita juga besar. Dari sisi besarnya jumlah peminat burung hal itu tidaklah mengherankan. Sebab dalam hukum pasar di mana ada permintaan maka barang akan berdatangan ke tempat tersebut. Itu jika sudut pandang kita hanya dari sisi ekonomi semata-mata.

ket : gambar ilustrasi diambil dari internet

Namun jika kita berfikir dalam tataran yang sedikit nasionalis, tentu membanjirnya burung-burung impor ini patut dicermati. Ambil contoh love bird. Coba cermati sisi mana dari jenis burung paruh bengkok ini yang bisa kita jadikan poin untuk mengatakan bahwa alam kita membutuhkan kehadiran mereka. Kemerduan ocehannyakah, keindahan tampilannyakah, kegunaannya untuk menjadi penyeimbang populasi satwa dialamkah, fungsinya untuk memperkaya kekayaan hayati kitakah ? Menurut hemat penulis, jika di tilik dari semua sudut di atas love bird tidak memiliki poin apapun untuk dibela.

Jadi apa yang mendasari para importir tersebut mengusung ‘burung sampah’ masuk ke Indonesia secara besar-besaran ? Penulis berkesimpulan bahwa faktor utamanya adalah semata-mata karena hukum pasar, di mana para importir melihat ada peluang untuk melakukan penetrasi pasar. Hal ini memang sudah menjadi hal yang lumrah dalam hukum pasar, jika suatu produk memiliki demand yang tinggi maka suplay besar-besaran pastilah akan terjadi. Sekali lagi sepintas hal ini tidak ada yang perlu dikritisi.

ket : gambar ilustrasi diambil dari internet

Namun jika poinnya adalah spirit nasionalisme kita untuk memelihara kebanggaan kita terhadap kekayaan hayati asli Indonesia, maka membanjirnya burung-burung impor semacam love tersebut membuka peluang untuk kita kritisi. Kapan kita berfikir tentang alam bukan dalam niatan untuk mengeksploitasi ?

Coba bandingkan dengan burung Cucak Rawa atau burung Jalak Bali. Keberadaan mereka di pasaran sangat sulit untuk kita temukan, terlebih burung Jalak Bali. Burung dengan nama latin Leucopsar rothschildi ini merupakan  satwa endemik khas pulau Dewata kebanggaan Indonesia ini keberadaannya jauh lebih memperihatinkan sejak lama.

ket : gambar ilustrasi diambil dari internet

Tercatat di tahun 1966  IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) sebuah lembaga konsevasi di tingkat global memasukkan Burung Jalak Bali ke dalam daftar merah sebagai satwa yang terancam punah. Hal tersebut disusul oleh konvensi perdagangan internasional untuk satwa dan tumbuhan liar CITES (Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora) telah mengategorikan jalak Bali ke dalam Appendix I, yaitu satwa yang terancam kepunahan dan terlarang untuk diperdagangkan.

Konon tahun 2005 lalu di habitat jalak Bali, yaitu di Taman Nasional Bali Barat, hanya ditemukan lima ekor individu yang tersisa. Pemerintah turun tangan untuk menyelamatkannya dari kepunahan. Melalui Menjangan Resort yang ada di dalam Taman Nasional Bali Barat, dilakukanlah berbagai upaya pengembangan burung canti nan eksotik ini. Hasilnya ?

ket : gambar ilustrasi diambil dari internet

Berbagai survey yang digelar oleh Taman Nasional Bali Barat menunjukkan bahwa jumlah burung yang terancam punah ini, kini secara perlahan mulai bertambah. “Dalam survey yang dilakukan pada tanggal 5 Mei 2013 silam antara Menjangan Resort dengan Taman Nasional Bali Barat, kami menghitung jumlah burung jalak Bali yang ada di alam sudah mencapa 10 individu. Tahun lalu kami hanya menemui 7 individu dalam survey yang sama,” jelas Junaedi Arif, Manajer Lapangan Program Lingkungan Menjangan Resort. Sebegitu kecilnya jumlah mereka di alam . . .

Dan jangan kira nasib seperti ini hanya di alami oleh burung jalak bali. Burung cucak rawa memiliki nasib yang hamper sama. Saat ini keberadaan burung cucak rawa sudah sulit kita temukan di pasaran apa lagi di alam liar. Bahkan di habitatnya di Kalimanta pun sudah sulit ditemukan. Burung kacer, burung jalak suren, bahkan prenjak sekarang jumlah mereka sudah menipis

ket : gambar ilustrasi dokumen pribadi

Lalu apa peran kita untuk membuat mereka kembali berkicau riang di pohon-pohon sekitar rumah kita. Mari kita mulai untuk memperdulikan kelangkaan mereka ! (pak Syam penangkar burung jalak bali klaten Hp. 081280543060, 087877486516, PIN BB 53E70502, 25D600E9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar