Selasa, 04 Maret 2014

Menggapai Sukses ( seri Breeding Motivation ) bag.1


Akhir pekan adalah saat yang menyenangkan bagi penangkar jalak bali seperti saya. Saat-saat seperti ini biasanya dimanfaatkan oleh para penangkar jalak bali kicau mania untuk menikmati klangenannya dengan sepuas-puasnya, setelah melewati hari-hari yang penat selama satu pekan.

Akhir pekan kali ini, lebih semarak lagi, karena latber burung kicau yang biasa digelar di tempat kami dikelola dengan cara yang sedikit berbeda disbanding dengan even serupa bulan lalu. Pada latber kali ini panitia menyisipkan satu acara lagi sebelum acara utama latber berlangsung. Acara sisipan itu berupa acara breeding motivation ( motivasi berbalut penangkaran ) dengan menghadirkan pak Syam sebagai Breeder Motivatornya ( alias motivator cap manuk ).


Dalam sessi yang disambut meriah oleh para penangkar jalak bali dan kicau mania Klaten ini pak Syam memulai presentasinya dengan sebuah game.

“Baik . .. kalian lihat di depan semuanya. Di depan kalian terdapat sangkar yang berjejer dengan rapi. Saya sengaja menyiapkan 60 ekor burung gereja dalam sangkar-sangkar ini. Dan di atas meja sebelah kiri saya, telah disiapkan pita berwarna putih dan spidol berwarna merah. Sekarang silakan kalian semua maju untuk mengambil seekor burung gereja dan selembar pita. Tolong panitia membagikan burung dan pitanya kepada masing-masing peserta. Oke silakan maju dengan tertib !” begitulah pak Syam mengawali presentasinya

Dan kepada mereka para penangkar jaak bali ini, masing-masing diminta untuk menulis namanya pada sehelai pita tersebut dengan huruf balok berwarna merah. Setelah itu pita diikatkan pada kaki kanan burung gereja tersebut.

Kemudian ruangan di tutup rapat. Lampu dinyalakan, sehingga ruangan masih cukup terang.

“Baik sekarang saya akan memberikan instruksi. Sekarang kita akan memulai gamenya. Kalian semua sekarang telah memegang seekor burung gereja yang telah diberi identitas anda yaitu nama anda kan ? Sebentar lagi kalian akan melepaskan burung yang kalian pegang, di dalam ruangan ini. Setelah itu tolong kalian cari dan tangkap burung gereja kalian tadi. Saya beri waktu 20 menit. Oke sekarang lepaskan, dan tangkap burung kalian. Yang sudah berhasil menangkapnya tolong laporkan ke panitia. Oke waktunya dimulai dari sekarang” kata pak Syam memberikan instruksi.


Dalam sekejap aula berukuran 10m x 15m itu menjadi gaduh, dengan suara yang menggelegar bak guruh diselengi beberapa peserta yang mengaduh karena tertabrak temannya yang bermandi peluh. Semua orang bergerak agresif mencari burung yang memuat nama mereka, bertabrakan satu sama lain, mendorong dan berebut dengan orang lain disekitarnya sehingga mirip kesemrawutan di pasar burung.

Lima belas menit telah berlalu, namun panitia tidak menerima satu laporanpun dari peserta yang telah berhasil menangkap burungnya.

“Hayo masih ada waktu 5 menit lagi. Ayo kalian pasti bisa” pak Syam memotivasi mereka.
Namun rupanya teriakan pak Syam kalah kenceng dibanding kegaduhan mereka. Dan hingga waktunya habis tak satupun peserta yang berhasil menangkap burung atas namanya.


Melihat tidak ada peserta yang bisa menangkap burung gereja atas namanya sendiri kemudian pak Syam melanjutkan game dengan mengubah instruksinya.

“Dua puluh menit tidak ada yang bisa menangkap burung atas namanya. Sekarang ketentuannya saya rubah. Coba sekarang kalian tangkap burung itu secara acak. Kalian boleh menangkapnya sesuka kalian. Saya kasih waktu 10 menit. dan waktunya dimulai dari sekrang” kata pak Syam menjelaskan ketentuan game yang baru.

Bersambung . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar