Senin, 05 Desember 2016

Harga Burung Jalak Bali Tinggi, Peluang Wira Usaha Perburungan Menanti



Jika kita perhatikan lebih seksama ternyata motif orang dalam memelihara burung terutama burung jalak bali secara umum bisa kita kelompokkan ke dalam dua motif utama. Pertama karena hobi, dan yang kedua karena motif ekonomi. 

Setidaknya itulah hasil pengamatan saya sebagai pengamat perburungan yang baik hati dan tidak sombong yang hobi nongkrong di siang bolong di pasar burung sampai kantong ini bolong karena ngincer burung jalak bali yang harganya makin hari makin melambung tinggi-ong . . .he he he . . .

 

Eh . . . serius lo. . . . umumnya motivasi mereka dalam memelihara burung jalak bali cuma dua itu. Gak percaya ?  

Coba deh kalau pas lagi ke pasar burung Depok Solo, pasar burung PASTY Yogyakarta, Pasar burung Pramuka di Matraman, pasar burung Suka Haji Bandung, Pasar burung Karimata Semarang atau pasar burung Kupang Surabaya bertanyalah kepada para pengunjung. Dari situ maka penjenengan akan sependapat dengan saya.

Coba iseng-iseng tanyakan kepada mereka “Permisi Öm yang ganteng . . . Om punya burung gak Om ?” Pasti si Om akan menjawab begini “Ya punyalah ... saya kan laki-laki !”
“Maksud saya burung piaraan di rumah om ganteeenngggg . . . punya kan . . . Apa sih om tujuan om ganteng ini dalam memelihara burung ?”  Coba ajukan pertanyaan itu ke sepuluh orang pengunjung pasar burung. Lalu catat jawaban mereka. Terus umpetin jawaban itu, gak usah kasih tahu ke saya ya . . . soalnya nanti mau saya tebak jawabannya

Saya berani bertaruh bahwa jawaban mereka berada di seputar hobi dan dagang burung . . . ini artinya motivasi mereka dalam memelihara burung masuk dalam dua klasifikasi di atas; hobi dan ekonomi. Betuuuulllll . . .? ? ? Pasti betullah . . . tukang burung jalak bali kok di tantang . . . he he he . . .

Saya pribadi sebagai salah seorang yang masuk kategori Om Ganteng ala istri saya terus terang terang terus . . . eh . . . terus terang dalam memelihara burung jalak bali lebih cenderung memilih motif ekonomi. Saya memang hobi memelihara burung jalak bali, tapi saat saya menangkarkan burung jalak bali seperti saat ini, jujur motif saya memang motif ekonomi. Saya pingin cari duit dengan cara menangkarkan burung jalak bali ini.

Saya menyadari sepenuh hati bahkan sepenuh ampela bahwa level saya memang di tingkat itu. Saya belum sampai pada level di mana saya sanggup membiayai hobi sampai berjuta-juta, berpuluh bahkan beratus juta seperti orang-orang yang memiliki hobi mengoleksi mobil, barang antik, benda seni, atau burung macau itu. 

Mereka rela mengeluarkan uang berjuta-juta, berpuluh bahkan beratus juta demi hobinya. Saya belum sampai ke level itu. Level saya adalah level ekonomi, di mana ketika saya menangkarkan burung jalak bali tujuan saya adalah untuk menghasilkan anakan burung jalak bali yang natinya bakal saya jual. Dari penjualan anakan burung jalak bali itu saya akan mendapatkan uang barang seribu dua ribu sebagaimana kata pepatah seribu dua ribu lama-lama jadi batu . . . eh sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit . . . Itu tujuan saya dalam menangkarkan burung jalak bali.

Dan bagi para kicau mania yang selama ini menekuni hobi perburungan, latber, doro keplek, gak ada salahnya jika hobi tersebut dilengkapi dengan jualan burung atau bahkan menangkar burung jalak bali. Hasil penangkarannya dijual ke pasar. Terus dapat duit, terus duitnya untuk membiayai hobi burung. Lah kok mbulet ? Tapi mabteb to ?

“Iya om ganteng . . . sebenarnya saya juga kepingin seperti om ganteng ini . . . menangkarkan burung jalak bali sampai beranak-pinak . . . tapi saya gak punya hoki di penangkaran, hoki saya di kicauan... malah kata emak, saya ini tidak bertangan dingin.” Begitu kurang lebih komentar dari sebagian kicau mania jika diajak bicara tentang prospek penangkaran burung, terutama burung jalak bali.

Wajar juga sih jika sebagian kicau mania berfikiran seperti itu. Karena kenyataannya di masyarakat kita memang masih banyak beredar keyakinan bahwa memelihara ternak baik sapi, kerbau, banteng, kambing, ayam, bebek, banyak, menthok, kucing, kelinci, maupun marmut hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang bertangan dingin. Istilah mereka “sinung”. Kalau tidak sinung hewan piaraannya gampang mati. Begitu keyakinan mereka.

Kata mereka ada orang yang kokinya di air, ada yang hokinya di darat dan hokinya di udara. Yang hokinya di air maka kalau dia ikut lomba mancing dia akan juara. Yang hokinya di darat disarankan untuk menjadi pelari cepat. Dan jangan sekali-kali ikut lomba renang, karena dia pasti akan kalah . . . bahkan mungkin dia akan tenggelam di dasar kolam . . . lawong dia gak pernah belajar renang, jadi bisanya ya cuma gaya batu. Pas nyemplung kolam ya . . . langsung tenggelam . . . betul . . . betul . . . betul . . .

Di akui atau tidak bahwa percaya dengan “gugon tuhon” seperti itu justru akan menghambat karier kita sebagai om ganteng aktivis perburungan. Dengan keyakinan seperti itu maka keinginan kita untuk menjadi penangkar burung akan layu sebelum berkembang. Iya to ? Iya . . . bener . . . layu sebelum berkembang, macet sebelum berjalan, jatuh sebelum terbang, menangis sebelum tertawa, ompong peyot sebelum tua . . . ohh . .betapa sengsaranya mereka, hidup terlunta-lunta . . .

Padahal Tuhan menjadikan setiap kita adalah orang yang sukses. Tuhan tidak pernah menciptakan manusia kecuali dibekali dengan TAKDIR SUKSES . . . serius ini . . . om ganteng lagi serius ini (kapan-kapan kita bicara lebih serius tentang takdir sukses ini ya)

Keyakinan kita harus benar-benar dibangun sampai yakin betul bahwa untuk menjadi penangkar burung yang sukses sama sekali tidak terkait dengan dingin atau panasnya tangan kita. Setiap kita berpeluang untuk menjadi penangkar burung bahkan burung jalak bali yang sukses. Setiap kita berpeluang untuk menjadi juragan burung jalak bali dengan penghasilan berpuluh juta. Percaya deh sama om ganteng . . .

Gimana cara menguji kebenaran tesis om ganteng ini ? Haahh . . . tesis ????? Iya itu tadi tesisnya om ganteng bahwa Setiap kita berpeluang untuk menjadi juragan burung jalak bali, dengan income berpuluh juta. 

Cara mengujinya ya dengan terjun langsung menjadi penangkar burung. Bukan menjadi pengamat dan komentator burung. Terjun langsung saja. 

Langkahnya sederhana. Mula-mula bangunlah kandang barang dua tiga petak kandang, terus belilah bibitnya, kemudian piara dengan baik, lalu kasih makan yang bermutu, selanjutnya doakan dengan sungguh-sungguh, dan tambahi doanya dengan rajin sholat dhuha. Selebihnya serahkan pada yang di atas yaitu sang pemberi rezeki, semoga kita diberi rezeki melimpah oleh sang pemilik rezeki.

Ingat nasihat tukang burung bahwa cara terbaik untuk mengetahui masa depan kita sebagai penangkar burung adalah dengan menciptakannya. Masa depan penangkaran burung jalak bali kita bakal seperti apa, kita sendiri yang bikin skenarionya. Penak to ?

Kalau ternyata gagal ? Dalam kamus pak Syam alias om ganteng penangkar burung jalak bali dari Klaten tidak ada istilah gagal dalam menangkar burung. Menangkar burung itu selalu untung. Penangkar burung tak pernah buntung, adanya cuma untung dan untung. 

Kalau lagi apes ? Seapas-apesnya seorang penangkar burung dia masih bisa menikmati kicauannya. Iya to ? Ini kenikmatan yang sama dengan yang diperoleh para kicau mania non penangkar.

Kalau burug jalak bali kita gak mau nelor ? Wai ni menarik. Karena jika burung jalak bali dalam penangkaran kita pelihara dengan baik, kasih pakan yang baik, suasana kandang cocok dengan selera burung, maka pada usia tertentu dia akan bertelur dengan sendirinya. Tanpa disuruh telurnya akan dierami dalam masa empat belas hari, lalu menetas. Tiga bulan kemudian sudah bisa kita bawa ke pasar burung. Sepulang dari pasar burung kita bisa bawa roti klemben dan baju baru sebagai buah tangan untuk anak tersayang. Mestinya begitu . . .

Makanya kalau ada burung jalak bali yang gak mau nelor berarti ini kabar yang menarik, di mana sang pemberi rezeki ingin berbicara langsung dengan kita. Ini saatnya kita mendekat padaNya lebih dekat lagi. Ini pertanda Tuhan kangen dengan kita. Maka mendekatlah dengan cara lebih rajin sholat berjamaahnya, lebih seneng tilawah qur’annya, lebih sering sholat dhuhanya dan lain-lain. (kapan-kapan kita bicara tentang cara menangkar burung jalak bali dengan teknik spiritual breeding).

Burung tidak mau nelor juga merupakan saat terbaik untuk instrospeksi, kira-kira kenapa ya burung saya kok gak mau nelor. Cari terus sampai ketemu jawabannya . . .

Apa burung gak mau nelor itu bukan pertanda kegagalan ? . . . hoi . . . gagal itu gak ada ! Yang ada adalah tahapan menuju kesuksesan. Yang penting tetap jaga semangat, jangan kendur. Sebab menurut pengalaman para penangkar besar ternyata kesuksesan penangkaran mereka adalah akumulasi dari perjuangan tak kenal lelah dari satu  kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan antusiasme dan tetap terus memelihara burungnya dengan sebaik-baiknya. Itu kuncinya. 
Jadi kalau burungnya masih belum mau nelor, lanjutkan sampai dia mau nelor. Sukses bukan barang instan, sukses adalah kerja keras, mau terus belajar dari kandang, mau berkorban dan yang terpenting ialah mencintai pekerjaan dan bangga sebagai penangkar burung jalak bali itu. Harus kita yakini bahwa kegagalan bukanlah lawan dari kesuksesan, tapi ia adalah bagian dari sukses itu sendiri. Burung yang gak mau nelor itu bukan hantu yang membayangi kamar gelap anak-anak, tapi dia adalah badut penghibur yang siap menggembirakan hati kita. Horee . . . badut penghibuuuurrr . . .  tepuk tangan dooonnggg . . .
Tetap semangat bekerja sebaik mungkin dalam merawat burung tanpa banyak suara keluhan, dan biarkan burung-burung penjenengan yang bersuara dan berbunyi nyaring dalam jumlah yang terus membengkak. Setahun dua tahun . . . lima tahun . . maka jumlah burung anda akan semaki membesar. Para penghobi burung sudah menanti hasil kandang penjengan. Pasar-pasar burung di Nusantara siap menyerap hasil penangkaran penjenengan. Horeee . . . kasih applauuussss . . .dooongg . . .

Jika penjengan masih berat untuk melangkah menerjuni penangkaran dan menyambut kesuksesannya maka ingatlah nasihat om ganteng ini : lima tahun dari sekarang, penjenengan akan lebih dikecewakan oleh hal-hal yang tidak penjenengan lakukan dibanding hal-hal yang telah penjengan lakukan. Karena itu tangkarkan burung jalak bali dari sekarang !




Ingat dalam membangun penangkaran burung jalak bali, kemauan penjenengan untuk meraih kesuksesan harus lebih besar daripada ketakutan penjenegan terhadap kegagalan. Mimpi menjadi penangkar burung jalak bali yang besar itu penting. Jika penjenengan tidak membangun impian dari sekarang, maka penangkar senior akan mempekerjakan penjenegan sebagai anak kandang untuk membantu membangun impian mereka menjadi penagkar burung jalak bali yang besar. Serius ! (Pak Syam penangkar burung jalak bali Klaten dan motivator perburungan dari AHA Breeding Klaten, hp. 081280543060)