Jumat, 11 Juli 2014

Penangkar Burung Jalak Bali Klaten : Belajar Menangkar Burung Seteguh Ibnu Hajar


Oleh : Pak Syam, Penangkar burung Jalak Bali Klaten
Hp. 081280543060, 087877486516, WA. 081280543060, Pin BB. 53E70502, 25D600E9

 
Seri Ramadhan, session 10

!! menangkar jalak bali !! merawat jalak bali !! menjual jalak bali !! budi daya jalak bali !!

Saat ini kita mengenal ibnu Hajar sebagai  nama salah seorang ulama besar yang sangat harum, terutama di pesantren-pesantren. Nama lengkapnya Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Hajar, al Kinani, al ‘Asqalani, asy Syafi’i, al Mishri.

Dia berhasil menjadi ulama besar, ahli hadits, fikih dan sejarah yang terkenal di dunia Islam. Salah satu karya monumentalnya adalah kitab berjudul al I’tishom. Sebuah kitab yang menjadi rujukan utama dalam masalah bid’ah. Dalam terjemahan edisi Indonesia, pengantarnya saja berjumlah seribu-an halaman. Wouw . . .
Beliau dikenal secara luas dengan penggalan namanya yaitu ibnu Hajar (anaknya batu). Bagaimana ceritanya nama ibnu Hajar menjadi melekat dalam diri beliau pak Syam ? Ceritanya begini, kata pak Syam manggut-manggut sambil mengelus-ngelus jenggotnya yang tak seberapa itu . . .

Sejak kecil, ibnu Hajar bercita-cita menjadi ilmuwan dan ulama besar. Dia pun mengembara ke berbagai negeri untuk mewujudkan cita-citanya. Ibnu Hajar belajar kepada ratusan orang guru. Di samping itu dia pun juga rajin membaca buku dalam berbagai tema dalam ratusan judul.


Bertahun-tahun Ibnu Hajar belajar dengan keras, tetapi dia merasa ilmu yang dicarinya tidak juga dia dapat. Ini beda dengan kita. Kalau kita baru membaca beberapa buku saja, perasaan ini sudah sangat bangga karena sudah memiliki banyak ilmu.

Ibnu Hajar mulai merasa kecewa, kemudian patah arang. Dia tidak lagi mengejar cita-citanya untuk menjadi ulama’. Dia berhenti belajar dan sampilah kepada keputusan untuk mudik ke kampung halamannya saja. Saking kuatnya rasa patah arang itu, guru dan teman-temannya tidak bisa mencegah keinginannya.


Bulat sudah tekadnya untuk mudik. Di perjalanan panjang menuju kampung tempat tinggalnya, dia mengalami kelelahan. Suatu kali, Ibnu Hajar beristirahat dia duduk di bawah sebuah pohon besar di pinggir kali. Di bawah pohon, dia melihat batu besar yang bagian tengahnya berlubang.

Ibnu Haar memerhatikan batu besar itu. Ibnu Hajar pun berpikir, “Bagaimana mungkin batu besar ini berlubang hanya oleh tetesan air dari pohon itu? Akhirnya dia melihat tetesan air yang terus menerus jatuh tepat di bagian batu yang berlubang.

Ibnu Hajar yang cerdas terus berpikir. Batu ini pasti berlubang setelah ditetesi air terus menerus. Dan ini pasti berlangsung  dalam waktu yang sangat lama. Kalau dilihat, umur batu ini sudah sangat tua. Ibnu Hajar pun tersadar. Tetes air yang kecil dapat melubangi batu setelah bertahun-tahun. Begitu juga dengan ilmu. Kita baru berhasil setelah belajar dengan sungguh-sungguh.

Ibnu Hajar segera menyadari kesalahannya karena telah patah arang dalam menuntut ilmu. Dia pun membatalkan niat untuk mudik. Ia bertekad untuk terus belajar dan tidak akan kembali sebelum berhasil meraih cita-citanya.


Allah pun mengabulkan cita-citanya, sebagaimana yang kita kenal sekarang. Kerja keras Ibnu Hajar terbayar sudah. Dia berhasil menjadi ulama besar, ahli hadits, fikih dan sejarah yang terkenal di dunia Islam. Itulah sepenggal kisah si anak batu, yang kemudian melekat dalam sebutan namanya.
***
Pesan pak Syam untuk para penangkar :
Kita harus memiliki cita-cita yang tinggi. Apa itu cita-cita yang tinggi ? Menjadi penangkar yang sukses, baik hati dan tidak sombong, murah hati dan suka berderma; burungnya banyak, indukannya produktif, pemasarannya lancar dan harganya stabil.
Cita-cita itu bisa terwujud jika kita bertekad kuat, berusaha, serta berdoa dengan sungguh-sungguh untuk meraihnya. 
(pak Syam; dari berbagai sumber)

!! menangkar jalak bali !! merawat jalak bali !! menjual jalak bali !! budi daya jalak bali !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar