Kamis, 12 Desember 2013

Penangkar Jalak Bali Klaten : Kandang Mewah vs Produktifitas Penangkaran Jalak Bali

Mengamati konstruksi dan melihat penampakan kandang Om Breeder yang satu ini, hati saya jadi kecut. Betapa tidak, kandangnya Om Breeder menurut saya cukup mewah dalam arti mewah yang sebenarnya. Ini jelas beda sekali dengan kandang saya. Memang sih kandang saya kadang-kadang juga saya sebut mewah, cuma mewah dalam arti mepet sawah. Maklum memang rumah saya berdempetan dengan sawah. Maklum orang udik . . .
Penangkaran Om Breeder ini pantas kalau mempunyai produktifitas yang tinggi, sebab para burungnya dimanjakan dalam sebuah rumah hunian burung yang mewah. Sebuah hunian yang menjanjikan kebahagiaan tersendiri buat para burungnya. Dan jika burung-burung itu mendapatkan kebahagiaan maka biasanya dia rajin berbiak.
 Sedangkan burung-burung di tempat saya, kandangnya kandang biasa. Tapi walau begitu, syukurlah penangkaran saya produktifitasnya juga cukup memuaskan. Alhamdulillah kandangnya biasa hasilnya luar biasa.
Tapi mengapa ketika membandingkan kandang keduanya, yaitu antara kandang penangkaran saya dengan penangkaran Om Breeder hati ini masih juga menjadi kecut ? Oo . . . iya ya, Kenapa mesti kecut. Wong produktifitasnya juga sama kok. Sama-sama tinggi.
Begitulah yang sering terjadi dalam dunia penangkaran. Kadang pendatang baru dalam dunia penangkaran ini merasa silau dengan kemewahan kandang para senior yang kadang memang cukup wah. Padahal kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemewahan kandag penangkaran tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat produktifitasnya.
Ada kandang mewah dan hasilnya bagus. Ada juga kandang yang penampakannya biasa-biasa saja namun produktifitasnya juga jempolan makanya banyak yang like. Ada kandang yang sederhana namun burungnya cukup produktif, namun ada juga yang kandangnya jelek, dan anakannya juga tidak nongol-nongol.
Jadi nampaknya konstruksi dan penampakan kandang, kadang kala tidak berpengaruh terhadap produktifitas burung. Justru yang paling berpengaruh terhadap produktifitasnya adalah rasa nyaman burung di kandang dan gizi burung yang diberikan oleh bosnya. Rasa nyaman ini bisa berwujud terbebasnya burung dari gangguan orang lalu lalang, suara berisik maupun gangguan binatang predator, tikus misalnya. Sedangkan gizi yang diberikan kepada burung mempengaruhi tingkat kesehatannya dimana kelak ujungnya akan berpengaruh terhadap tingkat fertilitas dan kemampuan berproduksi.
Jadi nampaknya kemewahan kandang hanya berpengaruh terhadap kepuasan pemiliknya, bukan pada kenyamanan burungnya. Namun begitu jika pemiliknya puas maka akan mendorongnya untuk memberikan yang terbaik bagi burung, termasuk juga memilihkan gizi yang terbaik bagi burungnya. Jadi ternyataharus diakui juga ya bahwa kemewahan kandang ngaruh jugaa, walaupun gak secara langsung.
Bagi kita terutama para pendatang baru, saya sarankan membangun kandang yang biasa-biasa saja. Yang penting kondisi aman, dalam kandang nyaman jika perlu ada tumbuhan, dan mesti aman dari predator (tikus) tidak bisa ditawar. Kandang yang sederhana ini penting disamping untuk kepentingan burungnya juga untuk keperluan penangkar dalam menghemat biaya.
Maka pandai-pandailah mensiasati kondisi, baik kondisi lingkungan, lahan maupun kantong. Manfaatkan kreatifitas anda semaksimal mungkin. Terapkan kaidah biaya sekecil-kecilnya untuk mendapatkan kenyamanan yang semaksimal mungkin buat si burung. Jika kreatifitas kita jalan, maka dengan kondisi kandang yang biasa-biasa saja maka insya’a Allah burung tetap bisa produktif.
Saya jadi teringat tentang bagaimana kreatifitas orang Rusia dalam mensiasati pengaruh gravitasi bumi dengan biaya yang minim namun berhasil guna tinggi. Itu dilakukan oleh Rusia saat Amerika dipusingkan oleh pulpen yang macet saat di angkasa luar. Ceritanya begini.
Ketika NASA mengirimkan astronotnya ke luar angkasa, mereka menemukan fakta bahwa ternyata pena tidak bisa digunakan pada gravitasi nol. Pada kondisi ini ternyata pulpen macet, karena tinta mogok keluar dan gak ada yang narik. Sebab gravitasi bumi sedang prei. Untuk memecahkan masalah ini, mereka melakukan penelitian selama kurang lebih dari sepuluh tahun. Tahu nggak berapa dana yang dihabiskannya ? Mereka menghabiskan dana sampai milyaran rupiah, sekedar untuk mengeluarkan tinta dari ujung pulpen, seperti kita mengeluarkan endog dari indudukan yang kededelen (egg binding). Mereka menghabiskan dana sampai $12 juta ( Rp.120 milyar dengan kurs $1=Rp.10.000,-).
Dana sebesar itu digunakan untuk merancang sebuah pena yang dapat digunakan pada gravitasi nol, saat pena menghadap keatas, bahkan di dalam air, bisa berfungsi pada permukaan apapun termasuk kaca mungkin juga gigimu he he he . . .dan bisa dipakai pada suhu yang ekstrim dingin sampai 300 derajat celcius dibawah nol. Ooo . . . pantas biayanya gede.
Dan bagaiaman dengan orang Rusia ? Solusi apa yang mereka kaji untuk mengatasi masalah ini ? Ternyata mereka berfikir sederhana. Mereka mengganti pulpen dengan pensil. Berapa dana yang mereka butuhkan ? Mereka butuh dana dua ribu perak (???) saja . . . dan masalah selesai
Atau kita bisa mensiasati penghematan anggaran kandang dengan meniru gaya Dai Nippon. Konon bangsa yang pernah menjajah negara kita selama 3,5 tahun ini menyimpan cerita yang tak kalah kreatifnya.
Mereka mempunyai cerita tentang kotak sabun yang tingkat popularitasnya mungkin hampir mendekati operasi sabun Broadway. Bahkan cerita ini telah menjadi salah satu studi kasus yang paling terkenal dalam manajemen Jepang .
Sebuah perusahaan kosmetik terkenal di Jepang menerima keluhan dari beberapa konsumen bahwa sabun yang mereka beli ternyata kosong. Dengan segera bagian pengaduan pelanggan terjun langsung menginspeksi bagian pengemasan produk. Sebab bagian ini merupakan lini terakhir dari proses produksi sebelum dikirim ke bagian pengiriman produk.
Setelah melakukan penelitian mereka memperoleh temuan di mana memang kerap ada kotak sabun yang kosong yang melewati bagian pengemasan. Manajemen kemudian meminta para insinyur terbaiknya untuk memecahkan masalah yang bisa menurunkan citra perusahaan ini.
Para insinyur tersebut segera melakukan penelitian. Mereka bekerja sangat keras siang malam, pagi sore dan akhirnya menemukan mesin X-ray dengan resolusi tinggi yang bisa menembus tembok, apa lagi kalau sekedar kotak sabun. Alat ini dioperasikan oleh dua orang dalam menjalankan tugas mengamati semua kotak sabun yang lewat di depannya. Dengan cara ini maka dia berani memberikan jaminan tidak akan ada lagi kotak kosong yang lolos ke pasar.
Tidak perlu diragukan lagi hasil yang mereka capai. Hasilnya sangat memuaskan. Namun teknologi ini tidak banyak dimanfaatkan perusahaan lain dalam kasus-ksus serupa. Mengapa ? Ini terkait dengan dana pengadaan barang maupun operasionalnya. Terus gimana dunk ? Mari kita tuntaskan ceritanya.
Masih di Negara Jepang yang pernah menjajah knegara kita ini, sebuah perusahaan dengan skala yang jauh lebih kecil mendapatkan problem yang serupa. Namun tentu saja mereka tidak bisa mengalokasikan budget yang sama dengan perusahaan kosmetik tadi. Maka mereka tidak menggunakan mesin X-Ray yang mahal itu. Mereka mencoba melakukan pemecahan dengan cara yang berbeda. Apa yang mereka lakukan ?

Managemen mereka memutuskan untuk membeli sebuah kipas angin khusus yang sangat kuat. Kipas angin ini diletakkan pada suatu titik di bagian pengemasan. Kemudian kipas angin itu dinyalakan. Dengan demikian maka setiap kotak sabun yang melewati kipas tersebut dalam keadaan belum terisi (kosong ) maka dia terbang tertiup angin. Begitulah kisahnya . . .
Jadipesan saya dadi wong kicau itu ojo kagetan lan ojo gumunan. Jika kita belum mampu membangun kandang yang mewah, jangan grogi, sebab hal itu bisa disiasati.

Kalau anda sempat ke klaten anda akan menyaksikan dengan mata kepala sendiri dan memang harus dengan mata kepala sendiri sih, sebab kalau pakai mata kaki sendiri malah gak bisa. Maka anda akan terkaget-kaget, sebab anda akan menemukan kenyataan yang menakjubkan. Dimana dari kandangnya yang sederhana Pak Syam, Penangkar Jalak bali Klaten di AHA Bird Farm Klaten menghasilkan puluhan anakan Jalak Bali. Puluhan anakan Jalak bali itu dihasilkan hanya dari dua pasang indukan Jalak Bali dalam waktu sekitar satu tahunan. Dan sekali lagi kandangnya sederhana.
Namun kadang-kadang pak Syam juga membanggakan kandangnya dengan menyebutnya sebagai kandang burung mewah, alias kandang burung mepet sawah karena rumah pak Syam memang mepet sawah.
jadi ojo kagetan lan ojo gumunan . . .ya om !


Tidak ada komentar:

Posting Komentar