Rabu, 01 April 2015

AHA Breeding Klaten : Bahagia ala Tukang Burung ( Jalak Bali )


Oleh : Pak Syam, Penangkar burung Jalak Bali Klaten
Hp. 081280543060, 087877486516, WA. 081280543060, Pin BB. 53E70502, 25D600E9


Sabtu pagi kemarin cuaca cerah sekali, secerah hati pak Syam. Dengan rengeng-rengeng syair tanpo waton Gus Dur, pak Syam mengganti pakan dan minum burung jalak balinya. “Ngawiti ingsun nglaras syi’iraaaannn . . . kelawan muji maring peeengeran . . . kang paring rohmat lan kenikmatan . . .rino wengine tanpo pitungan” . . . begitu suara nyanyian pak Syam mengikuti suara bariton syi’iran Gus Dur.

Sabtu pagi memang hari istimewa buat pak Syam. Karena itulah waktu yang bisa dimanfaatkan buat berdekat-dekatan dengan si burung cantik jalak bali di kandang penangkarannya. Buat seorang penangkar burung jalak bali semacam pak Syam ini, berdekat-dekatan dengan burung jalak bali dalam penangkarannya bisa memberikan sensasi tersendiri. Itulah asyiknya menjadi penangkar burung jalak bali.

Kata pak Syam, penangkar burung jalak bali yang bisa menyertakan hatinya ke dalam aktivitas penangkarannya akan bisa menyulap aktivitas menangkar menjadi kegiatan yang terasa nikmat untuk dijalani. Saat membersihkan kandang, saat menggati pakan, saat mengganti air untuk minum dan mandinya burung, saat meloloh piyikan, saat membuat gelodok tempat sarang, saat mencari daun cemara untuk bahan sarang adalah sederetan kegiatan yang sebenarnya melelahkan tapi sekaligus mengasikkan. Bagi penangkar yang menyertakan hatinya dalam penangkaran maka kelelahan itu membawa kenikmatan. Setidaknya itulah yang selama ini dirasakan oleh pak Syam saat merawat burung-burung dalam penangkarannya.

Di tengah keasyikannya merawat burung-burung jalak bali di kandang belakang tersebut, istrinya memberitahu ada tamu yang datang. “Pak . . .itu ada tamu,” kata istrinya yang sedang memasak di dapur. “Bau tempe gorengnya . . .sedap nyeeee . . .” kata pak Syam yang terganggu dengan aroma tempe goreng yang menyeruak dari dapur. “Halah . . .bapak ini  . . . malah kayak si Upin saja, wong ada tamu kok malah ngurusi tempe goreng,” kata istrinya “Oh . . .lah ibu goreng tempenya pinter banget . . . sedap nyeee . . . he he he . .  .” jawab pak Syam sambil tertawa.

Sejurus kemudian kang Iwan shohib pak Syam di dunia perburungan, diantar istri pak Syam menemui di kandang belakang.

“Assalamu’alaikum pak Syam,” sapa kang Iwan yang segera disambut oleh pak Syam “Wa’alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh.”

Setelah saling berbasa basi menanyakan tentang kabar masing-masing akhirnya mereka terlibat dalam pembicaraan yang serius, namun tetap dalam suasana santai. Sesekali terdengar canda tawa di antara mereka.

“Jadi begini pak Syam,” kata pak Iwan. “Ooo . . .jadi begitu kang Iwan,” jawab pak Syam menggoda. “Wah pak Syam ini . . .wong saya baru memulai cerita kok sudah di jawab,” kata pak Iwan memprotes. “La . . . penjenengan mengawali ceritanya dengan . . .jadi begini . . .ya saya jawab . . .ooo jadi begitu . . .he he he ‘” tawa mereka pecah bersama-sama.

“Pak Syam . . .serius nih . . .kenapa ya saya kok  merasa bosen dengan hidup saya,” kata kang Iwan Serius. “Bosen gimana . . . wah bahaya itu . . . kita hidup mesti bersemangat kang Iwan,” kata pak Syam tak kalah seriusnya.

“Saya merasa hidup saya kok begini begini terus . . . gak ada kemajuan . . . burung juga gak berkembang . . . indukan pada macet terus . . . harga jalak suren malah terjun bebas,” kata kang Iwan nyerocos terus. Sementara pak Syam dengan serius hanya menjawab “OOOooo . . .’” sebagai tanda tidak mengerti.


“Saya merasakan hidup ini hambar pak, agak ada variasinya, gak ada nikmatnya . . . tolong nasihati saya pak Syam !” pinta kang Iwan. Sementara pak Syam yang di mintai nasihat dari tadi hanya mengatakan “OOOooo . . . begitu ya ?” dia malah balik bertanya.

“Apa lagi masalah saya itu lo pak Syam . . . masalah saya hanya itu ituuu saja . . . paling masalah duit, masalah burung yang gak bertelur, burung yang susah pemasarannya . . . hanya itu ituuu saja . . . saya sampai bosen dengan hidup saya sendiri’” kata kang Iwan. Sementara pak Syam masih konsisten dengan jawaban semula,”OOOooo . . . begitu ya . . .?” pak Syam malah balik bertanya.

“Pak Syam ini gimana to . . .wong dimintai nasihat kok malah . . .OOOooo . . . begitu ya . . . kasih solusi dong,” kata kang Iwan sewot. “Kang Iwan . . . bukannya saya tidak mau membantu teman . . . tapi saya benar-benar tidak tahu saya harus berbuat apa. Saya sendiri juga tidak mengerti. Saya juga sering kok merasakan seperti yang sampean rasakan itu,” kata pak Syam serius. Kali ini memang serius, pak Syam benar-benar tidak mengerti apa solusi yang bisa diberikan kepada kang Iwan.

Sejurus kemudian, ada malaikat lewat,”Cling . . . aha . . . aku ada ide, bagaimana kalau kita silaturahim ke rumah pak Mudzakir . . . kita minta tausyiyah kepada beliau . . . saya yakin beliau bisa memberikan pencerahan kepada kita . . . beliau itu tukang kompor maksudnya suka memberi motivasi,” kata pak Syam yang gentian nyerocos. “Oke . . . saya setuju, kita kesana kapan ?” jawab kang Iwan tidak kalah semangatnya. “Kalau begitu besok pagi kita ke sana,” kata pak Syam yang di amini oleh kang Iwan.

Pagi ini sekitar pukul tujuh, pak Syam dan kang Iwan macak necis menuju masjid Raya Klaten. Loh kok pergi ke masjid Raya Klaten ? La kok tumben ?

Dengan mengendarai sepeda kumbang mereka nampak riang bersepeda bareng puluhan orang yang sedang menikmati car freeday menuju TKP di Alun-alun Klaten dan sekitarnya. Ya . . . setiap minggu pagi jalur sepanjang jalan Pemuda Utara, Pemuda Tengah dan Pemuda Selatan Kota Klaten, memang difungsikan sebagai area car freeday. Ratusan orang bahkan mungkin ribuan orang setiap Hari Ahad pagi tumpah ruah di jalan-jalan tersebut menikmati sejuknya udara pagi sambil cuci mata dan menikmati berbagai sajian kuliner di sepanjang jalan tersebut.

Tak terkecuali pak Syam dan kang Iwan, meski dengan tujuan untuk menghadiri pengajian Ahad pagi yang digelar di pelataran Masjid Agung (Masjid Raya) Klaten yang terletak di sebelah utara Alun-Alun kota Klaten yang pagi ini mejadi jantung yang menghubungkan urat nadi keramaian car freeday . . . Mereka berdua tampak menikmati sekali acara car freeday pagi ini. Maklum tukang burung, masuk kota.

Mereka berdua mendatangi pengajian Ahad pagi karena ada janji untuk bertemu dengan bapak Mudzakir, mubaligh kondang yang mengisi pengajian Ahad pagi kali ini. Sedianya beliau akan menyediakan waktu untuk konsultasi setelah pengajian selesai. Jika bukan karena sudah terikat janji mungkin mereka berdua akan lebih suka menikmati car freeday saja.

Singkat cerita, setelah muter-muter alun-alun sampai capek disambung dengan pengajian Ahad pagi sambil menahan kantuk selama kurang lebih satu jam, akhirnya mereka berdua menemui pak Mudzakir di aula lantai satu Masjid Agung (Masjid Raya) Klaten.


Dengan senyum khasnya Bapak Mubaligh kondang ini bertanya, “Ada apa to ada apa . . .kok seperti ada masalah penting,”

“Begini pak ustadz,” kata pak Syam memulai pembicaraan yang segera saja di sambut  pak Mudzakir,”OOOooo . . .begitu to.” Kang Iwan terkekeh yang diikuti tawa yang lain . . .


“Kami berdua ini merasakan hidup kok begitu-begitu saja . . . gak ada variasinya . . . dan masalah yang kami hadapi itu-ituuuu saja . . . sampai-sampai kami ini seakan-akan telah bosen dengan hidup kami sendiri . ..  kami ini ingin merasakan kebahagiaan hidup . . . tapi rasanya kok sulit. Itu kenapa ya Pak Ustadz,” pak Syam nyerocos kepada pak Mudzakir.

“Karena kalian bosen dengan hidup kalian sendiri maka Allahpun juga bosen kepada kalian . . . Allah males melihat kalian . . . karena kalian hidup hanya sibuk dengan mainan dunia . . . sehingga hidup kalian menjadi hambar,” kata pak Mudzakir dengan mantap.

“Allah bosen kepada kami pak Ustdz . . . kok bisa begitu ?” tanya kang Iwan serius. “Kami yang sudah capek-capek membanting tulang bekerja dari pagi sampai petang dengan harapan mendapatkan kebahagiaan . . . kami capek pak Ustadz . . . ” kata pak Syam memelas.

“Kalau bapak merasa capek telah bekerja dan mengejar kebahagiaan, sebenarnya Tuhan juga “capek” mencari bapak. Tuhan mencari-cari bapak untuk membagikan rahmatnya agar bapak mendapatkan kebahagiaan itu, tapi Tuhan tidak menemukan bapak berdua,” kata pak Mudzakir dengan lembut.

“Tuhan mencari-cari saya . . . nyarinya dimana . .. orang saya tiap hari ada di kandang burung ?” bisik hati kang Iwan keheranan. “ Lah . . . kata pak Ustadz Tuhan mencari saya dan tidak menemukan saya . . . wong saya setiap hari ada kok . . . saya bekerja dari pagi sampai petang . . . kok kata pak ustadz Tuhan tidak menemukan saya ?” bisik hati pak Syam tidak kalah herannya.

“Waktu Allah mencari bapak di antara orang-orang yang sedang khusu’ mengerjakan sholat dhuha . . . bapak berdua tidak ada di sana . . .iya to ?

“Waktu Allah mencari bapak di antara para muzakki yang sedang mengantarkan zakat-zakat mereka . . . bapak berdua tidak ditemukan di sana . . . iya to ?

“Oh mungkin bapak berada di antara kerumunan orang-orang yang sedang menginfakkan uang di kotak amal untuk membantu korban bencana alam . . . Allah mencari bapak di antara orang-orang yang sedang berinfaq itu . . . bapak berdua juga tidak ada di sana . . .

“Lebih-lebih ketika Allah mencari bapak berdua di antara orang-orang yang sedang khusu’ mengerjakan sholat tahajud . . . bapak bedua tidak ada di sana . . . sekampung itu yang sholat tahajud bisa dihitung dengan jari sebelah tangan pak

“Waktu Allah mencari bapak di antara orang-orang yang sedang puasa sunnah senin-kamis atau yaumul bid . . . bapak berdua malah asyik ongkang-ongkang di warung soto pak Mus Boyolali . . . iya to ?

“Waktu Allah mencari bapak di antara orang-orang yang sedang khusu’ membaca al Qur’an di masjid . . . bapak berdua tidak ada di sana . . . malah baca koran di gardu ronda . . .
“Waktu Allah mencari bapak di antara orang-orang yang sedang manasik haji . . . bapak berdua tidak ada di sana . . . bahkan tabungan hajipun rekeningnya belum bapak buka . . . iya to ?

“Waktu Allah mencari bapak di antara orang-orang yang rajin memakmurkan masjid . . . bapak berdua malah asyik ngobrol di rumah . . . padahal adzan maghrib sudah berkumandang . . .


“Karena bapak adalah orang-orang yang sibuk sehingga Allah merasa “capek” mencari bapak namun tak ditemukan juga, sehingga rahmatNya belum sampai juga kepada bapak berdua. Tapi jangan khawatir pada dasarnya Allah itu memiliki sifat welas asih. Jatah rahmatNya buat bapak berdua masih utuh, tidak berkurang sedikitpun. Allah simpan rahmat itu di sisiNya. Cobalah datangi masjid, rahmat itu terhampar dalam lembaran sajadah . Perbanyaklah ruku’ dan sujud di sana. Sholat fardhu yang lima waktu, rowatib, dhuha, tahiyatul masjid.

“ Cobalah untuk mengambil kembali rahmat Allah yang menjadi jatahmu itu di kotak-kotak amal  bantuan bencana, di majlis-majlis dzikir orang-orang sholih, di forum-forum yang membahas agenda kepentingan ummat . . .
“Ambillah rahmat Allah yang menjadi jatahmu itu di kotornya mushollamu, disepinya jama’ah sholat subuh di masjidmu, di kemiskinan tetanggamu, dan di manapun kamu temukan . . .

“Di sanalah Allah menyimpan rapi jatah rahmat buat bapak berdua . . . ambillah pak sebelum Allah berkeputusan untuk menarik kembali rahmatNya itu,” pesan pak Mubaligh.

Suasana haru benar-benar menyelimuti hati mereka berdua. Mereka menyadari betul bahwa mereka berdua memang terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri.

“Baik pak Ustadz,” kata mereka berdua.” Kami mohon diri . . . do’akan kami semoga bisa istiqomah melaksanakan nasihat apak Ustadz !” Merekapun mohon diri.

Sepanjang perjalanan pulang mereka hanyut dalam kebisuan. Tak ada percakapan diantara mereka, apa lagi canda tawa. Arus tekad begitu kuat menarik mereka ke dalam khusu’nya azzam untuk meraih rahmat yang dijanjikan Tuhannya itu. Semoga mereka benar-benar istiqomah, agar ketenterman hidup bisa mereka raih. Sebagai tukang burung mereka sangat menginginkan ketenteraman hidup.

Dalam perjalanan pulang itu, pak Syam memutar kembali ingatannya tentang pengajian dalam peringatan Nuzulul Qur’an bulan Ramadhan kemarin. Dalam pengajian tersebut pak Mubaligh memaparkan tentang janji-janji Allah kepada orag beriman yang dibeberkan oleh al Qur’an.

Kata pak ustadz di dalam Alquran terdapat banyak janji mulia dan istimewa yang berikan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman. Janji itu bisa berupa janji untuk kehidupan di dunia sekarang ini maupun janji-janji di akhirat kelak. Janji tersebut sifatnya ada yang tersembunyi dan ada yang terang-terangan. Pak Syam masih mengingat beberapa diantaranya.

1. Allah SWT berjanji akan menolong orang-orang yang beriman. Sebagaimana firman Allah SWT, "... Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman." (QS. Ar-Ruum: 47).

2. Alah berjanji akan menunjukkan ke jalan yang benar (Al-hidayah). Allah berfirman, ”... Sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang- orang yang beriman kepada jalan yang lurus. ” (QS. Al-Hajj: 54).

3. Allah akan memberikan keberkahan (Al-barakah dan ar-rizqu ath-thayyib). Allah SWT berfirman, "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi." (QS. Al-A'raaf: 96).

4. Allah akan memberikan kehidupan yang baik (al-hayah ath-thayyibah) Allah SWT berfirman,"Barangsiapa mengerjakan amal saleh baik laki-laki mau­pun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS. An- Nahl: 97).

Semoga mereka berdua bisa istiqomah dalam mewujudkan tekadnya. Aamiin !!!
(ruh dari cerita ini dipungut dari hikmat yang bertebaran di jalan-jalan)





2 komentar: