Kamis, 05 Desember 2013

Penangkar Jalak Bali Klaten : Ngomong-Ngomong Tentang Jalak Bali ( bag. 1 )


Menyambut diselenggarakannya seminar tentang propspek ekonomi penangkaran Jalak Bali ( dan rusa ) di Solo tanggal 7 Desember 2013, saya sebagai penangkar Jalak Bali Klaten searching berkaitan dengannya. Sebagai penangkar Jalak Bali Klaten saya baru ngeh betul ternyata aves asli Indonesia ini telah menarik perhatian international, terbukti telah dicantumkan dalam Red Data Book IUCN sejak tahun 1966, dan di dalam Apendix I CITES. Walau tentu saja ini juga bisa bermakna “rintangan” bagi penangkar Jalak Bali yang berstatus swasta seperti saya. Tapi yang jelas bahwa saat ini soal tetek bengeknya Jalak Bali bukan sekedar urusan Kemenhud dalam hal ini BKSADA semata, akan tetapi juga telah menjadi perhatian penduduk dunia. Ini menjadikan saya sebagai penangkar Jalak Bali Klaten cukup berbangga hati.


Seperti kita ketahui bahwa keanekaragaman hayati serta tingkat endemisme (keunikan)  Indonesia berada pada tingkat yang sangat hebat, kalau kata om Mario keanekaragaman hayati serta tingkat endemisme Indonesia berada pada peringkat super sekali. Atau bahasa kerennya masuk kategori negara mega biodiversityMega biodiversity iku opo pak Mario . . .? Embuh itu ra penting, sing penting sebagai penangkar Jalak Bali Klaten, Jalak Bali anda ngendog, netes sehat sampai gede . . .itu . . .Oo . . . gitu ya . . . super sekali pak Mario. Saking supernya konon menurut World Conservation Monitoring Committee Indonesia memiliki 1.539 jenis burung (17% dari seluruh jenis burung di dunia). 

Ning kok yo menurut CMC, mbok menurut data Kemenhud atau direktorat opo ngono. Sehingga kita jadi makin bangga karena kekayaan hayati Indonesia itu datanya di tangan anak bangsa sendiri.
La kalau datanya saja ada di CMC terus bagaimana dengan keamanan hayati kita tersebut ? Bisa-bisa kekayaan hayati yang 1.539 itu janjane total jenderal ada 5.000 lebih, tapi sebagian diumpetke. Mung sisane dikasih ke kita, sehingga kita tinggal dikasih 1.539 tok.

Njur ra oleh suudzon ngono kuwi . . . .

Oke lanjut. Satu di antara kekayaan hayati itu adalah Jalak Bali (Leucopsar rotschildi). Satwa eksotik ini dikenal juga dengan nama Jalak Putih atau Curik Putih juga dikenal dengan nama Bali mynah. Konon menurut badan dunia yang menangani masalah permanukan internasional populasi Jalak Bali saat ini sudah pada kondisi sangat menghawatirkan dan cenderung mengarah pada kepunahan. 

Ah yang bener misteerrr . . .pesimis amat ya ? Jangan-janan ini hanya sebagai siasat untuk mengemplang kekayaan hayati kitaaaaa .. . ? Halah . . ngerti aku . . . 

Dia bilang di habitat aslinya hampir punah. Tapi untungnya di Amerika masih ada beberapa ekor. Terus setelah itu beberapa tahun kemudian diumumkan melalui lembaga dunia bahwa Jalak Bali di Indonesia punah, tinggal yang ada di Emrik sono man. Habis itu dikembangkan dan hasilnya dicaplok dan distempel sebagai satwa mereka,  halah . . . ngono maksud’e, ngerti akuuu . . .

Tapi memang ada benarnya juga sih. Sesuai hasil kajian yang dilakukan lembaga terkait, menurunnya populasi satwa cantik ini antara lain disebabkan oleh adanya kerusakan habitat, perburuan dan perdagangan yang tidak terkendali. Maka untuk mengembalikan populasi mereka pemerintah mengeluarkan SK Menteri Pertanian No. 421/Kpts/UM/8/1970 dan PP No. 7 tahun 1989, yang menetapkan bahwa burung Jalak Bali adalah burung yang dilindungi. Ini artinya segala tindakan kita yang berkaitan dengan burung tersebut apa itu penangkaran pemilikan maupun perdagangannya di atur dalam ketentuan pemerintah.

maaf karena searchingnya kebanyakan, jadinya tulisan ini sambung menyambung . . . tapi walaupun begitu mudah2an nanti menjadi satu . . .itulah Indonesiaaaaa  . . .xe . .xe . .xe . . . gak apa2 ya om . . .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar