Senin, 24 Maret 2014

Penangkar Jalak Bali Klaten : Jangan Membeli Burung Dalam Sarung ( Kucing Dalam Karung ) bag.2


Terus perbedaan selanjutnya mengenai harga burung. Ada sedikit kesalahan anggapan bahwa membeli burung dari seorang PENANGKAR burung selalu LEBIH MURAH dibandingkan dengan membeli burung pada seorang BAKUL burung. Iya dong . . . kan bakul membeli burung dari penangkar, kemudian menjualnya dengan mengambil margin keuntungan tertentu, maka tentu saja dia menjualnya dengan harga yang lebih mahal. Logis dong . . .


Namun benarkah seorang PENANGKAR selalu menjual burung LEBIH MURAH dibandingkan dengan seorang BAKUL burung ? Dalam pengalaman saya, hal ini tidak selalu berlaku. Lo kok ?

Ada beberapa alasan yang mendasari, mengapa hal itu terjadi :

1.       Dalam menjual hasil penangkaran burung Jalak Bali saya lebih berorientasi kepada konsumen langsung. Saya memiliki alasan tersendiri mengapa saya berorientasi kepada konsumen, bukan bakul burung.

2.       Secara umum, orientasi penjualan burung ini ditujukan kepada siapa, akan berpengaruh terhadap perlakuan terhadap burung tersebut. Misalnya tentang perawatannya, gizi yang diberikan kepadanya, ukuran dan kenyamanan kandang pemeliharaan dan lain-lain akan berbeda terhadap burung yang akan dijual kepada konsumen dengan burung yang mau dijual kepada pengepul. Cobalah tengok bagaimana para bakul burung di Pasar Pramuka dalam merawat burung dagangan mereka ? Hanya dengan melihat ke pasar tersebut maka anda akan faham dengan apa yang saya maksud perlakuan terhadap burung tersebut.

3.       Saya menerapkan “standard” dalam memelihara burung saya dengan orientasi untuk ditangkarkan. Para penangkar biasanya selalu memiliki empati yang lebih tinggi terhadap burung dibandingkan dengan seorang bakul burung. Sebagai penangkar burung saya memperlakukan burung dengan kasih sayang yang penuh. Sebagai penangkar burung Jalak Bali saya tidak sampai hati jika harus mengurangi hak-hak burung berupa perawatan, makanan dan minuman, maupun suasana kandangnya. Ini berbeda dengan seorang bakul burung yang orientasinya sekedar menangguk untung, dari berjual beli burung. Bagi mereka yang penting untung.

4.       Pengalaman sebagai penangkar mengajarkan kepada saya, bahwa kualitas sepasang indukan burung Jalak Bali berpengaruh secara signifikan terhadap produktifitas dan kesehatan anaknya. Ibarat keluarga jika sepasang suami dan istri, keduanya sehat secara jasmani dan ruhani, maka kemungkinan besar anak-anak yang lahir kelak adalah anak-anak yang sehat lahir dan batin. Begitu pula sebaliknya. Nah kesehatan ‘suami-istri” dalam penangkaran burung ini lebih terjamin jika yang memelihara adalah seorang penangkar, dibandingkan dengan peliharaan seorang bakul.

5.       Sebagai penangkar saya memiliki rasa yang sama dengan konsumen saya untuk bersama-sama memiliki penangkaran yang berkembang secara normal. Keinginan ini saya wujudkan dalam bentuk kesediaan untuk berbagi ilmu dan pengalaman dalam menangkarkan burung Jalak Bali ini.

6.       Dalam menjual burung Jalak Bali hasil penangkaran saya berprinsip bahwa saya TIDAK HANYA MENJUAL BURUNG JALAK BALI, TAPI SEKALIGUS MENUJAL ILMU DAN PENGALAMAN DALAM MENANGKAR BURUNG JALAK BALI. Mungkin hal inilah yang tidak dimiliki oleh bakul burung, dan mungkin juga penangkar lain yang kadang pelit berbagi tips dalam menangkarkan burung Jalak Bali.

7.       Berkaitan dengan administrasi perijinannya saya juga siap berbagi pengalaman. Menangkarkan burung Jalak Bali, karena burung jenis ini sudah langka keberadaannya di alam maka, diperlukan ijin dari pemerintah. Nah tentang bagaimana caranya, ijinnya kemana, persyaratannya apa saja, tidak semua penangkar burung Jalak Bali memiliki pengalaman. Penangkar burung Jalak Bali saja masih ada yang belum tahu prosedur dan persyaratannya, apa lagi kalau dia hanya seorang bakul burung Jalak Bali maka hampir pasti dia tidak perhatian terhadap perijinan ini.

8.       Prinsip yang saya terapkan dalam penjualan burung Jalak Bali adalah, MENJUAL BURUNGNYA, BONUS ILMU menangkarkannya. Tentu saja prinsip ini akan lebih tepat jika konsumennya adalah calon para penangkar dan penghobi burung. Itulah sebabnya sejak awal dalam menjual burung Jalak Bali saya memang berorientasi kepada konsumen langsung
.


Memasuki dunia burung itu ibarat memasuki hutan tropis di Afrika sana. Salah-salah kita bisa diterkan hyna atau bahkan singa dong ?  Walah . . .serius amat

Iya sih . . .di tengah hutam tropis Afrika sana, kita mau cari binatang apa saja ada. Dari kucing sampai citah, dari kambing sampai gajah bahkan cicak dan buaya juga ada di sana. 

OK bersambung ya . . . . . . . . . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar